Haloperidol

Untuk Apa Obat Haloperidol?

Nama Paten :

Dores, Govotil, Haldol, Lodomer, Seradol, Serenace, Upsikis.
(http://pionas.pom.go.id/monografi/haloperidol)

Penggunaan

Kondisi permasalahan psikologis seperti schizofrenia memang bukanlah kondisi yang dapat disembuhkan. Namun, dengan penanganan dan pemberian obat yang tepat, gejala-gejala pada kondisi schizofrenia dapat lebih dikurangi. Salah satu obat yang biasa digunakan dalam terapi pengobatan schizofrenia adalah haloperidol.


Selain dapat digunakan pada penderita schizofrenia, haloperidol juga dapat digunakan pada pasien Sindrom Tourette, yaitu gangguan sistem saraf yang menyebabkan gerakan berulang atau suara yang tidak diinginkan. Pada pasien ini, haloperidol diberikan untuk mengontrol pergerakan dan kesulitan berbicara.

 

Baca juga: Jangan Diabaikan, Ini Gejala Awal Skizofrenia!

(https://www.drugs.com/mtm/haloperidol.html)

Cara Kerja Obat

Haloperidol merupakan jenis obat golongan antipsikotik yang bekerja dengan cara mengubah aksi senyawa kimia tertentu di dalam otak. Gangguan mental yang menimbulkan gejala psikotis seperti halusinasi atau delusi, seperti pada penderita skizofrenia, salah satunya disebabkan ketidakseimbangan senyawa kimia di otak seperti dopamine, serotonin, dan norepinefrin.
(https://www.drugs.com/mtm/haloperidol.html)

Efek Samping

Pasien pengguna obat haloperidol sebaiknya juga memerhatikan beberapa efek samping dari obat ini. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi antara lain:
1. Efek samping yang umum terjadi di antaranya kesulitan berbicara atau menelan, ketidakmampuan untuk memindahkan mata, kehilangan keseimbangan, wajah seperti memakai topeng, keram otot, gelisah, berjalan sempoyongan, kaku pada lengan dan kaki.
2. Efek samping yang agak jarang terjadi misalnya rasa haus berkurang, kesulitan berkemih, pening, kepala terasa berputar, atau wajah pucat, halusinasi, bibir berkerut, lidah bergerak-gerak dengan cepat, kulit kemerahan, pergerakan lengan dan kaki yang tidak terkontrol.
3. Efek samping yang jarang terjadi dapat berupa kebingungan, kejang, kesulitan bernafas, detak jantung cepat atau detak jantung tidak normal, demam tinggi, kulit kering dan panas, kejang pada kelopak mata, meningkatnya keringat, tenggorokan serak dan demam, memar dan pendarahan yang tidak biasa, kulit pucat yang tidak normal, kulit dan mata berwarna kuning.
4. Waspada pula pada efek samping yang kejadiannya tidak terduga, seperti mual dan muntah yang berkelanjutan, peningkatan frekuensi kejang, kehilangan nafsu makan, bengkak pada wajah, kelemahan dan kelelahan.

 

Baca juga: Penderita Skizofrenia Rentan Bunuh Diri

(https://www.drugs.com/sfx/haloperidol-side-effects.html)

Pemakaian Obat

Penggunaan obat haloperidol sebaiknya dilakukan sesuai petunjuk pemakaian obat yang tertera pada labet obat atau sesuai anjuran dokter. Jangan menggunakan obat dengan dosis lebih kecil atau lebih besar dari yang sudah direkomendasikan. Meminum haloperidol terlalu banyak dapat menyebabkan gangguan ritme jantung serius atau kematian mendadak. Maka itu, tetap gunakan haloperidol sesuai dengan anjuran dokter.
- Haloperidol dapat diminum sebelum atau sesudah makan. Dibutuhkan waktu sampai beberapa minggu sampai gejala membaik. Tetap gunakan sesuai anjuran dokter dan segera beritahu dokter jika gejala tidak membaik.
- Jangan menghentikan penggunaan haloperidol secara tiba-tiba karena akan menimbulkan ketergantungan. Tanyakan kepada dokter bagaimana cara aman untuk menghentikan penggunaan haloperidol.
- Meminum obat antipsikotik selama 3 bulan terakhir kehamilan akan menyebabkan masalah pada bayi yang baru lahir. Jika pasien diketahui hamil saat menjalani pengobatan dengan haloperidol, jangan langsung menghentikan penggunaan haloperidol tanpa pengawasan dari dokter.
- Haloperidol dapat terserap ke dalam air susu ibu dan berpotensi membahayakan bayi. Sebaiknya jangan menyusui saat menggunakan haloperidol.
- Simpan haloperidol pada suhu ruangan dan jauhkan dari tempat yang lembab, panas dan terkena cahaya matahari langsung. Jangan bekukan obat cair.
(https://www.drugs.com/mtm/haloperidol.html)

Dosis

Obat haloperidol tersedia dalam bentuk oral dan injeksi. Masing-masing sediaan ini memiliki dosis anjuran yang berbeda. Berikut anjuran dosis yang perlu diperhatikan:
Haloperidol dalam sediaan oral:
1. Untuk mengobati gejala psikosis, dosisnya 0.5-5 mg 2-3 kali sehari, dosis dapat sampai 100 mg/hari pada kasus yang parah. Dosis pemeliharaan adalah 3-10 mg/hari.
2. Untuk Mengobati Tic (gerakan motorik tak terkendali) yang parah pada sindrom tourette, dosis awalnya 0.5-1.5 mg tiga kali sehari, dan dapat ditingkatkan hingga mencapai 10 mg/hari.
3. Sebagai obat tambahan pada terapi kecemasan berat atau gangguan perilaku, dosisnya 0.5 mg dua kali sehari.
4. Untuk terapi kecemasan dan kebingungan, diberikan dosis 1-3 mg per 8 jam sekali.
5. Bisa juga untuk terapi cegukan yang sulit hilang, dengan dosis 1,5 mg tiga kali sehari.

Haloperidol sediaan injeksi:
1. Untuk mengatasi gejala psikosis akut, dosis haloperidol adalah 2-10 mg tiap jam atau tiap 4-8 jam sampai gejala terkontrol. Dosis maksimal 18 mg/hari.
2. Untuk mengatasi mual dan muntah dosisnya adalah 0.5-2 mg/hari.
3. Untuk mengatasi kecemasan dan kebingungan, diberikan dosis 5-15 mg selama 24 jam.

 

Baca juga: Pernah Dipasung, Kini Anto Bersuara untuk Skizofrenia

(https://www.mims.com/indonesia/drug/info/haloperidol/?type=brief&mtype=generic)

Interaksi

Penggunaan obat haloperidol bersamaan dengan jenis obat lain dapat menimbulkan beberapa interaksi sebagai berikut:
1. Jika diberikan bersamaan carbamazepine dan rifampicin dapat menurunkan kadar haloperidol dalam darah.
2. Dapat menimbulkan gejala depresi CNS yang meningkat jika haloperidol digunakan bersamaan dengan obat CNS depresan, contohnya alkohol, hipnotik, anestesi total, anxiolytics dan opioid.
3. Haloperidol dapat menurunkan aksi antihipertensi dari obat guanethidine.
4. Haloperidol dapat meningkatkan risiko aritmia (denyut jantung tidak beraturan) jika digunakan bersamaan dengan obat yang dapat memperpanjang interval QT atau diuretik yang dapat menyebabkan gangguan elektrolit.
5. Kadar haloperidol dalam darah dapat meningkat jika digunakan bersamaan dengan clozapine atau chlorpromazine.
6. Interaksi yang berpotensi fatal adalah haloperidol dapat meningkatkan kadar lithium dalam darah dan kemungkinan menjadikan pasien mudah terkena sindrom neuroleptik maligna (sindrom yang terjadi akibat komplikasi serius dari penggunaan antipsikotik).
(https://www.mims.com/indonesia/drug/info/haloperidol/?type=brief&mtype=generic)

Rekomendasi Artikel

Anak Remaja Merasa Gemuk, Apa yang Perlu Mums Lakukan?

Anak Remaja Merasa Gemuk, Apa yang Perlu Mums Lakukan?

Masalah body image cukup banyak dialami remaja, khususnya remaja perempuan. Lalu, apa sih yang bisa Mums lakukan kalau anak remaja merasa gemuk? Berikut penjelasannya!

Uliya Helmi Ali

30 April 2024

Kenakalan Remaja, Normal atau Tidak?

Kenakalan Remaja, Normal atau Tidak?

Remaja adalah manusia muda yang sedang mencari identitas diri. Ada saja tingkah laku menyimpang yang dikenal dengan kenakalan remaja. Yuk sama-sama mencegahnya!

Ana Yuliastanti

16 April 2024

Penyebab Ibu Hamil Lebih Mudah Menangis

Penyebab Ibu Hamil Lebih Mudah Menangis

Mudah menangis saat hamil memang sesuatu yang wajar, bisa jadi ini pengaruh hormonal bawaah kehamilan. Namun, ada beberapa faktor penyebab ibu hamil mudah menangis.

Ella Nurlaila

08 April 2024

Cinta Laura Ajak Anak Muda Lebih Percaya Diri

Cinta Laura Ajak Anak Muda Lebih Percaya Diri

Ada yang bilang jika anak-anak muda adalah generasi bebas yang memiliki tingkat kreatifitas tinggi. Tak heran jika pemikiran-pemikiran baru dari para pemuda selalu…

Bernadette Andika Gitawardani

08 September 2023

5 Jenis pakaian yang Cocok untuk Semua Bentuk Tubuh

5 Jenis pakaian yang Cocok untuk Semua Bentuk Tubuh

Gunakan pakaian sesuai bentuk tubuhmu akan membuatmu terlihat lebih cantik, lho! Berikut ini beberapa jenis pakaian yang cocok untuk semua jbentuk tubuh!

Felia Kharissa

09 August 2022

Apa Hubungan antara Diabetes dan Skizofrenia?

Apa Hubungan antara Diabetes dan Skizofrenia?

Banyak yang belum tahu bahwa skizofrenia meningkatkan risiko diabetes. Untuk lebih jelasnya, apa hubungan antara diabetes dan skizofrenia?

Uliya Helmi Ali

04 June 2022

Enggak Harus Vacation, Berikut 6 Aktivitas Self Healing di Rumah

Enggak Harus Vacation, Berikut 6 Aktivitas Self Healing di Rumah

  Apakah kamu baru saja mengalami masalah yang menguras emosi? Nah, sekarang lagi trend istilah slef healing. Tak usah jauh-jauh lakukan self healing di rumah saja.

Eka Amira

09 March 2022

3 Tanda Anak Kurang Kasih Sayang

3 Tanda Anak Kurang Kasih Sayang

Faktor psikologis sangat memengaruhi perkembangan anak, jangan sampai ia tumbuh kurang kasih sayang. Ini 3 tanda anak kurang kasih sayang!

Uliya Helmi Ali

10 February 2022

Direktori

    Pusat Kesehatan

      Selengkapnya
      Proses...