Peraturan Menkes RI Nomor 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi anak menjelaskan jika estimasi kecukupan gizi per hari untuk penduduk Indonesia sekitar 5-15 persen protein, 25-35 persen lemak, dan 40-60 persen karbohidrat. Cara menghitungnya, dapat disesuaikan dengan tumbuh kembang setiap anak.

 

Sedikit berbeda dengan bayi usia 0-6 bulan yang kecukupan gizinya dapat ditetapkan dengan angka pasti yaitu 12 gr protein, 34 gr lemak, dan 58 gr karbohidrat. Menariknya, semua angka tersebut sesuai dengan kandungan gizi yang terdapat dalam ASI. Jadi, itulah salah satu alasan mengapa bayi usia 0-6 bulan cukup mengonsumsi ASI saja.

 

Apakah dampak terlalu sering mengonsumsi susu kental manis sebagai susu siap minum?

  • Kandungan lemak jenuhnya sangat tinggi, sehingga berisiko pada kesehatan jantung. Terbayang kan jika jenis susu ini dikonsumsi setiap hari oleh anak-anak? Tidak hanya kolesterol akibat jantung yang tidak sehat, tetapi juga berisiko tinggi pada obesitas.
  • Berpotensi menghambat kesehatan mental anak. Karena mengandung karbohidrat yang tinggi, otomatis susu kental manis juga mengandung gula yang tinggi. Dampak yang akan dialami anak jika terlalu banyak mengonsumsi susu ini adalah perubahan fisik, seperti obesitas. Namun, ternyata kandungan gula juga dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang. Dilansir dari hellosehat.com, sebuah penelitian mengungkapkan jika makanan manis dapat menekan aktivitas hormon BDNF (Brain Derived Neurothropic Factor) menjadi rendah. Apabila tingkat hormon BDNF rendah, maka akan memengaruhi kerja sistem otak dan memicunya depresi.
  • Kandungan gulanya memicu penyakit diabetes melitus. Berbicara tentang gula tentu erat kaitannya dengan masalah kesehatan yang satu ini, yaitu diabetes melitus. Biasanya, penyakit ini ditandai dengan air seni yang mengandung gula. Maka dari itu, diabetes melitus sering pula disebut sebagai penyakit kencing manis.
  • Berpotensi mengalami batuk. Selain penyakit seberat diabetes melitus, susu kental manis juga dapat menyebabkan batuk, khususnya pada anak-anak. Maka dari itu, biasanya anak yang sedang batuk tidak dianjurkan untuk mengonsumsi susu kental manis, baik untuk diminum maupun hanya sebagai pelengkap makanan.
  • Memicu sesak napas pada balita. Menyambung poin sebelumnya, balita belum bisa mengeluarkan lendir dari dalam tenggorokan ketika batuk. Jika tidak segera diberi penanganan berupa obat dan menjaga asupan makanannya, seperti tetap mengonsumsi susu kental manis, maka akan memicu lendir semakin banyak dan menutupi saluran pernapasan. Inilah salah satu alasan balita yang sedang batuk akan mudah rewel di malam hari.
  • Kekurangan asupan kalsium yang berpotensi pada kerapuhan tulang. Susu kental manis tidak memiliki kandungan protein dan kalsium yang cukup, bahkan termasuk paling rendah dari jenis susu lainnya. Hanya karena ada kata ‘susu’, kebanyakan orang tua berpikir jika jenis susu tersebut aman dikonsumsi oleh anak-anak. Namun, ternyata hal tersebut tidak tepat. Anak yang terbiasa mengonsumsi susu kental manis sejak kecil, tidak mendapatkan asupan kalsium yang mencukupi. Itulah alasan mengapa seorang anak tidak dapat tumbuh tinggi meski telah rutin mengonsumsi susu kental manis.

 

Dari sekian banyak jenis susu yang dijual di pasaran, sudah seharusnya orang-orang dewasa memberikan pengertian yang benar kepada anak-anak kecil di sekitarnya. Pilihlah mana jenis susu yang baik untuk dikonsumsi secara harian dan mana yang hanya digunakan untuk melengkapi makanan. Ini bukan hanya tugas dari orang tua, tetapi juga setiap orang dewasa yang sudah mengetahui informasi ini. Sudah sepatutnya Kamu lebih peduli pada peningkatan kesehatan anak di Indonesia, bukan? (BD/AS)

Baca juga: Mana yang Lebih Baik? Susu UHT atau Pasteurisasi?