Pernah enggak kamu mendengar orang bunuh diri karena tidak tahan dengan penyakit yang tidak kunjung sembuh? Pasti sering ya. Penyakit kronis yang sulit disembuhkan, sehingga membuat penderitanya depresi, adalah salah satu pemicu kasus bunuh diri. Salah satu penyakit kronis yang sering memunculkan keinginan bunuh diri pada penderitanya adalah trigeminal neuralgia. Ini adalah nyeri wajah sebelah yang sulit untuk digambarkan.

 

Penyakit ini kerap disebut suicide disease karena tak jarang akan muncul keinginan bunuh diri akibat nyeri yang tak tertahankan. Penderitanya kerap menggambarkan nyeri yang dirasakan seperti tertusuk jarum, panas terbakar, kesetrum, tersayat-sayat dan berbagai rasa nyeri menyiksa lainnya.

 

Nyeri wajah sebelah yang tak tertahankan ini, bisa muncul saat penderitanya melakukan aktivitas harian yang seharusnya tidak menyebabkan nyeri, misalnya makan, minum, berbicara, tertawa/tersenyum, menggosok gigi, membasuh atau menyentuh wajah, memakai make up, menyisir rambut, mencukur, terkena angin sepoi-sepoi, atau terkena hawa dingin atau AC.

 

Baca juga: Sering Capek dan Nyeri Sendi? Waspada Fibromyalgia!

 

Penyebab Trigeminal Neuralgia

Neuralgia sendiri artinya adalah gangguan rasa sakit yang muncul akibat adanya masalah atau kerusakan sinyal saraf di sistem persarafan. Neuralgia ini bisa terjadi di semua bagian tubuh dan dapat menyebabkan nyeri ringan hingga berat sehingga dapat berdampak terhadap kualitas hidup penderitanya.

 

Sedangkan trigeminal merupakan saraf kranial kelima. Saraf ini seperti namanya, tri memiliki 3 cabang. Ketiga cabang itu ada yang mempersarafi area sekitar mata, yakni oftalmikus. Kemudian, ada yang mempersarafi pipi, bibir atas, hidung, rongga mulut merupakan cabang maksilaris. Cabang yang ketiga yakni mandibularis yang mempersarafi otot pengunyah.

 

Karakter nyeri trigeminal neuralgia ini biasanya hanya terjadi pada satu sisi wajah saja, sehingga dikenal dengan istilah nyeri wajah sebelah. Nyeri terjadi pada area yang dipersarafi oleh cabang saraf ini, bisa terasa pada satu cabang daerah persarafan atau lebih.

 

“Serangan nyeri wajah sebelah akan timbul bila saraf trigeminus tertekan atau bergesekan dengan pembuluh darah yang ada di dekatnya. Setiap kali pembuluh darah berdenyut, saraf akan tertekan dan inilah pemicu nyeri yang paling hebat. Gesekan atau tekanan terus menerus ini lama kelamaan akan menyebabkan kerusakan lapisan myelin yang berfungsi sebagai ‘mantel’ pelindung saraf. Bila lapisan pelindung ini rusak, maka cetusan arus listrik pun bisa muncul sehingga penderita akan merasakan nyeri yang tertusuk, kesetrum, terbakar, tersayat,” jelas  dr, Mustaqim Prasetya, SpBS, FINPS dalam acara webinar, pada 13 Oktober 2021, dalam rangka memperingati ‘International Trigeminal Neuralgia Awareness Day’ yang jatuh setiap tanggal 7 Oktober.

 

Penyebab lain nyeri di wajah adalah tumor, kelainan pembuluh darah, perlengketan, dan masalah autoimun. Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang radiologi, yaitu MRI, guna memastikan diagnosis dan menyingkirkan penyakit lain yang juga menyebabkan nyeri pada wajah selain trigeminal neuralgia. Misalnya sinusitis, cluster headache, glaukoma, migrain dan lainnya.

 

Baca juga: Suka Membunyikan Jari Termasuk 5 Kebiasaan yang Dapat Memicu Nyeri Sendi

 

Harapan Baru dari Pengobatan Trigeminal Neuralgia 

Nyeri wajah sebelah yang satu ini biasanya tidak merespons atau tidak mempan dengan pemberian antinyeri biasa. Antiepilepsi biasanya seringkali diresepkan dokter sebagai langkah awal untuk membantu mengatasi nyeri tak tertahankan ini.  Ketika obat tidak membantu atau nyeri masih menetap, maka dokter akan menganjurkan langkah berikutnya untuk menyembuhkan nyeri akibat trigeminal neuralgia dengan metode PRFR atau Percutaneous Radio Frequency Rhizotomy.

 

PRFR atau istilah lainnya radiofrekuensi ablasi dapat menjadi salah satu solusi pada nyeri wajah sebelah akibat trigeminal neuralgia. Teknologi PRFR ini memiliki tingkat keberhasilan yang cukup baik. Dan pada kebanyakan kasus pascatindakan pasien tidak perlu minum obat penghilang nyeri saraf lagi. Selain itu, teknologi radiofrekuensi ablasi ini dapat menjadi pilihan bagi penderita nyeri wajah sebelah yang enggan atau takut melakukan tindakan bedah setelah menimbang risiko operasi.

 

Tindakan PRFR atau radiofrekuensi ablasi merupakan salah satu bentuk interventional pain management (IPM) yang dilakukan dengan mengalirkan gelombang panas radiofrekuensi ke cabang saraf trigeminal sesuai dengan daerah wajah yang mengalami nyeri.

 

Pada radiofrekuensi ablasi, gelombang panas (thermal) yang dihasilkan arus listrik akan memblokir rasa nyeri agar tidak dialirkan melalui saraf ke otak sehingga penderitanya tidak lagi merasakan nyeri pada wajahnya. Gelombang radiofrekuensi ini dihasilkan oleh alat khusus dan dihantarkan melalui jarum yang juga didesain secara khusus ke cabang saraf trigeminal yang berada pada dasar tengkorak dengan panduan alat fluoroskopi (X-Ray).

 

Kata rhyzotomy sendiri, terdiri dari dua kata, ’rhyzo’ artinya akar dan ‘tomy’ artinya memutus/mematikan/merusak. Pada kasus trigeminal neuralgia ini, rhizotomy dilakukan pada cabang saraf trigeminal di dasar tulang tengkorak untuk mematikan sebagian kecil bagian saraf yang bertanggung jawab menghantarkan sensasi nyeri ke otak sehingga nyeri tak dirasakan lagi.

 

Keunggulan PRFR ini bersifat selektif sehingga dokter dapat memilih cabang saraf trigeminal yang mana yang akan ‘dimatikan’ sehingga nyeri pun hilang. “Nyeri wajah sebelah trigeminal neuralgia bisa sembuh dengan PRFR. Teknologi ini dapat dilakukan pada kasus pasien yang tidak memungkinkan dilakukan operasi karena kondisinya tidak memungkinkan secara medis, pernah terapi bedah namun gagal dan pada kasus serangan nyeri akut yang hebat yang perlu penanganan segera,” papar dr. Mustaqim lebih lanjut.

 

Beberapa keuntungan PRFR lainnya antara lain:

  • Tanpa bedah
  • Risiko relatif lebih rendah dibandingkan tindakan pembedahan
  • Prosesnya cepat
  • Tanpa rawat inap
  • Hemat biaya atau biaya lebih terjangkau
  • Dapat segera dilakukan
  • Memerlukan sarana yang lebih sederhana

 

 Baca juga: Waspada Nyeri saat Berolahraga