Kematian janin di dalam kandungan merupakan hal yang tidak dapat disangka-sangka dan memberikan pengaruh emosional tersendiri kepada calon orang tua yang mengalaminya. Belum lama ini, kita mendengar berita dari selebriti Indonesia yang harus menghadapi kematian kedua anak kembarnya ketika masih janin di dalam kandungan. Sebenarnya, apa sih penyebab kematian janin di dalam kandungan secara mendadak?

 

Kematian janin di dalam kandungan pada umumnya dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu sebelum usia kehamilan 20 minggu dan setelah usia kehamilan 20 minggu. Kematian janin pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu disebut dengan abortus spontan. Sedangkan pada usia kehamilan di atas 20 minggu disebut dengan intra uterine fetal death (IUFD). Namun, ada juga beberapa pangertian yang menyertakan pengelompokkan berdasakan berat badan janin.

 

Seberapa sering sih angka kejadian IUFD di dunia? Dari data pada tahun 2009 didapatkan IUFD berada di angka 18 kasus per 1.000 kelahiran. Angka ini sudah mengalami perbaikan jika dibandingkan dengan 10 tahun sebelumnya. Angka IUFD juga dipengaruhi oleh kemajuan fasilitas kesehatan di daerah tersebut.

 

Baca juga: Mengapa Bayi Bisa Meninggal Dunia dalam Kandungan Seperti yang Dialami Irish Bella?

 

Kenapa bisa terjadi kematian janin yang mendadak? Banyak faktor yang memengaruhi hal ini. Namun, pada umumnya bisa disebabkan oleh faktor ibu, faktor plasenta (aliran darah dari ibu ke janin), serta faktor janin itu sendiri.

 

Pada suatu penelitian, dikatakan faktor plasenta merupakan faktor yang paling sering menyebabkan kematian janin di dalam kandungan. Namun, ada beberapa faktor risiko lain yang bisa menyebabkan meningkatnya risiko kematian janin di dalam kandungan, misalnya berat badan berlebih dan obesitas pada ibu. Usia ibu di atas 35 tahun, adanya tekanan darah tinggi, diabetes, dan kebiasaan merokok juga dapat memengaruhi kejadian angka kematian secara mendadadak. Janin yang kecil juga merupakan faktor risiko.

 

Beberapa pemeriksaan, seperti infeksi TORCH toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, dan herpes simplex virus, antibodi, kelainan darah, tiroid, serta pemeriksaan darah lengkap, dapat dilakukan untuk memberikan data tambahan mengenai keadaan ibu.

 

Baca juga: Mirror Syndrome, Penyebab Meninggalnya Janin Kembar Irish Bella-Ammar Zoni

 

Kapan kita bisa mengetahui kematian janin secara mendadak? Biasanya yang dirasakan oleh ibu adalah gerakan janin yang mulai berkurang. Hal ini sebaiknya dikonfirmasi dengan pemeriksaan USG untuk memberikan gambaran kontraksi jantung dan denyut jantung janin.

 

Setelah keadaan IUFD ini dikonfirmasi dengan pemeriksaan USG, langkah selanjutnya adalah diskusi dengan keluarga. Hal yang ditawarkan oleh dokter adalah terminasi kehamilan. Biasanya, kapan proses terminasi dilakukan ditentukan setelah diskusi dengan calon orang tua. Ada beberapa ibu yang ingin menunggu sampai mereka siap secara emosional. Namun, tidak sedikit juga yang memberikan keputusan proses terminasi janin dilakukan sesegera mungkin.

 

Terminasi janin bisa dilakukan dengan cara melakukan proses induksi terlebih dahulu maupun dilakukan operasi caesar jika sang Ibu memiliki penyakit tertentu atau sebelumnya telah melakukan operasi caesar sebelumnya (untuk menghindari risiko ruptur pada rahim ibu). Pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu, hal yang biasa dilakukan adalah kuretase untuk mengevakuasi janin.

 

Bagaimana jika ibu ingin merencanakan kehamilan selanjutnya? Jika mengetahui memiliki faktor risiko, disarankan berkonsultasi kepada dokter kandungan serta melakukan kontrol untuk menurunkan kemungkinan terjadinya IUFD, misalnya kontrol gula darah dan tekanan darah. Ini dapat dilakukan sebelum adanya konsepsi. Kontrol rutin berupa USG juga dianjurkan untuk memantau perkembangan janin secara berkala. (AS)

 

Baca juga: Stres Berlebihan Bisa Menyebabkan Keguguran, Benarkah?