Beberapa dari kita mungkin sudah mengetahui Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) sebagai kondisi yang ditandai dengan adanya kista-kista kecil yang terlihat saat dilakukan USG. Namun menurut Dr. Beeleonie, BMedSc, Sp.OG-KFER, gambaran yang terlihat itu sebenarnya bukanlah kista, melainkan sel telur atau yang sering disebut dengan folikel kecil. Lalu, apa lagi hal-hal seputar PCOS yang belum kita ketahui? Untuk mengenal lebih dalam tentang PCOS, yuk lebih simak wawancara dengan Dr. Beeleonie!

 

Apa Itu PCOS?

"PCOS itu kepanjangan dari Polycystic Ovary Syndrome atau dalam bahasa Indonesia, Sindrom Ovari Polikistik. Kenapa kita bilang polikistik? Karena pada gambaran USG, ada seperti kista-kista kecil. Padahal, itu sebenarnya bukan kista. Yang terlihat itu sel telur yang sering kita sebut folikel. Jadi, itu folikel kecil-kecil.

 

Namanya sindrom itu merupakan kumpulan dari gejala. Kita memakai kriteria yang dianut sekarang, yaitu kriteria Rotterdam. Jika ada 2 dari 3 kriteria Rotterdam, sudah bisa dikategorikan polikistik.

 

Kriteria yang pertama, siklus haid yang tidak teratur atau tidak adanya masa subur. Yang kedua, adanya tanda-tanda hormon yang tidak stabil atau hormon androgennya berlebihan.

 

Sedangkan yang ketiga, adanya gambaran seperti kista-kista pada saat USG di indung telur. Yang kita bilang polikistik itu kalau sel-sel telurnya 6 sampai 8 mm, kurang dari 10 mm, jumlahnya kurang lebih 10 sampai 15, dan bentuknya akan melingkari sel telur. Jadi sel telur terlihat seperti menggunakan kalung."

 

Baca juga: Wanita dengan PCOS Berisiko Tinggi Diabetes

 

Apakah PCOS Selalu Ditandai dengan Menstruasi yang Tidak Teratur?

"Seperti yang sudah saya sampaikan, 2 dari 3 kriteria. SIklus menstruasi yang tidak teratur itu hanya salah satu. Memang pada 61% kasus PCOS, pasien memiliki 3 kriteria tersebut. Namun ada 16% pasien yang siklus haidnya baik, di gambaran USG ada polikistik dan tanda-tanda hiperandrogen."

 

Siklus Haid yang Tidak Teratur Akibat PCOS Hanya Bisa Diatasi dengan Pil KB, Mitos atau Fakta?

"Pil KB atau pil kontrasepsi itu merupakan salah satu metode untuk membuat siklus haid teratur. Pertanyaannya, kenapa sih siklus haid kita harus teratur? Masalahnya, dinding rahim kalau sudah tebal harus luluh. Jadi, dinding rahim itu tidak boleh dalam keadaan yang tebal terus-menerus.

 

Pil KB mengandung 2 hormon yang bekerja saling sinergi, yang satu menekan hormon supaya dinding rahimnya tidak terlalu tebal, sedangkan yang satu lagi akan mengatasi gangguan hiperandrogen dari PCOS.

 

Pil KB memang salah satu metode pengobatan. Namun, apakah harus itu dan selalu itu? Jawabannya tidak. Lini pertama sebenarnya yang bisa dilakukan ialah modifikasi gaya hidup. Pasien PCOS sering kita sarankan untuk berolahraga dengan teratur dan makanannya dijaga.

 

Selain itu, kalau memang ada pasien yang tidak ingin menggunakan pil kontrasepsi, ada tablet hormon lain yang bisa digunakan dan tidak ada efek kontrasepsinya. Dosis hormonnya lebih rendah, menggunakan hormon alami, sehingga tidak ada penekanan kesuburan seperti pada pil kontrasepsi."

 

Apa Faktor Risiko yang Bisa Menyebabkan PCOS?

"Kalau bicara PCOS, ini sebenarnya sedikit unik karena penyakit ini campuran dari genetik dan gaya hidup (lifestyle). Contohnya, saya mungkin tidak ada genetik PCOS, tetapi saya malas, tidak pernah olahraga, makan junk food, siklus haid saya baik-baik saja, tidak ada manifestasi apa-apa, dan subur.

 

Sedangkan teman saya ada pembawa sifat gen PCOS dan gaya hidupnya sama buruknya dengan saya, tetapi dia manifestasi. Jadi, faktor risiko yang pertama, genetik tidak bisa kita pungkiri berperan.

 

Orang-orang yang memiliki genetik tersebut lebih potensial terkena PCOS. Faktor lainnya adalah sedentary lifestyle. Hidupnya kurang sehat, dari segi makanan banyak mengonsumsi yang berlemak. Selain itu, vitamin D yang rendah juga termasuk salah satu faktor risiko."

 

Benarkah PCOS Hanya Menyerang Wanita yang Obesitas?

"Sering kali kita lihat kalau orangnya gemuk, pasti PCOS. Sebenarnya itu mungkin karakter, ya. Jadi, tidak semua pasien PCOS itu gemuk. Namun, ada kelompok pasien PCOS yang gemuk dan mereka susah menurunkan berat badan. Kemudian, mereka juga berpotensi diabetes lebih tinggi. Tidak semua pasien gemuk itu PCOS. Sebaliknya, pasien PCOS punya kecendrungan obesitas."

 

Apakah Seseorang yang Kurus Bisa Berisiko PCOS?

"Ada yang kita sebut lean PCOS, yaitu kategori PCOS yang tidak gemuk. Kurus, tidak tumbuh jerawat di wajah, dan tidak ada tanda-tanda hiperandrogen. Namun, dia khas, siklus haidnya tidak teratur disertai dengan gambar polikistik. Oleh karena itu, yang kurus pun bisa saja terkena PCOS."

 

Baca juga: Apa yang Harus Dilakukan Wanita Jika Menderita PCOS

 

Setelah Wanita Mengalami Gejala, Apa Langkah-langkah yang Harus Dilakukan?

"Saat pubertas, jika selama satu tahun siklus haid tidak teratur, hal ini sangat wajar. Namun kalau sudah lewat satu tahun, menstruasinya masih 3 hingga 4 bulan sekali, wajahnya mudah sekali berjerawat, timbul bulu-bulu halus di tempat yang tidak seharusnya, seperti berkumis, kita boleh mencari pertolongan.

 

Sebagai dokter, selain menentukan dengan kriteria Rotterdam tadi, kita biasanya akan memeriksa dan memastikan tidak ada gangguan hormonal lain, seperti gangguan hormon tiroid.

 

Hormon tiroid yang terganggu bisa saja membuat siklus haid tidak teratur, tetapi bukan serta-merta tanda PCOS. Selain itu, hormon prolaktin yang tinggi juga bisa mengganggu siklus haid. Hormon prolaktin ini biasanya tinggi pada ibu-ibu yang sedang menyusui, tetapi bisa juga terjadi pada kasus-kasus tertentu, seperti tumor pada pituitary atau bagian dari otak.

 

Oleh karena itu, harus dipastikan terlebih dahulu tidak ada kasus lain. Kejadian langka ialah tumor pada indung telur dan bisa juga dari adrenal, kelenjar di atas ginjal yang juga mengeluarkan hormon. Kita harus memastikan tidak ada masalah di sana sebelum memutuskan PCOS."

 

Baca juga: Gangguan Hormonal PCOS, Penyebab Wanita Susah Hamil

 

Setelah Didiagnosis oleh Dokter, Pengobatan Apa yang Harus Dilakukan?

"Kita lihat dulu, pasien ini datang maunya apa, ingin siklus haidnya teratur atau dia mau punya anak. Kalau pasien belum menikah, pasti ingin siklus haidnya teratur. Sebenarnya untuk lini pertama, tetap kita sarankan pasien untuk hidup sehat terlebih dahulu atau modifikasi gaya hidup.

 

Jika sudah dijalankan, belum ada hasil, kita akan berikan obat untuk regulasi haid. Kalau pasien ingin memiliki keturunan, kita bisa memberikan beberapa alternatif dengan menciptakan masa suburnya.

 

Kita buat supaya folikelnya untuk bertumbuh supaya mendapatkan masa subur. Kalau pasien sudah punya anak atau katakanlah di atas usia 40 tahun, kita targetkan supaya pasien ini tidak masuk dalam diabetes tipe 2 dan kategori penebalan dinding rahim yang berpotensi terhadap kanker dinding rahim di kemudian hari."

 

Jika PCOS Tidak Segera Ditangani, Apa yang Akan Terjadi?

Pasien tidak melakukan pengobatan apapun, dinding rahim menebal terus tanpa luluh. Kalau sudah begini, berpotensi kanker dinding rahim karena semua dinding rahim yang menebal harus luluh.

 

Kemudian, kita juga perlu mengecek gula darah pada pasien karena ada yang cenderung resistensi insulin dan berpotensi terkena diabetes tipe 2. Begitu terkena diabetes, pembuluh darahnya kurang baik dan berpotensi pada penyakit jantung, ginjal, dan seterusnya. Oleh karena itu, sebaiknya dideteksi sejak dini dan diregulasi."

 

Ada Anggapan Bahwa Wanita dengan PCOS Tidak Bisa Hamil, Benarkah?

"Memang kemungkinan punya anak akan lebih rendah dibandingkan wanita tanpa PCOS. Hal ini karena wanita dengan PCOS memiliki gangguan pada masa subur. Masa subur ini tidak bisa diprediksi.

 

Namun, apakah pasien PCOS tidak bisa hamil spontan? Jawabannya tidak. Beberapa kasus, pasien tidak memiliki masa subur setiap bulannya, bahkan masa suburnya bisa 3 hingga 6 bulan sekali. Jika saat itu bersanggama, bisa saja hamil. Namun, angka kemungkinan keguguran berulang juga lebih tinggi pada pasien PCOS."

 

 

Apa yang Harus Diperhatikan Wanita dengan PCOS yang Ingin Hamil?

"Pertama, pastikan terlebih dahulu, gula darahnya baik karena kita juga tidak ingin diabetes dalam kehamilan. Kedua, pastikan terlebih dahulu siklus haidnya bisa teratur atau tidak. Kalau tidak teratur, kita berikan obat untuk membantu. Ketiga, harus modifikasi gaya hidup.

 

Kalau pasien terlalu gemuk atau obesitas, sebaiknya menurunkan berat badan lebih dulu karena obesitas juga tidak baik bagi kehamilan. Kita juga harus menjaga kadar gula darah. Pasalnya, gula darah yang tinggi akan membuat bayi yang dikandung mempunyai risiko yang tinggi terhadap diabetes ataupun PCOS. (TI/AS)

 

mitos fakta haid