Pandemi Covid-19 belum sepenuhnya berakhir. Namun, ancaman munculnya wabah-wabah penyakit baru semakin membuat resah masyarakat. Setelah sebelumnya sempat dikabarkan mengenai penyebaran penyakit hepatitis akut misterius, kini kita harus waspada lagi dengan adanya penularan penyakit Flu Singapura yang sangat rentan menyerang anak-anak. Kira-kira seperti apa gejala Flu Singapura pada anak dan bagaimana kita bisa mencegahnya? Selengkapnya akan dibahas dalam uraian berikut!

 

Apa Itu Flu Singapura?

Flu Singapura sebenarnya adalah hand, foot, and mouth disease (HMFD) atau penyakit tangan, kaki, dan mulut (PTKM). Penyakit ini sudah ada sejak tahun 1957 dan pertama kali muncul di Toronto, Kanada.

 

Belakangan, Flu Singapura kembali menjadi perbicangan masyarakat. Hal ini bermula ketika beberapa warganet di media sosial Twitter menceritakan bahwa anak-anak dan keponakan mereka didiagnosis mengidap Flu Singapura.

 

Flu Singapura atau HMFD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari genus Enterovirus. Spesies yang paling sering menyebabkan penyakit ini adalah Coxsackievirus dan Human Enterovirus 71 (HEV 71).

 

Penyakit ini dikenal sebagai Flu Singapura karena memiliki gejala yang mirip dengan penyakit influenza dan saat penyebarannya terjadi di Singapura, banyak pasien yang meninggal akibat penyakit ini.

 

Baca juga: Waspada Flu Singapura, Virus yang Menyerang Anak dan Dewasa
 

Bagaimana Penyebaran Flu Singapura?

Flu Singapura merupakan salah satu penyakit yang mudah menular. Penyebaran virus dari Flu Singapura dapat terjadi melalui beberapa cara, seperti:

- Kontak dengan air liur atau lendir hidung yang keluar saat penderita batuk atau bersin.

- Melakukan kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, seperti berpelukan, berciuman, atau menggunakan peralatan makan yang sama.

- Menyentuh feses orang yang terinfeksi, seperti saat mengganti popok, kemudian tanpa sadar menyentuh mata, hidung, atau mulut.

- Terpapar cairan dari lesi kulit yang pecah.

- Menyentuh benda dan permukaan yang telah terkontaminasi virus, seperti gagang pintu atau mainan, kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut.

- Dalam kasus yang jarang terjadi, penyebaran bisa juga terjadi jika seseorang menelan air kolam renang yang tidak dicampur dengan klorin dan telah terkontaminasi dengan virus.

 

Bagaimana Gejala Flu Singapura pada Anak Bisa Terjadi?

Flu Singapura biasanya diawali dengan demam, nyeri tenggorokan terutama saat menelan, nafsu makan yang menurun, dan nyeri atau tidak enak badan. Setelah demam berlangsung 1 hingga 2 hari, akan timbul bintik-bintik merah di rongga mulut (umumnya berawal di bagian belakang langit-langit mulut), yang kemudian pecah menjadi seriawan. Pada saat ini, timbul juga ruam-ruam kulit dan bintik-bintik merah di telapak tangan dan kaki.

 

Meskipun ruam yang muncul saat seseorang mengalami Flu Singapura lebih sering muncul di rongga mulut serta telapak tangan dan kaki, tetapi ruam ini juga dapat muncul di area tubuh lain, seperti tungkai, lengan, bokong, bahkan sekitar kemaluan. Gejala Flu Singapura biasanya akan berlangsung selama 7-10 hari.

 

Flu Singapura memang lebih banyak menyerang bayi dan anak-anak berusia di bawah 5 tahun karena sistem kekebalan tubuh mereka belum seoptimal orang dewasa. Namun, orang dewasa dengan kekebalan tubuh yang rendah juga dapat terinfeksi penyakit ini.

 

Flu Singapura yang terjadi pada orang dewasa ada yang menimbulkan gejala serupa seperti anak-anak, tetapi ada pula yang justru tidak menunjukkan gejala sama sekali (asimtomatik). Kelompok orang dewasa yang tidak bergejala ini bukanlah tergolong sebagai penderita, tetapi berpotensi sebagai pembawa (carrier) virus HMFD dan menularkannya.

 

Baca juga: Ketika 2 Anak Saya Menderita Flu Singapura
 

Komplikasi Flu Singapura

Umumnya, Flu Singapura tidak akan menunjukkan komplikasi berat. Namun, dalam beberapa kasus, lesi di daerah mulut dapat menyebabkan anak kesulitan makan dan minum. Akibatnya, anak akan mengalami dehidrasi.

 

Beberapa laporan menyebutkan bahwa kasus Flu Singapura berat yang memerlukan perawatan intensif dan menyebabkan kematian biasanya dipicu oleh kondisi medis, seperti meningitis dan ensefalitis.

 

Dalam beberapa laporan kasus lain, HMFD juga dapat menyebabkan komplikasi berupa lepasnya kuku jari tangan dan kaki. Kondisi ini biasanya terjadi setelah beberapa minggu setelah fase akut Flu Singapura. Meski begitu, komplikasi ini hanya bersifat sementara dan kuku dapat tumbuh kembali.

 

Penanganan Flu Singapura

Hingga saat ini, belum ditemukan vaksin untuk mencegah Flu Singapura. Oleh karena itu, penderita Flu Singapura sebaiknya diisolasi guna mencegah penularan lebih lanjut. Selain isolasi, penanganan yang tepat juga dapat membantu meringankan gejala Flu Singapura.

 

Penggunaan obat parasetamol dapat diberikan untuk mengurangi demam dan nyeri. Gunakan juga kompres hangat dan pastikan anak minum banyak cairan, sehingga demamnya cepat turun. Pada anak yang lebih besar, Mums juga dapat memintanya berkumur menggunakan obat kumur untuk mengurangi nyeri akibat seriawan.

 

Nah, Mums, itulah beberapa hal mengenai penyakit Flu Singapura pada anak yang perlu diketahui. Semoga bermanfaat! (AS)

 

Baca juga: Pengalaman saat Anak Terkena Flu Singapura
 

Referensi

Centers for Disease Control and Prevention. Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD).

Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD).