Kalau Kamu suka makan di luar atau hobi wisata kuliner, sebaiknya waspada dengan dua penyakit ini: hepatitis A dan tifus (demam tifoid). Kedua penyakit ini adalah penyakit yang ditularkan melalui makanan. Kabar baiknya, hepatitis A dan tifoid bisa dicegah dengan vaksinasi.

 

Prof. Samsurizal Djauzi, Satgas Vaksinasi Dewasa Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam (PAPDI) menjelaskan, hepatitis A dan tifoid termasuk dua jenis penyakit yang sering sekali ditemukan. Khusus hepatitis A bahkan mudah sekali menjadi wabah. Tahun ini misalnya terjadi wabah hepatitis A di Pacitan. 

 

“Angka perawatan dua penyakit itu cukup tinggi. Apalagi gaya hidup wisata kuliner sangat berkembang. Kita lihat saja food court di mal selalu penuh. Selain itu sebagian pekerja makan siang di luar rumah sehingga keamanan makanan perlu dijaga dengan baik,” jelas Prof. Samsurizal dalam seminar yang diselenggarakan Perhimpunan Dokter Okupasi Indonesia (Perdoki) dan didukung Sanofi Pasteur di Jakarta, Sabtu (31//8).

 

Baca juga: Ini Jenis-jenis Vaksin untuk Orang Dewasa!

 

Bagaimana Hepatitis A dan Demam Tifoid Ditularkan?


Dijelaskan Prof. Samsurizal, hepatitis A disebabkan virus hepatitis A. Penularan virus hepatitis A umumnya melalui makanan atau air yang tercemar. Sedangkan tifoid disebabkan bakteri Salmonella yang ditularkan melalui feses.

 

Jika seorang penjamah makanan yang kebetulan memiliki kedua kuman ini di tubuhnya, dan tidak menjaga kebersihan tangannya, maka ia bisa menularkan ke konsumen saat ia menyajikan makanan. Misalnya seorang koki kebetulan adalah pembawa hepatitis A dan ia tidak mencuci tangan dengan benar di toilet dan langsung menyajikan makanan.

 

“Meskipun tidak sakit, seseorang yang tertular hepatitis A masih membawa virus di tubuhnya. Bakteri penyebab demam tifoid juga bisa mendekam di tubuh seseorang sebagai karier atau pembawa. Mereka bisa menularkan pada konsumennya,” jelas Prof. Samsurizal.

 

Salah satu cara mencegah penularan virus dan bakteri dari penjamah makanan adalah dengan vaksinasi. Vaksin nampaknya lebih mendesak bagi para pekerja penjamah makanan karena gaya hidup dan lingkungan bersih belum sepenuhnya diterapkan. 

 

Di negara tetangga seperti Siangpura dan Malaysia, bahkan pedagang makanan kaki lima sudah mendapatkan akses air bersih sehingga penularan bisa dicegah. Tetapi di Indonesia, masih banyak pedagang makanan yang tidak memiliki sumber air bersih.

 

Baca juga: Inilah Bukti Bahwa Vaksin Efektif Mencegah Kematian!

 

Benarkan Sebagian Orang Indonesia Sudah Kebal sehingga Tidak Perlu Vaksin?

Mungkin ada yang memberikan pendapat bahwa tanpa vaksin tifus dan hepatitis A, sebagian besar masyarakat Indonesia sudah kebal. Menjawab ini, Prof. Samsurizal mengatakan bahwa pendapat tersebut keliru. 

 

Menurutnya, ada penelitian di Indonesia yang dilakukan di tahun 1969. Saat itu dilakukan pemeriksaan antibodi hepatitis A pada orang berumur 35 tahun ke atas. Antibodi hepatitis A artinya, orang bersangkutan pernah terpapar virus hepatitis A.

 

Ternyata lebih dari 80% sudah terpapar atau memiliki antibodi hepatitis A. Kebanyakan tertular dari sumber air yang tidak bersih. Namun sejak tahun 1970, ketika program sanitasi di kota-kota besar sudah membaik hasilnya sangat bertolak belakang.

 

“Penelitian terbaru membuktikan semakin sedikit orang yang mempunyai antibodi hepatitis A. Artinya risiko terpapar masih terbuka, sehingga perlu diberikan vaksinasi,” tegas Prof. Samsurizal.



Begitu pula dengan tifus. Sedikit berbeda alasan mengapa vaksin tifoid ini penting. Pengobatan demam tifoid adalah menggunakan antibotik. Saat ini semakin tinggi kasus resistensi antibiotik sehingga pengobatan tifus menjadi lebih sulit

 

Angka kematian akibat demam tifoid pada pasien yang dirawat, menurut Prof. Samsurizal, mencapai 5-10%. Penyebab kematian adalah terlambat ditangani, atau semakin sulit diobati karena resistensi antibiotik.

 

Baca juga: Gejala, Komplikasi, serta Vaksinasi Penyakit Tifoid

 

Cara Pemberian Vaksin Hepatitis A dan Demam Tifoid

Sebelum diberikan vaksin hepatitis A maupun demam tifoid, yang terbaik memang diperiksa terlebih dahulu apakah pernah terpapar dua kuman penyakit ini. Vaksin akan sangat efektif bagi yang belum pernah terinfeksi Salmonella maupun hepatitis A. 

 

Dr. Nusye E. Zamsiar , MS, SpOK dari Perdoki menambahkan, Perdoki sudah menyusun pedoman tentang vaksinasi pada masing-masing kelompok kerja. Misalnya pekerja yang sering traveling, petugas di rumah sakit, atau penjamah makanan. Masing-masing kebutuhan vaksinnya berbeda.



“Bagi penjamah makanan, vaksin hepatitis A dan demam tifoid sangat dianjurkan. Selain vaksinasi harus diperhatikan cara kerja dan higienitas yang baik,” tambahnya.



Dr Kristoforus SpPD, dokter spesialis penyakit dalam dari klinik vaksinasi InHarmony mengatakan bahwa saat ini vaksiansi pada orang dewasa masih kurang dianggap penting. Berbeda dengan vaksin pada bayi yang merupakan merupakan program pemerintah.



“Mengingat penyakit yang ditularkan melalui makanan cukup sering ditemui, maka salah satu upaya meningkatkan vaksinasi pada orang dewasa adalah dengan pendekatan adalah ke perusahaan-perusahaan untuk membuat program vaksin buat karyawan,” jelasnya.



Satu ‭ ‬dosis ‭ ‬vaksin ‭ ‬tifoid ‭ ‬dapat ‭ ‬memberikan ‭ ‬perlindungan ‭ ‬minimal ‭ ‬dua ‭ ‬tahun, ‭ ‬pemberiannya diulangi tiap tiga tahun‭‬. Sedangkan vaksin hepatitis A diberikan dua dosis dengan jarak 6‐12 bulan dan sudah dapat memberikan perlindungan jangka panjang. Setelah disuntik, dalam dua minggu vaksin sudah efektif memberikan perlindungan.

 

Baca juga: Wabah Hepatitis A di Pacitan, Pentingnya Perilaku Hidup Bersih!