Cephalexin

Apa itu Cephalexin?

Nama Paten :

Cefabiotic, Cephalexin, Kemolexin, Lexipron, Ospexin.

Penggunaan

Cefalexin adalah obat yang digunakan untuk mengobati berbagai infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Contoh infeksi bakteri yang dapat diobati oleh cefalexin termasuk infeksi saluran napas bagian atas, infeksi telinga, infeksi pada kulit, dan infeksi saluran kencing.

Cara Kerja Obat

Cefalexin termasuk antibiotik golongan sefalosporin. Obat ini bekerja dengan cara melawan bakteri dalam tubuh.

Efek Samping

Segera periksa ke dokter kalau Kamu mengalami reaksi tertentu setelah mengonsumsi cephalexin, seperti diare, sakit perut, kulit perih dan terkelupas, menggigil, feses berwarna seperti tanah liat, batuk, urine berwarna gelap, demam, kelelahan, sakit kepala, kulit gatal dan kemerahan, atau tenggorokan serak.

Segera periksa ke dokter juga kalau Kamu mengalami gejala-gejala efek samping yang berat ini:
- Kram perut.
- Nyeri pada tungkai kaki atau punggung.
- Gusi berdarah.
- Perut kembung.
- Darah dalam feses atau urine.
- Nyeri dada.
- Batuk berdarah.
- Kesulitan bernapas dan menelan.
- Detak jantung meningkat.

 

Baca juga: Selain Cacar Monyet, Penyakit-penyakit Ini Bisa Ditularkan dari Hewan ke Manusia!

Pemakaian Obat

Setiap sebelum mengonsumsi obat, Kamu harus tahu tata cara, risiko, dan peringatannya. Hal-hal tersebut biasanya diinformasikan oleh dokter dan apoteker saat memberikan obat. Untuk Cephalexin, ini hal-hal yang harus Kamu perhatikan:

1) Gunakan cephalexin secara tepat sesuai anjuran dokter. Jangan gunakan obat dengan dosis lebih besar atau lebih kecil dari yang dianjurkan.
2) Konsumsi obat ini sesuai masa pengobatan yang dianjurkan dokter. Kondisi Kamu dapat membaik sebelum sumber infeksi benar-benar terobati. Jadi, jangan berhenti mengonsumsi cephalexin, meskipun Kamu sudah merasa sembuh. Pasalnya, melewatkan dosis dapat meningkatkan resiko bakteri kebal terhadap obat ini. Cephalexin tidak dapat digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh virus seperti flu dan pilek.
3) Jangan membagikan cephalexin kepada orang lain walaupun memiliki gejala yang sama.
4) Simpan tablet dan kapsul cephalexin pada suhu kamar dan jauhkan dari kelembaban, panas dan paparan cahaya.
5) Konsultasikan dengan dokter jika ibu hamil akan menggunakan obat ini.
6) Cephalexin dapat meresap ke dalam air susu ibu dan kemungkinan dapat membahayakan bayi. Ibu menyusui harus berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat ini.

Dosis

Dosis cephalexin pada setiap pasien bisa berbeda-beda. Ikuti instruksi dokter dan label obat. Informasi berikut menjelaskan tentang dosis rata-rata dari obat ini. Kalau dosis yang sudah diberikan dokter kepada Kamu berbeda, jangan mengubahnya kecuali jika dokter yang memerintahkan.

 

Jumlah dosis cephalexin yang diberikan tergantung dari kekuatan obat ini. Selain itu, jumlah dosis yang Kamu gunakan setiap hari, jarak waktu antara konsumsi obat, dan seberapa lama obat harus digunakan, tergantung dari masalah medis yang Kamu alami.

1) Untuk terapi infeksi pada kulit dan jaringan lunak, dosisnya 500 mg setiap 12 jam.
2) Untuk terapi infeksi saluran napas bagian atas tanpa komplikasi, dosisnya 500 mg setiap 12 jam selama 7-14 hari.
3) Untuk terapi Infeksi pada tulang dan sendi dan infeksi saluran nafas, dosisnya 250 mg setiap 6 jam.
4) Untuk terapi faringitis (infeksi pada faring) akibat bakteri Streptococcus, dosisnya 500 mg setiap 12 jam selama kurang lebih 10 hari. Dosis maksimalnya 4 gr per hari.

Interaksi

Interaksi obat dapat mengubah cara kerja obat atau meningkatkan risiko efek samping serius. Informasi ini tidak mencakup semua interaksi obat terhadap cephalexin. Oleh sebab itu, sebaiknya informasikan kepada dokter tentang obat apa saja yang sedang Kamu konsumsi, sebelum mengonsumsi cephalexin.

 

Mengonsumsi cephalexin dengan obat apapun yang diinformasikan di bawah ini biasanya tidak direkomendasikan, tetapi bisa saja dibutuhkan pada beberapa kasus. Kalau dokter memberikan dua obat secara bersamaan, biasanya dosis salah satu obat diubah atau frekuensi konsumsinya yang diubah, supaya kedua obat bisa bekerja dengan baik.

1) Penggunaan bersamaan dengan metformin dapat berakibat asidosis laktik (tingkat laktat terlalu tinggi dalam aliran darah dan jaringan) fatal.
2) Cephalexin dapat meningkatkan efek antikoagulan dari vitamin K antagonis (warfarin).
3) Cephalexin dapat meningkatkan risiko kerusakan ginjal jika digunakan bersamaan dengan diuretik poten (asam etakrinik, furosemid) dan antibiotik yang menyebabkan kerusakan ginjal lain, seperti aminoglikosida, polimiksin, dan kolistin.
4) Cephalexin jika digunakan bersamaan dengan obat antikoagulan oral dapat memperpanjang waktu pembekuan darah.
5) Penggunaan cephalexin bersamaan dengan obat sitotoksik untuk mengobati leukemia dapat menyebabkan hipokalemia (kekurangan kalium dalam darah).
6) Obat urikosurik (Probenecid) dapat menekan eksresi ginjal dari obat cephalexin, sehingga terjadi peningkatan kadar cephalexin dalam darah.
7) Cephalexin dapat menurunkan khasiat dari vaksin BCG, vaksin tifoid, dan obat Na Pikosulfat.
8) Cephalexin dapat menurunkan kadar multivitamin atau mineral dalam darah.
9) Makanan kemungkinan dapat memperlambat laju penyerapan cephalexin dalam darah, tetapi tidak memengaruhi perpanjangan waktu absorpsi.

 

Referensi:

ISO Vol. 50

mims.com: Cefalexin

drugs.com: Cephalexin

 

Baca juga: Begini Cara Bakteri Baik Melawan Bakteri Jahat di Tubuh Kita

Rekomendasi Artikel

Infeksi Berbahaya bagi Ibu Hamil, Ini Langkah Pencegahannya!

Infeksi Berbahaya bagi Ibu Hamil, Ini Langkah Pencegahannya!

Penting bagi kita semua untuk mengetahui apa saja infeksi berbahaya bagi ibu hamil dan menerapkan langkah-langkah pencegahan supaya tidak terkena infeksi!

Eka Amira

17 June 2022

Sudah Terdeteksi di Indonesia, Ini Fakta Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5

Sudah Terdeteksi di Indonesia, Ini Fakta Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5

Tdak perlu panik dengan temuan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Vaksinasi dikatakan bisa melindungi jika pun terinfeksi. Inilah fakta subvarian Omicron BA.4 dan BA.5

Ana Yuliastanti

12 June 2022

Mengenal Bakteremia, Kondisi Saat Aliran Darah Terinfeksi Bakteri

Mengenal Bakteremia, Kondisi Saat Aliran Darah Terinfeksi Bakteri

  Bakteremia merupakan kondisi di mana terdapat bakteri di aliran darah. Istilah lain yang mungkin yang digunakan untuk menyebut bakteremia adalah sepsis.

Eka Amira

14 May 2022

Vaksin untuk Mencegah Demam Tifoid Bagi yang Suka Jajan Makanan

Vaksin untuk Mencegah Demam Tifoid Bagi yang Suka Jajan Makanan

Makanan yang tercemar dan tidak bersih adalah salah satu sumber penularan penyakit. Bagi yang suka jajan, sebaiknya segera vaksin untuk mencegah demam tifoid.

Ana Yuliastanti

15 November 2021

Jangan Lupakan 3 Vitamin Penting Selama Isoman

Jangan Lupakan 3 Vitamin Penting Selama Isoman

Banyak hoax yang beredar seputar pengobatan Covid-19, yang belum terbukti kebenarannya. Tidak perlu berlebihan, kamu cukup mengonsumsi 3 vitamin ini selama isoman

Ana Yuliastanti

08 August 2021

Penjelasan Mengapa Saturasi Oksigen Pasien COVID-19 Turun

Penjelasan Mengapa Saturasi Oksigen Pasien COVID-19 Turun

Saturasi oksigen turun atau hiposia menjadi sangat menakutkan pada pasien Covid-19. Penelitian berhasil menemukan penyebab saturasi oksigen turun dan pengobatannya!

Ana Yuliastanti

10 July 2021

Taat Prokes, Hindari 7 Kesalahan Ini dalam Menggunakan Masker

Taat Prokes, Hindari 7 Kesalahan Ini dalam Menggunakan Masker

Kasus Covid-19 sedang naik tajam, jangan sampai Kamu membuat kesalahan dalam menggunakan masker. Masker akan melindungi Kamu dan keluarga dari penularan.

Riani Hapsari

30 June 2021

Kasus Meningkat, Gunakan Masker Lebih Disiplin. Perlukah Masker N95?

Kasus Meningkat, Gunakan Masker Lebih Disiplin. Perlukah Masker N95?

Tidak semua jenis masker N95 bisa memberikan perlindungan. Bahkan, ada jenis masker N95 yang malah bisa meningkatkan penularan virus corona.

Uliya Helmi Ali

17 June 2021

Direktori

    Pusat Kesehatan

      Selengkapnya
      Proses...