Kepanikan akibat penyakit COVID-19 masih dirasakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Virus yang awalnya muncul di Wuhan, Tiongkok, ini mulai ditemukan di beberapa negara lain dengan penyebaran yang relatif cepat. Salah satu faktor yang berkontribusi pada penularan yang sedemikian cepat adalah adanya fenomena “superspreader”.

 

Apa yang Dimaksud dengan Superspreader?

Dalam konteks penyakit infeksius, superspreader adalah istilah yang digunakan pada individu yang terinfeksi suatu penyakit menular kemudian menularkan penyakit tersebut pada sekitarnya dengan jumlah yang relatif lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan penderita pada umumnya.

 

Adanya superspreader memegang peranan besar dalam kecepatan penularan infeksi, hingga terjadinya wabah (outbreak) di suatu area. Fenomena superspreading diduga menjadi penyebab lonjakan kasus infeksi COVID-19 yang dijumpai di Singapura, Korea Selatan, Italia, Iran, serta beberapa negara lainnya.

 

Contoh dari fenomena superspreading nampak jelas pada kasus yang dijumpai di Korea Selatan beberapa waktu lalu. Seorang wanita diduga menularkan infeksi COVID-19 pada puluhan orang lebih, yang tercatat mengikuti ibadat keagamaan di sebuah rumah ibadah.

 

Baca juga: WNI Positif Terinfeksi Coronavirus, Benarkah Harus Dikarantina?

 

Wanita tersebut tidak menyadari dirinya positif COVID-19 karena keluhan yang dirasakan pada saat itu hanya demam dan tidak ada riwayat perjalanan ke daerah yang mengalami wabah. Namun setelahnya, sekitar 40 orang yang mengikuti ibadat keagamaan bersama dengan wanita tersebut dilaporkan positif terinfeksi COVID-19.

 

Padahal, sebelumnya diketahui bahwa umumnya seorang penderita yang positif COVID-19 berpotensi menularkan penyakit ini pada sekitar 2-3 orang lainnya. Dari kejadian ini, Geng Sehat bisa mengamati bahwa seorang superspreader dapat menularkan suatu penyakit infeksius kepada banyak orang dalam kurun waktu yang relatif singkat.

 

Salah satu fenomena superspreading yang terkenal adalah kasus “Typhoid Mary” yang terjadi di Amerika Serikat pada awal tahun 1900-an. Kala itu, seorang juru masak bernama Mary Mallon terbukti menularkan demam typhoid, suatu penyakit infeksi yang pada saat itu masih tergolong fatal, kepada puluhan orang dan sebagian berujung pada kematian.

 

Mary sendiri tidak menunjukkan gejala yang berarti. Namun, diduga Mary tidak menerapkan kebiasaan yang higienis. Sanitasi di restoran pun kurang baik, sehingga kuman Salmonella yang dibawanya mengontaminasi makanan yang dimasaknya. Keberadaan superspreader seperti Mary Mallon selalu diwaspadai setiap kali terjadi wabah penyakit menular, termasuk dalam kasus COVID-19 yang saat ini sedang terjadi.

 

Baca juga: Cegah Coronavirus, Benarkah Masker Hanya Digunakan untuk yang Sakit?

 

Apa yang menyebabkan seseorang menjadi superspreader?

Tidak diketahui dengan pasti apa yang menyebabkan seseorang dapat menjadi superspreader pada saat terjadi wabah penyakit. Namun, beberapa hal, seperti kekuatan sistem imun serta riwayat mobilitas dan kontak dengan orang sekitar, dapat menjadi faktor yang memengaruhi timbulnya fenomena superspreading ini.

 

Beberapa orang dapat terinfeksi, tetapi belum menunjukkan gejala yang bermakna. Jika individu tersebut tetap berinteraksi dengan banyak orang selama menjalani rutinitasnya, tentu risiko penularan akan meningkat secara signifikan.

 

Baca juga: Penelitian: Trenggiling Penyebab Coronavirus pada Manusia

 

Apa yang perlu diwaspadai dari adanya fenomena superspreading?

Terkait dengan adanya wabah COVID-19 yang sangat meresahkan dan kuat dugaan dipengaruhi juga oleh adanya individu-individu superspreader, Geng Sehat tidak perlu panik. Namun, harus selalu waspada!

 

Pada saat terjadi wabah penyakit menular, kesadaran individu serta kepedulian terhadap lingkungan sekitar menjadi sangat penting. Terlebih jika sudah timbul stigma buruk terhadap suatu penyakit, sehingga orang yang mengalami gangguan kesehatan enggan memeriksakan diri karena takut dikucilkan.

 

Ingat point-point berikut ini: 

1. Bagaimana Coronavirus Menyebar?

Lewat percikan kecil atau besar dari air liur orang sakit, yang masuk ke dalam mulut, mata, dan hidung orang sehat.

Karenanya, jika melihat orang batuk-batuk atau bersin-bersin, lakukan:
1. Jaga jarak kira-kira 2 meter.
2. Berikan masker kepada orang tersebut, agar tidak menulari orang lain.


2. Hindari Kerumunan!

Sebaiknya, hindari kerumunan orang, karena bisa saja orang yang terinfeksi tidak menimbulkan gejala, tetapi tetap bisa menularkan virus.
Air liur orang sakit bisa menempel pada:


- Pegangan pintu
- Pegangan kereta/MRT/kendaraan umum
- Pulpen/alat tulis
- Alat makan
- Mouse
- Tisu
- Tangan penderita
- Perangkat digital
- Tombol lift
- Pegangan tangga
- Gelas
- Bahkan di bagian luar masker orang sehat

Jika Gengs/Mums tidak sengaja menyentuh benda-benda tersebut, lalu..
- Menyentuh wajah kalian sendiri
- Mengucek mata
- Menyentuh wajah orang yang kalian sayangi
Bisa saja terinfeksi, lho!
Virus bisa bertahan hingga 24 jam, dan hanya bisa hilang jika dibersihkan menggunakan sabun.

 

Sebagai pencegahan, lakukan 5 langkah ini:


1. Jangan menyentuh wajahmu atau wajah siapa pun.
2. Cuci bersih tangan menggunakan sabun selama minimal 20 detik, atau 2 kali menyanyikan lagu Happy Birthday. Cuci tangan hingga batas siku. Selalu cuci tangan sebelum makan atau setelah dari tempat umum.
3. Jangan gunakan masker lebih dari sehari. Hindari juga memegang bagian luar masker.
4. Jangan berbagi makanan, alat makan, gelas, dan handuk.
5. Buka dan tutup pintu dengan siku atau bahu jika memungkinkan.

 

Beberapa tips lain yang perlu diperhatikan antara lain:

  • Selalu menjaga kesehatan dengan menjaga pola makan bergizi dan seimbang, serta cukup istirahat agar sistem imun tubuh dapat bekerja optimal.
  • Patuhi semua instruksi yang berkaitan dengan upaya pencegahan penularan penyakit. 
  • Segera memeriksakan diri apabila mengalami gangguan kesehatan, terutama jika mengarah pada gejala infeksi saluran pernapasan.
  • Laporkan kepada petugas kesehatan atau penanggung jawab di lingkungan sekitar apabila di sekitar Geng Sehat terdapat seseorang yang tampak sakit, tetapi belum memeriksakan diri dan masih melakukan rutinitas normal.
  • Gunakan media sosial Geng Sehat untuk menyebarluaskan informasi yang bermanfaat terkait update wabah COVID-19, tetapi hindari stigma negatif. Hal ini mampu meningkatkan kesadaran orang banyak tanpa membuat ketakutan yang berlebihan.

 

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan infeksi COVID-19. Salam sehat! (AS)

 

Baca juga: Tidak Ada Kasus Coronavirus di Indonesia, Begini Prosedur Pemeriksaan Spesimen Coronavirus di Lab Kemenkes!

           

Referensi

CNN Health: Disease detectives hunting down more information about 'super spreader' of Wuhan coronavirus

The Hellenic Society of Gastroenterology: Mary Mallon (1869-1938) and the history of typhoid fever

Euronews: Coronavirus: What is a 'super spreader' and how does it apply to the outbreak?

BBC News: Coronavirus super-spreaders: Why are they important?