Infeksi COVID-19, sebelumnya disebut novel coronavirus 2019, masih menjadi ancaman kesehatan global. Berdasarkan data dari situation report yang dirilis oleh World Health Organization (WHO) pada 19 Februari 2020, ada 75 ribu lebih kasus yang sudah terkonfirmasi positif infeksi COVID-19 di seluruh dunia.

 

Di Cina sendiri, tempat pertama kalinya COVID-19 ini teridentifikasi, ada 74 ribu kasus infeksi COVID-19 yang telah dilaporkan. Adapun di seluruh dunia, ada 25 negara di luar Cina yang sudah terkonfirmasi mengalami kasus infeksi COVID-19.

 

Dari sisi pengobatannya sendiri, hingga saat ini memang belum ada obat tertentu yang khusus ditujukan untuk mengobati infeksi COVID-19. Namun, bukan berarti dunia sains dan riset diam saja. Hingga saat ini, ada banyak uji klinis (clinical trials) yang sedang berjalan untuk menguji khasiat dan keamanan obat yang diduga dapat mengobati infeksi COVID-19.

 

Dari sekian banyak kandidat obat-obatan untuk infeksi COVID-19, berikut ini beberapa kandidat obat atau kombinasi obat-obatan yang sedang diuji klinis untuk pengobatan COVID-19.

 

Kombinasi lopinavir dan ritonavir

Lopinavir dan ritonavir adalah kombinasi obat antivirus yang selama ini digunakan untuk terapi human immunodeficiency virus (HIV). Kombinasi kedua obat ini beredar dengan nama dagang Kaletra, baik dalam bentuk tablet maupun sirup. Obat ini termasuk dalam golongan protease inhibitor, yang bekerja menurunkan jumalh virus dalam tubuh.

 

Kombinasi lopinavir-ritonavir saat ini sedang diteliti untuk melihat khasiat dan keamanannya bagi pasien dengan infeksi COVID-19. Hal ini didasarkan pada fakta uji pre-klinik lopinavir-ritonavir menunjukkan kombinasi kedua obat ini dapat mereduksi jumlah coronavirus penyebab severe acute respiratory syndrome (SARS) dan Middle-East respiratory syndrome (MERS). Seperti kita ketahui, virus penyebab SARS, MERS, dan COVID-19 masih merupakan satu keluarga yang sama.

 

Baca juga: Antisipasi Gelombang Kedua Coronavirus!

 

Remdesivir

Remdesivir adalah sebuah obat antivirus golongan analog nukleotida. Hingga sekarang, obat ini masih menjadi investigational drugs alias belum pernah dipasarkan sebelumnya. Obat ini dikembangkan oleh Gilead, sebuah perusahaan bioteknologi di California, Amerika Serikat.

 

Pada uji pre-klinik di hewan uji, remdesivir juga menunjukkan aktivitas pada infeksi coronavirus. Sebuah riset melaporkan bahwa pada bulan Januari 2020, salah satu pasien terkonfirmasi COVID-19 di Amerika Serikat selamat dari infeksi COVID-19 setelah mendapat terapi remdesivir. Sekarang, remdesivir sedang dalam tahap uji klinis pada 760 pasien dengan COVID-19 di Cina. Diharapkan uji klinis ini dapat selesai pada akhir bulan April 2020.

 

Baca juga: Mengenal Fenomena “Superspreader” dalam Penularan Coronavirus

 

Chloroquine

Riset dengan menggunakan obat chloroquine digagas oleh pemerintah Cina dalam rangka mencari kandidat obat untuk infeksi COVID-19. Chloroquine adalah obat yang selama ini secara luas digunakan untuk mengobati penyakit malaria.

 

Hal ini disampaikan oleh tiga orang peneliti dari Qingdao University, China, dalam jurnal Bioscience Trends. Hasil lengkap dari penelitian memang belum dipublikasikan. Namun, para peneliti menyatakan hasil uji klinis di beberapa rumah sakit di Cina yang merawat pasien COVID-19 menunjukkan chloroquine memiliki khasiat dalam mengatasi pneumonia penderita.

 

Gengs, itu dia beberapa kandidat obat atau kombinasi obat yang sedang berada dalam tahap uji klinis untuk menentukan khasiat dan keamanannya dalam mengobati infeksi COVID-19. Selain obat-obatan yang disebutkan di atas, masih ada banyak zat yang sedang diuji secara klinis untuk mengatasi infeksi COVID-19.

 

Memang hingga saat ini belum ada sebuah obat tertentu yang ditetapkan menjadi terapi utama untuk infeksi COVID-19. Namun, para peneliti dari berbagai badan dan negara di dunia tetap terus berjuang untuk menemukan obat bagi infeksi COVID-19 ini.

 

Jangan lupa Gengs, mencegah tetap lebih baik daripada mengobati. Mencuci tangan secara rutin, melakukan etika batuk, serta menghindari konsumsi daging hewan yang tidak dimasak dengan matang menjadi beberapa cara yang dianjurkan oleh WHO untuk mencegah infeksi COVID-19. Tetap tenang dan tidak panik, tetapi tetap waspada juga dalam menghadapi ancaman global COVID-19 ini. Salam sehat! (AS)

 

Baca juga: WNI Positif Terinfeksi Coronavirus, Benarkah Harus Dikarantina?

 

Referensi

Maxmen, A. (2020). More than 80 clinical trials launch to test coronavirus treatments. Nature, 578(7795), pp.347-348.

Gao, J., Tian, Z. and Yang, X. (2020). Breakthrough: Chloroquine phosphate has shown apparent efficacy in treatment of COVID-19 associated pneumonia in clinical studies. BioScience Trends.