Bahaya obesitas sempat menjadi perbincangan banyak orang setelah pria asal Karawang, Yudi Hermanto, meninggal (10/12) akibat penyakit tersebut. Yudi menderita obesitas hingga berat badannya mencapai 310 kg. Menurut penjelasan dokter, pria berusia 33 tahun meninggal akibat penyakit jantung.

 

Mengalami obesitas memang bisa menyebabkan kematian. Setiap tahunnya, obesitas membunuh jutaan orang di seluruh dunia. Bagaimana obesitas bisa menyebabkan kematian? Berikut kondisi-kondisi berbahaya yang bisa disebabkan obesitas menurut situs Everyday Health.

Baca juga: Hati-Hati Stres Bisa Sebabkan Obesitas

 

Gagal Jantung 

Gagal jantung dan obesitas memang sudah terbukti saling berkaitan. Sudah ada sebuah penelitian yang membuktikan bahwa obesitas memang bisa menyebabkan gagal jantung. Ilmuwan asal Swedia mempublikasikan penelitian pada 200.000 orang yang membuktikan penyebab dan dampak obesitas terhadap gagal jantung.

 

Sejak dulu, sudah banyak ahli yang memperkirakan keterkaitan antara obesitas dengan penyakit jantung. Namun, sebelumnya sulit untuk menentukan jika obesitas memang berbahaya. Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan Swedia tersebut membuktikan bahwa orang yang memiliki varian gen yang memicu meningkatnya berat badan juga memiliki risiko terkena gagal jantung yang semakin tinggi.

 

Penyakit Perlemakan Hati Non-Alkoholik 

Penyakit hati yang umum terjadi ini disebabkan oleh penumpukan lemak di hati. Perlemakan hati non-alkoholik sudah lama dikaitkan dengan obesitas dan risiko penyakit jantung. Penyakit ini menyerang sekitar 24 persen populasi dunia dan bisa menyebabkan kondisi kesehatan serius, seperti sirosis dan kanker hati. Pasien yang menderita perlemakan hati non-alkoholik biasanya mengalami gejala seperti ketidaknyamanan di bagian abdominal. Penyakit ini juga sering dikaitkan dengan penyakit arteri koroner

 

Lemak Perut, Insulin, dan Diabetes Tipe 2

Penemuan lain menemukan bahwa lemak tidak hanya ada kaitannya dengan gagal jantung, namun juga dengan diabetes. Bahkan, obesitas cenderung lebih berisiko tinggi menyebabkan diabetes ketimbang gagal jantung. Obesitas bisa menyebabkan kadar insulin meningkat dan tentu saja meningkatkan risiko diabetes.

 

Penelitian lain juga menemukan bahwa lemak perut bisa menyebabkan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah kondisi ketika hormon insulin yang disekresi oleh pankreas untuk mengontrol kadar gula darah dalam tubuh tidak lagi bekerja dengan semestinya.

 

Tekanan Darah Tinggi dan Lemak di Arteri 

Karena penelitian sudah sering mengungkapkan bahwa lemak bisa menyebabkan gagal jantung, maka tidak heran jika obesitas juga sering kali dikaitkan dengan tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi juga merupakan faktor utama penyakit jantung.

 

Semakin berlebihan berat badan, maka semakin tinggi juga tekanan darahnya. Oleh sebab itu, orang yang menderita obesitas memiliki risiko tekanan darah tinggi lebih tinggi ketimbang yang memiliki berat badan ideal.

 

Makanan berlemak juga sering kali dikaitkan dengan tekanan darah tinggi, karena makanan-makanan tersebut menyebabkan penyempitan arteri. Makanan yang mengandung lemak tinggi juga menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dan kalori yang bisa memicu aterosklerosis, yakni kondisi dinding arteri menebal akibat plak.

Baca juga: Kenali 3 Penyebab Obesitas pada Bayi

 

Penyakit Ginjal 

Lemak memang baik untuk ginjal, tapi jika terlalu berlebihan bisa berdampak buruk. Meskipun lemak tubuh yang berada di sekitar ginjal, atau yang biasa disebut jaringan adiposa, melindungi organ tersebut, kelebihan lemak juga bisa meningkatkan risiko penyakit ginjal. Risiko umumnya lebih tinggi pada penderita diabetes dan tekanan darah tinggi. Penyakit ginjal akibat kondisi tersebut menyebabkan lebih banyak kematian ketimbang penyakit diabetes tipe 2.

 

Kanker Payudara 

Setelah menopause, kebanyakan dari produksi estrogen wanita berasal dari jaringan lemak ketimbang dari ovarium. Kalau seorang wanita menderita obesitas dan memiliki jaringan lemak berlebihan, maka ia pasti memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi. Hal tersebut bisa memicu pertumbuhan tumor di payudara dan rahim.

 

Kadar insulin yang lebih tinggi akibat obesitas juga dikaitkan dengan kanker payudara. Obesitas juga sering kali dikaitkan dengan risiko mortalitas kanker payudara. Artinya, wanita yang obesitas memiliki risiko yang lebih tinggi meninggal akibat kanker payudara karena kadar estrogen yang lebih tinggi.

 

Sebagai tambahan, menurut penelitian, jenis lemak yang dikonsumsi wanita juga bisa berdampak pada risiko mortalitas kanker payudara yang ia derita. Diet yang mengandung banyak produk susu lemak tinggi meningkatkan risiko mortalitas penderita kanker payudara hingga 49 persen.

 

Lemak, Sleep Anea, dan Penyakit Tidur

Masalah tidur memang bisa menyebabkan Kamu mengalami kenaikan berat badan secara tidak normal. Namun, obesitas juga bisa menyebabkan masalah tidur. Obesitas meningkatkan risiko terkena sleep apnea, penyakit yang menyebabkan gangguan pernapasan saat tidur.

 

Sleep apnea dan kurang tidur juga sering kali dikaitkan dengan diabetes tipe 2, fibrilasi atrium (kondisi dimana atrium jantung berdenyut dengan tidak beraturan dan cepat), dan tekanan darah tinggi. Jadi jika seorang penderita sleep apnea atau kurang tidur juga mengalami obesitas, maka risiko kematiannya semakin tinggi.

 Baca juga: Apakah Obesitas Menyebabkan Menstruasi Tidak Teratur?

 

Penjelasan di atas memaparkan bagaimana bahayanya obesitas terhadap kesehatan Kamu. Menjaga berat badan bukan berarti harus menjadi sangat kurus. Terlalu kurus sama bahayanya dengan obesitas. Oleh sebab itu, diskusikan dengan dokter berapa berat badan ideal yang sesuai dengan kondisi Kamu. Ikuti juga instruksi dokter tentang bagaimana cara menjaga berat badan sehat tersebut. (UH/AS)