Mendampingi si Kecil belajar, menjadi rutinitas bagi Mums yang anaknya sudah mulai bersekolah. Dan menjalani peran ini, bisa dibilang gampang-gampang susah. Tentu Mums dan Dads ingin si Kecil berprestasi dan unggul dalam bidang akademis. Untuk mencapai target tersebut, diperlukan kerja sama yang solid, baik dari pihak guru di sekolah maupun bimbingan orang tua di rumah.

 

Namun, pada prakteknya, tidak semua orang tua leluasa untuk mendampingi kegiatan evaluasi belajar si Kecil di rumah. Hal ini bisa disebabkan oleh intensnya rutinitas rumah tangga. Selain itu, tidak sedikit pula orang tua yang merasa kelelahan selepas pulang kerja. Nah, rupanya ada lho Mums, tips untuk membuat momen belajar bersama anak di rumah lebih santai dan bebas tekanan. Yuk, simak selengkapnya berdasarkan hasil wawancara Guesehat dengan psikolog Dian Ibung, Psi dalam sebuah seminar pengasuhan anak pada awal bulan Oktober lalu.

 

Baca juga:  Ajarkan Anak 5 Kebiasaan Hidup Sehat Ini di Sekolah!

 

 

Ada beberapa hal penting yang harus Mums ketahui agar sukses mendampingi si Kecil belajar. Penelitian membuktikan, bahwa ada sejumlah kriteria yang diinginkan oleh anak dari profil orang tua saat mendampinginya belajar. 

 

1. Si Kecil ingin Mums bertindak selaku guru sekaligus teman.

Ini merupakan gambaran yang ideal dari orang tua saat mereka mendampingi proses belajar anak. “Namun, pada pelaksanaannya, tetap harus ada batasan yang diterapkan orang tua, “ tegas Dian. Mums harus pintar-pintar membagi sikap di hadapan si Kecil. Kapan waktunya Mums memantau proses belajar dengan santai, dan kapan waktunya Mums mengambil alih situasi dengan bersikap serius.

Baca juga: Kenali Bakat dan Impian si Kecil sebagai Generasi Alfa



2. Anak ingin orang tua bisa memahami isi pikiran mereka, tapi tetap bertindak dewasa.

Sebagai anak, si Kecil butuh Mums menjadi orang yang menyimak sekaligus mengerti hambatan yang ia rasakan dalam proses belajar. Tetapi di satu sisi, ia tetap membutuhkan sikap penuh wibawa dari Mums dalam menyikapi kendala tersebut. Misalnya, ada tipe anak yang hingga tahapan usia tertentu, belum mengerti apa manfaatnya rajin belajar. Akibatnya ia cenderung kurang bersemangat untuk bersekolah. Nah, dalam menyikapi hal ini, hindarilah cara-cara mengancam seperti, “Kamu harus belajar! Kalau Kamu malas, Mums adukan ke Dads, ya!”

 

Menurut Dian, cara semacam ini hanya akan langsung meruntuhkan wibawa Mums di mata si Kecil. Karena, di saat si Kecil membutuhkan motivasi, Mums justru bersikap emosi dan menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya pada Dads. Sebaliknya, tanggapilah hal tersebut dengan  sikap peduli. Bujuklah si Kecil untuk memahami bahwa kegiatan belajar yang ia lakukan setiap hari akan bermanfaat untuknya kelak. Sebagai contoh, sebutkanlah nama tokoh ternama favoritnya. Katakan pada si Kecil, bahwa mereka bisa sukses saat ini berkat kegigihannya untuk tekun belajar.

 

3. Anak berharap orangtua memahami materi yang ia pelajari, tanpa bersikap sok tahu.

Tidak peduli sepintar apapun Mums dan Dads dalam sebuah bidang ilmu tertentu, si Kecil tidak akan tertarik untuk menyimak bila cara penjelasan Mums disampaikan dengan sikap sok tahu. Berikan kesempatan pada si Kecil untuk menyampaikan apa saja yang ia ketahui tentang materi pelajaran tersebut. Saat si Kecil bertanya, barulah Mums merespons sesuai dengan wawasan yang Mums ketahui. Bersikaplah terbuka bila menurut si Kecil ada sedikit kekeliruan dari jawaban Mums. Belum tentu lho, kurikulum pendidikan yang diajarkan pada saat Mums bersekolah dulu, masih diterapkan sama seperti yang diajarkan di sekolah si Kecil saat ini.

 

4. ‎Jangan terlalu cepat menolong si Kecil.

Saat si Kecil mengerjakan tugas sekolah atau prakarya, berikan ia kesempatan untuk mencoba hal-hal baru. Tugas Mums hanyalah mengawasi dan mendampingi. Mums tergelitik untuk membantu? Tunggu hingga si Kecil membutuhkan pertolongan Mums. “Salah satu kesalahan umum yang sering dilakukan oleh orang tua, adalah terlalu cepat menolong anak. Padahal, kebiasaan ini dapat membuat anak frustasi dan putus asa untuk mencoba,” ungkap Dian.

 

Percaya atau tidak, sebenarnya anak hanya ingin orang tua mencontohkan sebuah pekerjaan. Dan ketika ia dibiarkan oleh orang tua untuk mencoba sendiri melakukan hal tersebut, anak justru merasa sangat didukung. Pada dasarnya, anak hanya ingin orang tua siap hadir dan menolong, saat ia membutuhkan bantuan.


5. Si Kecil ingin orang tua memahami metode belajar yang cocok dengan karakternya.

Secara garis besar terdapat tiga tipe gaya belajar anak, yaitu visual, auditorik, dan kinestetik. Ketahui tipe gaya belajar si Kecil dan bantu ia belajar sesuai dengan karakternya.

  • Visual: Anak tipe visual dapat menerima informasi dengan melihat. Mums dan Dads dapat mengajarinya melalui gambar, peta pikiran (mind mapping), dan buku berilustrasi.
  • Audio: Anak tipe ini lebih sensitif terhadap suara, dan memiliki minat tinggi terhadap musik. Orang tua dapat menggunakan intonasi ketika menyampaikan informasi pada anak, memutar musik, atau memanfaatkan teknik bercerita untuk memudahkan si Kecil menyerap materi pelajaran
  • Kinestetik: Anak kinestetik lebih mudah menyerap informasi melalui aktivitas. Orang tua dapat menggunakan alat peraga atau mengaplikasikan langsung materi belajar.

Penting untuk diperhatikan bahwa, tidak masalah bila sesekali Mums tetap menemukan kendala saat mendampingi si Kecil belajar. "Tidak ada yang sempurna, apalagi menyangkut proses menjadi guru seumur hidup bagi anak. Percayalah, selama orang tua memiliki kasih sayang dan niat yang baik untuk membimbing si Kecil, hal tersebut pasti kelak membuahkan hasil," pungkas Dian. (TA/AY)

 

Baca juga: Mums, Ajarkan si Kecil Belajar Mencintai Lingkungan