Sebagai seorang Ibu, tentu salah satu hal yang paling saya takutkan adalah jika anak sakit. Rasanya hati ini pedih sekali melihat ia harus berjuang menghadapi penyakitnya. Semua upaya pencegahan selalu saya lakukan, mulai dari menjaga asupan gizi, menjaga higienitas yang baik, dan memelihara gaya hidup sehat.

 

Namun, ada kalanya penyakit tetap mampu mendobrak segala benteng pertahanan yang telah dibuat. Seperti saat beberapa bulan lalu, anak saya yang saat itu masih berusia 9 bulan didiagnosis mengalami penyakit hand-foot-mouth-disease (HFMD) atau yang sering dikenal dengan flu singapura.

 

Flu singapura adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus, tepatnya virus coxsackievirus dan enterovirus. Di Indonesia, penyakit ini sering disebut dengan flu singapura, karena pada tahun 2000 terjadi wabah atau outbreak penyakit ini pada anak-anak di negara tetangga kita, Singapura. HFMD memang paling banyak menyerang anak-anak, biasanya di bawah usia 10 tahun.

Baca juga: Mengapa Vaksin Influenza Diberikan Setiap Tahun?

 

Gejala Awal Flu Singapura

Gejala awal flu singapura adalah munculnya kemerahan (rash) dan vesikel (blister) di daerah tangan dan kaki, serta seriawan di mulut. Sesuai dengan nama dari penyakit ini, gejala memang tampak di daerah tangan, kaki, dan mulut.

 

Untuk kasus anak saya, suatu sore saya mendapati ada bentol merah di bagian telapak kakinya. Mulanya saya dan suami santai saja, karena toh ia tidak mengalami demam dan ceria seperti biasa. Kami pikir bentol merah itu adalah bekas gigitan nyamuk atau serangga lain.

 

Namun pada malam harinya, anak saya demam hingga hampir 39°C. Bentol merah yang tadinya hanya ada di kaki mulai muncul di sekitar mulutnya. Dan puncaknya, keesokan harinya bentol merah sudah ada di bagian telapak tangan, kaki, lengan, sekitar bibir, dan sedikit di daerah dada dan leher, disertai dengan timbulnya seriawan di mulutnya. Bentol merah yang ia alami sendiri bentuknya seperti vesikel yang berisi air.

 

Flu Singapura Bersifat Self-limiting

Kecurigaan saya bahwa si Kecil terkena HFMD alias flu singapura semakin kuat saat mendengar teman sepermainannya di nursery mengalami penyakit tersebut. Karenanya, sore itu juga saya langsung membawanya ke dokter anak langganan keluarga kami.

 

Benar dugaan saya, setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan dengan saksama, dokter mendiagnosis bahwa anak saya positif terkena penyakit flu singapura atau yang dalam bahasa Indonesia disebut penyakit kaki, tangan, mulut (KTM).

Baca juga: Jangan Remehkan Penyakit, Seorang Ibu Meninggal Hanya karena Flu!

 

Sebagai ibu, tentu saja hal ini membuat saya sedih dan sedikit panik. Untunglah, dokter menenangkan saya. Penyakit flu singapura ternyata bersifat self-limiting alias dapat sembuh dengan sendirinya! Dan karena penyebabnya adalah virus, maka antibiotik sama sekali tidak diperlukan untuk mengatasinya. Obat yang diberikan hanyalah obat-obatan simptomatik alias pereda gejala. Misalnya parasetamol untuk meredakan demam serta losion calamine untuk meredakan gatalnya.

 

Hal Paling Menantang: Membuat Anak Mau Makan

Seperti disebutkan di atas, penyakit flu singapura ‘untungnya’ bersifat self-limiting. Seiring berjalannya waktu, imunitas tubuh anak lah yang akan berperan dalam proses penyembuhan. Perawatan inap di rumah sakit biasanya tidak diperlukan, kecuali jika anak mengalami dehidrasi dan kesulitan makan yang berat.

 

Ya, menurut saya hal ini adalah tantangan terberat dalam menghadapi anak saat sakit flu singapura. Karena timbul seriawan di dalam mulut, maka nafsu makannya turun drastis. Ditambah dengan demam dan rasa gatal yang timbul, makin membuat ia tidak nyaman. Padahal, asupan makanan dan minuman penting agar imunitas tubuh bekerja maksimal untuk menyembuhkan penyakit.

 

Satu hal yang pasti, sebagai ibu harus menyiapkan kesabaran yang sebanyak-banyaknya. Saat itu, dalam sehari saya dapat memasak dan menyiapkan hingga enam menu makanan yang berbeda! Satu menu ditolak, dengan pantang menyerah memberikan menu lainnya. Dan begitu terus. Yang penting, ada makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh si Kecil!

 

Untuk makanan, menu yang saya berikan lebih banyak makanan cair. Karena makanan dengan tekstur cair atau semi cair akan lebih nyaman. Sup, bubur lembut, puree dengan konsistensi cair, serta jus buah-buahan adalah pilihan saya.

 

Frekuensi memberikan makanan juga dibuat lebih sering, tetapi dengan porsi yang lebih kecil dari biasanya. Ini cukup berhasil membuat anak saya mau makan, meskipun seperti yang saya katakan tadi, harus ekstra sabar!

Baca juga: Waspada Flu Singapura, Virus yang Menyerang Anak dan Dewasa

 

Fase Penularan Flu Singapura

Gejala flu singapura biasanya akan reda dalam waktu 3 hingga 5 hari. Demam pada anak saya hanya terjadi di hari pertama dan kedua, lalu reda dengan sirup parasetamol. Bentol dan vesikel yang terjadi pun berangsur pulih.

 

Namun, masa penularan flu singapura adalah seminggu. Jadi, dalam rentang waktu ini sebaiknya anak tidak bepergian dahulu. Hal ini membuat saya dan suami bergantian mengambil cuti untuk menemani anak di rumah, karena ia belum bisa pergi ke nursery seperti hari-hari biasanya.

 

Hingga saat ini, belum tersedia vaksin untuk penyakit ini. Kekebalan (proteksi) terhadap penyakit biasanya didapatkan setelah paparan yang pertama. Namun karena virus penyebab flu singapura banyak jenisnya, tidak menutup kemungkinan anak akan terkena penyakit lagi dari jenis virus yang berbeda. Duh, semoga tidak terjadi, ya! Sekali saja sudah cukup!

 

Mums, itu dia pengalaman saya dalam merawat anak saat terkena penyakit flu singapura. Karena penyakit ini menular, maka Mums harus waspada, terutama jika ada anak lain yang sedang terkena penyakit serupa. Jika si Kecil terkena penyakit ini, jangan panik ya! Penyakit ini bersifat self-limiting dan akan pulih dalam beberapa hari. Salam sehat!