Narasumber : dr. Adeline Eva, Sp.THTBKL 

 

Pendengaran merupakan salah satu faktor yang berkontribusi dalam perkembangan bicara dan bahasa pada anak. Adanya gangguan pendengaran pada anak, dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa. Nah, Mums perlu tahu apa saja jenis pemerikaan pendengaran pada bayi dan anak. Berikut penjelasannya!

 

Baca juga: Waspada Gangguan Pendengaran pada Anak
 

Pemeriksaan Pendengaran Pada Bayi dan Anak

Berbagai pemeriksaan pendengaran pada bayi dan anak dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pendengaran, baik pemeriksaan secara subjektif ataupun objektif. Beberapa pemeriksaan objektif sistem pendengaran yang dapat dilakukan terhadap anak, adalah:

 

1. Timpanometri

Pemeriksaan timpanometri dapat menunjukkan mobilitas gendang telinga dan kondisi telinga tengah. Hasil pemeriksaan direpresentasikan dalam bentuk grafik (timpanogram) dan tipe timpanogramnya.

 

2. Otoacoustic Emissions (OAE)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai respons rumah siput (koklea) terhadap adanya stimulasi suara. Hasil pemeriksaan OAE akan dibaca PASS atau REFER. Umumnya pemeriksaan OAE dilakukan untuk tujuan:

  • penapisan (skrining) pendengaran bayi baru lahir dan anak
  • pemantauan terhadap pasien yang menggunakan obat yang bersifat ototoksik (obat yang menyebabkan gangguan pendengaran)
  • deteksi dini gangguan dengar akibat bising, proses menua atau penyebab lain.

 

Baca juga: Ini yang Perlu Mums Ketahui Tentang Perkembangan Pendengaran Bayi

 

3. ABR (Auditory Brainstem Response) atau BERA (Brainstem Evoked Respons Audiometry

Pada prosedur pemeriksaan ini, diberikan rangsangan bunyi di telinga untuk kemudian dinilai potensial listrik di otak yang direkam dengan elektroda di permukaan kulit kepala. Dalam prosesnya, pasien harus dalam keadaan rileks untuk menghindari pemetaan gelombang yang tidak sesuai.

 

Pada bayi dan anak, dokter dapat memberikan obat sedatif agar didapatkan hasil pemeriksaan dengan akurasi tepat. Hasil pemeriksaan BERA berupa gelombang yang menunjukkan fungsi elektrofisiologis bagian tertentu di sistem saraf pendengaran.

 

Tes ini biasanya dilakukan pada bayi, anak-anak yang belum paham instruksi, pasien dewasa yang tidak kooperatif, atau pasien dewasa yang hasil tes audiometri nada murninya dinilai tidak valid.

 

4. ASSR (Auditory Steady State Response

Prosedur pemeriksaan ASSR sama dengan tes ABR, dan merupakan kesinambungan dengan tes ABR. Melalui  pemeriksaan ASSR akan  didapatkan ambang respons pendengaran terhadap berbagai frekuensi bunyi yang diberikan. Oleh karena itu, pemeriksaan ini sangat berguna sebagai patokan untuk fitting alat bantu dengar.

 

 

Baca juga: Mengenal Berbagai Alat Bantu Pendengaran 

 

Ke Mana Jika Ingin Melakukan Pemeriksaan Pendengaran Bayi dan Anak?

Beberapa rumah sakit sudah memiliki fasilitas lengkap untuk pemeriksaan pendengaran bayi dan anak. Misalnya, Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita sebagai Pusat Kesehatan Ibu dan Anak Nasional. 

 

Berbagai pemeriksaan tersebut menyesuaikan kasus dan kebutuhan yang diperlukan untuk penegakan diagnosis yang dilakukan Dokter Spesialis THTKL (Telinga, Hidung, Tenggorok, Bedah Kepala dan Leher) bersama tenaga profesional di bidangnya.

 

Jangan ragu untuk memeriksakan anak Mums sedini mungkin, apalagi jika sudah ada kecurigaan anak mengalami keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa. Orang tua perlu waspada karena gangguan pendengaran sejak masa bayi atau balita akan berpengaruh pada kemampuan berbahasa, sosial, dan emosionalnya.

 

Pemeriksaan pendengaran ini sangat penting untuk dilakukan oleh para orang tua terhadap anak-anaknya,karena dengan melakukan pemeriksaan pendengaran sejak dini dapat mengurangi risiko yang mungkin bisa terjadi terhadap anak-anak. 

 

Tes pendengaran sangat jarang menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, tes ini bisa dan aman untuk dilakukan pada semua orang dari segala usia. Yuk segera cek kesehatan pendengaran Si Kecil ke dokter spesialis THT kesayangan Mums dan Dads!

 

Baca juga: Cara Mengeluarkan Kotoran Telinga dengan Aman