Nutrisi yang cukup memiliki peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ada banyak hal yang memengaruhi pemenuhan nutrisi. Mulai dari ketersediaan nutrisi hingga pola makan anak. 

Sayangnya, asupan makanan dan pola makan anak telah banyak berubah ke arah yang tidak baik. Akhir-akhir ini, anak-anak cenderung mengonsumsi makanan tinggi lemak dan minuman manis secara berlebihan serta kurang mengonsumsi buah dan sayuran. Akibatnya, banyak anak tidak mendapatkan berbagai nutrisi yang ideal dan lebih mungkin mengalami defisiensi nutrisi.

Jenis Defisiensi Nutrisi yang Rentan Dialami Aanak-anak

Ada banyak jenis defisiensi nutrisi yang mungkin dialami anak-anak. Dari semuanya, berikut adalah beberapa jenis defisiensi nutrisi yang paling banyak dialami anak-anak.

1. Defisiensi zat besi

Kekurangan zat besi adalah defisiensi nutrisi yang paling umum di kalangan anak-anak selama beberapa dekade. Sebagai hasil dari peningkatan suplementasi zat besi, prevalensi defisiensi zat besi menurun selama tahun pertama kehidupan. Namun, tingkat kekurangan zat besi pada balita dan anak usia sekolah tetap konstan selama beberapa dekade.

Saat mulai mengonsumsi makanan padat, banyak akan kemudian cenderung pilih-pilih makanan Akibatnya, si kecil mungkin kekurangan nutrisi penting ini.

Zat besi penting untuk berbagai fungsi tubuh. Misalnya, ini merupakan komponen penting dari hemoglobin, protein yang membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.

Berbagai makanan yang merupakan sumber zat besi, meliputi daging merah, kacang merah, kacang arab, kerang, bayam, hati ayam, dan ikan.

2. Defisiensi vitamin D

Tubuh memproduksi vitamin D dari kolesterol di kulit saat terpapar sinar matahari. Jadi, orang yang tinggal jauh dari khatulistiwa lebih mungkin kekurangan vitamin D.

Kebanyakan orang tidak sadar bahwa dirinya mengalami defisiensi vitamin D karena gejalanya tidak jelas, bahkan dapat berkembang selama bertahun-tahun.

Kekurangan vitamin D banyak dialami anak-anak dan orang dewasa. Pada orang dewasa, gejala defisiensi vitamin D meliputi kelemahan otot, keropos tulang, dan peningkatan risiko patah tulang. Pada anak-anak, defisiensi vitamin D dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan, tulang lunak (rakhitis), dan penurunan penurunan fungsi kekebalan tubuh.

Sumber terbaik vitamin D adalah sinar matahari. Selain itu, anak juga bisa mencukupi kebutuhan vitamin D melalui makanan, seperti minyak hati ikan kod, salmon, mackerel, sarden, dan kuning telur.

3. Defisiensi seng

Seng adalah mineral yang berperan penting dalam pertumbuhan masa kanak-kanak, pencernaan, perkembangan hormon seks, dan kekebalan yang kuat. Kekurangan mineral ini dapat berdampak negatif pada segala hal, mulai dari rambut, kulit, kuku, hingga fungsi kognitif dan tinggi badan anak. 

Beberapa makanan yang merupakan sumber seng, meliputi wijen, biji labu, biji labu, kacang mete, kacang tanah, makanan laut, dan daging sapi. Sementara, buah yang menyediakan seng, meliputi alpukat dan beri.

4. Defisiensi kalsium

Defisiensi kalsium banyak dialami anak-anak di negara berkembang maupun maju. Kekurangan kalsium juga menjadi penyebab utama masalah perkembangan gigi dan tulang pada anak.

Kalsium adalah mineral yang penting untuk fungsi otot, pengaturan jantung, pembekuan darah, fungsi enzim, dan transmisi pesan sistem saraf ke seluruh tubuh. Sederhananya, kalsium sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.

Susu dan produk susu adalah salah satu sumber kalsium yang mudah didapatkan. Namun, bagi anak yang tidak dapat menoleransi laktosa susu, ada banyak alternatif lain yang bisa dipilih. Sayuran hijau berdaun gelap, kedelai dan tahu, ikan, kacang-kacangan, biji-bijian, dan sereal yang diperkaya adalah beberapa sumber kalsium yang dapat memenuhi kebutuhan anak.

5. Defisiensi kalium

Kalium adalah mineral penting yang mendukung fungsi tubuh dan perkembangan si kecil. Beberapa fungsi kalium, meliputi membangun otot, mendukung pertumbuhan, menjaga fungsi sel-sel saraf, dan mengatur asam serta air tubuh.

Menurut penelitian dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES), 98 persen bayi mendapatkan kalium dari ASI dan/atau susu formula. Sayangnya, hanya sekitar 5 persen anak usia 1 hingga 3 tahun dan kurang dari 1 persen anak usia 4 hingga 5 tahun mendapatkan kalsium dalam jumlah yang dibutuhkan.

6. Defisiensi vitamin A

Vitamin A dikenal sebagai nutrisi yang berperan penting untuk menjaga kesehatan mata. Namun, selain itu, vitamin A juga bertanggung jawab dalam mempertahankan kesehatan kulit, gigi, tulang, dan membran sel.

Defisiensi vitamin A sangat umum dialami anak-anak di negara berkembang. Padahal, defisiensi vitamin A dapat menyebabkan kerusakan mata sementara dan permanen, bahkan kebutaan. Faktanya, defisiensi vitamin A adalah penyebab utama kebutaan di dunia. Tidak mendapatkan cukup vitamin A juga dapat menurunkan fungsi kekebalan tubuh dan meningkatkan angka kematian, terutama pada anak-anak dan wanita hamil atau menyusui. 

Beberapa sumber vitamin A yang mudah didapatkan, meliputi hati sapi, minyak ikan, ubi jalar, wortel, dan sayuran berdaun hijau tua.

Dimungkinkan untuk kekurangan hampir semua nutrisi. Namun, kekurangan nutrisi ini adalah masalah yang paling umum dialami anak-anak. Cara terbaik untuk mencegah defisiensi nutrisi adalah makan makanan seimbang yang mencakup makanan utuh yang padat nutrisi.

Sumber:

 

https://www.sciencedirect.com/sdfe/pdf/download/eid/1-s2.0-S0031395509001114/first-page-pdf

 

https://www.healthline.com/nutrition/7-common-nutrient-deficiencies#TOC_TITLE_HDR_4

 

https://seewhatgrows.org/common-nutrient-deficiencies-childhood/

 

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23966425/