Penelitian menemukan bahwa wanita dengan sindrom polikista ovarium atau Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS) ternyata memiliki risiko terkena diabetes tipe 2 hingga 4 kali lebih besar dibandingkan wanita tanpa PCOS. Kenapa bisa begitu, ya? 

 

PCOS merupakan gangguan hormonal pada wanita yang menyebabkan sel telur diproduksi tidak normal, yaitu kecil-kecil dan tidak dapat matang. Inilah sebenarnya yang disebut "kista" karena sel-sel telur yang kecil-kecil ini tidak matang dan membesar sehingga jarang terjadi ovulasi. Sudah dapat ditebak, jika PCOS pun pada akhirnya menyebabkan gangguan kesuburan pada wanita. 

 

Dilansir dari Mayoclinic, salah satu penyebab PCOS adalah produksi hormon androgen secara berlebihan.Namun penyebab pasti dari PCOS ini pun belum diketahui. Wanita dengan PCOS setidaknya mengalami 2 dari gejala berikut:

  • Menstruasi tidak teratur. Siklus menstruasi yang jarang, tidak teratur, atau berkepanjangan merupakan tanda PCOS yang umum.
  • Androgen yang berlebih. Peningkatan kadar hormon pria dapat membuat tanda-tanda fisik seperti tumbuhnya rambut berlebihan pada wajah atau di bagian tubuh lainnya, dan kadang jerawat yang parah, atau kebotakan.
  • Jika dilihat dengan USG ovarium nampak membesar dipenuhi polikistik yang sejatinya adalah folikel sel-sel telur.
  • JIka wanita penderita PCOS juga memiliki kelebihan berat badan, umumnya gejala PCOS lebih berat.

 

Baca juga: Gangguan Hormonal PCOS, Penyebab Wanita Susah Hamil

 

Dikutip dari laman DailyMail, kondisi ini memengaruhi sekitar 1 dari 5 wanita. PCOS juga meningkatkan risiko resistensi insulin, yang menjadi awal penyakit diabetes melitus tipe 2. Wanita dengan PCOS diketahui terdiagnosis diabetes 4 tahun lebih awal daripada pasien tanpa PCOS. Dalam penelitian, usia rata-rata penderita PCOS saat terdiagnosis diabetes masih sangat muda, yaitu 31 tahun.

 

“Banyak wanita dengan PCOS mengidap obesitas, namun risiko berkembangnya diabetes pada PCOS belum diketahui,” jelas salah satu peneliti, Dorte Glintborg dari Odense University Hospital di Denmark. Peningkatan risiko berkembangnya diabetes tipe 2 pada PCOS merupakan temuan penting. Diabetes mungkin berkembang pada usia muda dan penting diperiksa, terutama bagi wanita yang obesitas dan mengalami PCOS,” tambahnya.




 

 

Temuan Penting dari Penelitian

Tim ahli meneliti lebih dari 19.500 wanita Denmark yang pra-menopause dan terdiagnosis PCOS. Wanita dengan PCOS ini kemudian dibandingkan dengan wanita lainnya dengan usia yang hampir sama dan tidak memiliki PCOS ataupun belum terdiagnosis diabetes tipe 2 sebelumnya.

 

Para peneliti ini kemudian menemukan kalau wanita dengan PCOS 4 kali lebih rentan mengembangkan diabetes jika dibandingkan dengan mereka yang tidak memilki PCOS ataupun belum terdiagnosis diabetes tipe 2. Para peneliti juga menemukan kalau indeks massa tubuh yang lebih tinggi, resistensii insulin, dan kadar lemak darah termasuk trigliserdia semakin meningkatkan risiko diabetes.

 

Baca juga: Apakah Obesitas Menyebabkan Menstruasi Tidak Teratur?

 

Insulin Adalah Kuncinya

Insulin merupakan hormon yang mengontrol gula darah pada di tubuh. Wanita dengan PCOS rentan mengalami resisten insulin, sehingga tubuh akan mencoba untuk memproduksi lebih banyak insulin. Kadar insulin yang tinggi menyebabkan ovarium memproduksi terlalu banyak testosteron yang mengganggu proses ovulasi. Resistensi insulin juga dapat memicu kenaikan berat badan yang membuat gejala PCOS makin memburuk karena kelebihan lemak membuat tubuh memproduksi lebih banyak insulin. 

 

Baca juga: Benarkah Memiliki Istri yang Obesitas Meningkatkan Risiko Diabetes?

 

JIka diabetes dapat dikelola dengan minum obat teratur, diet khusus dan olahraga, maka tidak ada obat untuk PCOS. Obat-obatan yang tersedia hanya untuk mengobati gejala, seperti rambut yang tumbuh berlebihan, menstruasi yang tidak teratur, ataupun masalah kesuburan. Umumnya wanita PCOS akan melakukan pembuahan berbantu entah bayi tabung atau inseminasi untuk dapat hamil. 

 

Jika memiliki ciri-ciri atau gejala PCOS, segeralah konsultasi ke dokter, apalagi jika juga kelebihan berat badan. Bahkan meski belum menikah sekalipun, penting untuk memeriksakan diri jauh-jauh hari. (TI/AY)