Food combining merupakan pola makan sehat alami, yang menyesuaikan dengan fungsi dan siklus biologis tubuh, khususnya sistem pencernaan. Dengan menerapkan pola diet food combining, proses pencernaan makanan dan penyerapan sari makanan dapat berlangsung secara efektif dan efisien, tanpa meninggalkan banyak sampah makanan dan metabolisme yang bersifat racun bagi tubuh.

 

Food combining meminimalisasi pembentukan radikal bebas perusak sel. Sebaliknya, asupan antioksidan penakluk radikal bebas diperbanyak, yang umumnya diperoleh dari buah-buahan dan sayur-sayuran mentah serta segar.

 

Kondisi ini merangsang laju peremajaan sel sehat menjadi lebih pesat. Manfaatnya, pemulihan kesehatan bisa lebih cepat, metabolisme tubuh menjadi lebih baik, sistem imun meningkat, dan tentunya tubuh akan terasa lebih sehat.

 

Dalam food combining, asupan makanan diatur mengikuti kombinasi yang sesuai dengan kebutuhan ‘lingkungan kerja’ enzim pencernaan. Karenanya, proses pencernaan makanan tidak akan memaksa tubuh untuk menguras energi. Seluruh organ tubuh dapat bekerja sesuai kapasitasnya, tanpa harus memboroskan energi. Kamu pun menjadi lebih segar dan lebih bertenaga.

 

Sebaliknya, beban kerja yang berlebihan untuk mencerna kombinasi makanan yang tidak sesuai akan mengakibatkan sistem pencernaan tubuh “kelelahan”. Sebagai contoh, proses pencernaan nasi, daging atau ayam, dan sayur akan lebih berat daripada nasi, protein nabati, dan sayuran. Pasalnya, nasi (pati) dan daging atau ayam (protein hewani) mengharuskan enzim untuk bekerja secara optimal, dalam kondisi asam-basa yang berbeda.

 

Kombinasi karbohidrat dan protein hewani yang dimakan bersamaan dalam jumlah sama-sama banyak dan terus-menerus dalam waktu lama, dapat menimbulkan gangguan pada saluran cerna. Gangguan saluran cerna akan semakin parah bila kamu sangat sedikit mengonsumsi sayur segar, termasuk yang mentah (salad, jus, atau lalap), serta makanan berserat lainnya. Selain sayur, contoh lain makanan berserat adalah makanan alami (wholefood), seperti beras merah dan polong-polongan (kacang merah, kacang hijau, kacang tolo, kedelai, dan tempe).

Baca juga: Beberapa Diet Populer Ini Ternyata Berbahaya bagi Tubuhmu!