Kelainan yang umum terjadi pada bayi baru lahir biasanya adalah bagian telinga. Kelainan pada telinga biasanya disebut dengan mikrotia dan proturding ear. Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya gangguan pendengaran, di antaranya kelainan telinga bawaan, komplikasi saat lahir, infeksi telinga kronis, virus, penyakit menular dan obat-obat tertentu.

 

Apa yang Menyebabkan Kelainan pada Telinga Bayi Baru Lahir?

Gangguan pendengaran yang dialami oleh bayi baru lahir umumnya disebabkan oleh kelainan telinga bawaan. Faktor genetik dan komplikasi tertentu juga bisa menjadi penyebab gangguan telinga pada bayi, di antaranya:

  • Bayi mengidap penyakit kuning yang parah dan mengalami kerusakan saraf pendengaran sejak baru lahir.
  • Ibu hamil menggunakan obat-obatan tertentu, seperti antibiotik golongan aminoglikosida, obat yang sering digunakan untuk kemoterapi, obat antimalaria, dan obat diuretik.
  • Ibu hamil mengidap rubella, sifilis, dan infeksi lainnya.
  • Bayi sempat mengalami kekurangan oksigen saat sedang dilahirkan.

 

Sebagian besar kelainan pada telinga dapat diketahui dengan melihat bentuk dari telinga bayi. Bila mengalaminya, umumnya penderita akan kurang percaya diri dan bisa pula memengaruhi fungsi pendengarannya.

 

Baca juga: Apa Saja yang Terjadi Pada Bayi dalam Kandungan?

 

Kelainan pada Telinga Berdasarkan Bentuknya

Kelainan telinga yang dialami oleh bayi baru lahir biasanya merupakan mikrotia atau protuding ear. Kedua kelainan pada telinga ini menjadikan bentuk telinga dan daun telinga tidak terlihat seperti pada umumnya.

 

Baca juga: Bayi Juga Bisa Mengalami Katarak Selayaknya Anak Asri Welas

 

Mikrotia

Kondisi ini termasuk kelainan yang jarang terjadi. Diketahui dari 10.000 kelahiran, hanya 1-5 anak saja yang mengalami mikrotia dan kerap dialami oleh bayi laki-laki yang tinggal di dataran tinggi.

 

Umumnya, masalah ini terjadi pada salah satu telinga saja. Hal tersebut terjadi karena pertumbuhan pinna, aurikula, atau daun telinga yang tidak sempurna, sehingga menyebabkan kecacatan. Masalah mikrotia tidak hanya terjadi pada daun telinga bagian luar, melainkan juga menyerang bagian lain di telinga.

 

Bayi yang menderita mikrotia biasanya memiliki ukuran telinga yang kecil dan tidak berkembang, yaitu 50-66% lebih kecil daripada ukuran normal telinga. Itulah mengapa telinga bayi dengan mikrotia terlihat seperti mengerut. Hal ini juga menyebabkan penderita mikrotia umumnya mengalami gangguan pendengaran.

 

Ibu hamil dengan diabetes, menggunakan obat jerawat yang mengandung isotretinoin, mengonsumsi asupan asam folat yang sedikit, penyalahgunaan obat-obatan dan minuman beralkohol, serta pernah terinfeksi rubella pada trimester pertama kehamilan dapat berisiko bayi lahir dengan risiko mikrotia.

 

Protruding ear atau telinga berukuran besar

Kondisi ini memengaruhi 1-2% populasi dan dapat terjadi pada salah satu atau kedua telinga. Masalah ini dipengaruhi oleh adanya ganggungan pembentukkan tulang rawan telinga saat dalam kandungan. Pada protruding ear, daun telinga tumbuh dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan proporsi kepalanya. Kendati demikian, bayi yang mengalami kondisi ini masih dapat mendengar dengan baik. 

 

Kelainan telinga mikrotia atau protruding ear menjadikan bentuk daun telinga tidak sama seperti daun telinga normal. Orang tua yang memiliki biaya berlebih dapat melakukan operasi agar daun telinga bayi menjadi normal. Namun, ada baiknya jika dikonsultasikan kepada dokter terlebih dahulu apakah operasi tersebut baik untuk dilakukan. Selain itu, dukungan keluarga dan orang tua adalah hal yang paling penting untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak dengan kedua kondisi ini. (AD/AS)

 

Baca juga: 4 Mitos Mengenai Perawatan Bayi