Rasanya tidak ada manusia yang ingin terlahir dengan tubuh tidak sempurna. Sayangnya, ada beberapa dari kita yang terlahir dengan kebutuhan khusus, salah satunya tidak bisa mendengar. Berdasarkan keterangan dari WHO, sebagian besar penyandang tuli berada di negara miskin dan berkembang. Mereka mengaku tidak mendapatkan pelayanan yang baik dari pemerintah. Indonesia sendiri masih memiliki banyak pekerjaan rumah dalam hal pemberdayaan penyandang disabilitas.

 

Kebiasaan Buruk yang Dapat Merusak Kesehatan

 

Terdapat 10 fakta terkait ketulian yang perlu Kamu ketahui. Yuk, cek di bawah ini!

 

Fakta 1: Hingga Maret 2018, terdapat 466 juta penyandang tuli yang tercatat oleh WHO. Jumlah ini lebih dari 5% populasi di dunia, dengan 34 juta di antaranya adalah anak-anak. WHO memprediksi jika pada 2030 akan ada 630 juta penyandang tuli dan akan terus meningkat. Pada 2050, jumlahnya akan mencapai hingga 900 juta jika tidak dilakukan pencegahan sejak dini.

 

Fakta 2: Jika tidak dilakukan pencegahan, akan berdampak pada pengeluaran secara global hingga mencapai 750 miliar dolar internasional per tahunnya. Biaya ini tidak hanya untuk sektor kesehatan, melainkan juga termasuk sektor pendidikan hingga pekerjaan akibat tingkat produktivitas yang menurun.

 

Fakta 3: Terdapat 34 juta anak di dunia yang kehilangan pendengaran. Kondisi tuli bisa terjadi sejak lahir. WHO mencatat kurang lebih sekitar 5 dari 1.000 bayi yang dilahirkan dalam keadaan tuli.

 

Fakta 4: Infeksi telinga kronis adalah penyebab utama gangguan pendengaran. Lebih dari 30% anak yang mengalami gangguan pendengaran disebabkan oleh penyakit campak, rubella, gondongan, meningitis, dan infeksi telinga. Ironisnya, dari jumlah tersebut, WHO mencatat 330 juta anak menderita infeksi telinga atau otitis media kronis, yang berkembang menjadi kerusakan pada indra pendengaran. Ini bisa mengakibatkan komplikasi dan kematian.

 

Fakta 5: 1 dari 3 lansia yang berusia di atas 65 tahun mengalami gangguan pendengaran akibat menurunnya fungsi di dalam telinga. Apabila saat lansia tidak dilakukan perawatan pada indra pendengarannya, maka tidak hanya akan berdampak pada kesulitan komunikasi saja, melainkan juga berdampak pada psikologisnya, seperti kesepian, depresi, dan merasa terisolasi secara sosial. Biasanya jika seorang lansia telah mengalami gangguan pendengaran, kemampuan mengingatnya juga akan menurun jauh. Jika sudah dalam kondisi ini, segera berikan alat bantu dengar untuk mereka.

 

Fakta 6: Suara bising merupakan penyebab gangguan pendengaran yang dapat dihindari. WHO memperkirakan sekitar 1,1 miliar orang di dunia usia 12-35 tahun berisiko lebih tinggi mengalami gangguan pendengaran akibat suara bising, misalnya akibat menonton konser dan acara olahraga, maupun menghadiri aktivitas lain yang menggunakan pengeras suara secara berlebihan. Namun, risiko ini dapat dicegah dengan menerapkan posisi aman saat berada dalam situasi tersebut, yaitu berada jauh dari pengeras suara dan tidak memaksakan diri untuk berada di sana jika telinga sudah merasa tidak nyaman.

 

Fakta 7: Suara bising yang tak dapat dihindari, misalnya di tempat kerja dan penggunaan obat tertentu, dapat meningkatkan risiko gangguan pendengaran. Jika Kamu bekerja di tempat bising, sebaiknya gunakan pelindung telinga saat bekerja. Selain itu, penggunaan obat seperti aminoglikosida, ototoxicity, dan antimalaria tertentu juga dapat meningkatkan risiko gangguan pendengaran.

 

Fakta 8: Alat bantu dengar dan implan koklea dapat membantu penyandang tuli menjalani aktivitas hariannya. Kedua fasilitas ini sangat direkomendasikan oleh WHO untuk disediakan oleh negara-negara dengan jumlah penyandang tuli yang cukup besar.

 

Fakta 9: Bahasa isyarat sangat membantu penyandang tuli untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Ternyata mengajari anak penyandang tuli untuk menggunakan bahasa isyarat sangat membantu mereka dalam berkomunikasi. Karenanya, WHO menyarankan agar setiap negara menyediakan fasilitas ini.

 

Fakta 10: Sekitar 60% anak penyandang tuli ternyata dapat dicegah gangguannya melalui tindakan kesehatan. Berbagai strategi untuk mencegah terjadinya gangguan pendengaran pada anak meliputi peningkatan program kesehatan ibu dan anak melalui imunisasi, rutin melaksanakan pemeriksaan pendengaran pada bayi dan anak di sekolah, melatih profesional medis untuk melakukan perawatan pendengaran, memproduksi lebih banyak alat bantu dengar, memantau penggunaan obat-obatan yang dapat berefek pada gangguan pendengaran, serta semakin giat mempromosikan perawatan pendengaran.

 

Baca juga: Stimulasi Pendengaran Bayi dengan 3 Cara Ini!

 

Kesepuluh fakta tersebut merupakan gambaran kondisi penyandang tuli saat ini dan bagaimana pemerintah memberikan fasilitas untuk mereka. Bagaimana pendapatmu? Jika Kamu memiliki waktu luang, Kamu dapat belajar menggunakan bahasa isyarat agar lebih mudah berkomunikasi dengan mereka. Saat ini, juga telah dibuka beberapa restoran dan fasilitas umum yang mempekerjakan para penyandang tuli maupun penyandang disabilitas lainnya. Jadi, Kamu dapat memanfaatkannya untuk berkomunikasi dan bersahabat dengan mereka. (BD/AS)