Penyakit alergi seperti asma, rinitis alergi, alergi makanan, dermatitis atopik, serta alergi protein susu sapi  merupakan kasus alergi yang paling banyak diderita oleh si Kecil. Mendeteksi gejala alergi sedini mungkin merupakan hal yang penting, sehingga orang tua bisa mengambil langkah pencegahan ke depannya. Bagaimana mengenali sejak dini alergi pada anak?

 

Prof. Dr. dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A(K), M.Kes., Konsultan Alergi Imunologi Anak menjelaskan bahwa, “Alergi susu sapi merupakan salah satu alergi makanan yang paling sering dialami anak-anak di Asia. Kejadian alergi susu sapi pada anak-anak di Indonesia yaitu 0,5% - 7,5%. Meskipun sebagian besar anak-anak pulih dari gejala saat meninggalkan periode balita, tetapi bukan berarti alergi ini bisa disepelekan,” jelas Prof. Budi dalam acara webinar yang diselenggerakan Kalbe Nutritional dalam rangka memperingati Pekan Alergi Dunia, 26 Juni 2021.

 

Menurut Prof. Budi, jika kondisi alergi terdiagnosis sejak awal dan segera dikonsultasikan ke dokter, maka dapat dilakukan tata laksana yang tepat sehingga tumbuh kembang si kecil optimal.

 

Sebaliknya, jika alergi si kecil terlambat didiagnosis dan orang tua mendiagnosis sendiri, maka bisa muncul dampak-dampak tidak diinginkan. Misalnya, tumbuh kembang anak terhambat karena asupan nutrisi penting menjadi terhambat. Selain itu, alergi yang tidak tertangani juga bisa menimbulkan risiko penyakit degeneratif seperti hipertensi atau sakit jantung di masa depan.

 

“Belum lagi bicara dampak ekonomi karena harus sering berobat ke dokter, serta dampak psikologis karena bisa timbul stres pada ibu dan anaknya,“ ungkap Prof. Budi.

 

Baca juga: Apakah Bayi Bisa Mengalami Alergi ASI?



Kenali Gejala Alergi pada Anak di Tiga Organ Ini!

Gejala yang bisa terjadi jika Si Kecil mengalami alergi susu sapi sangatlah beragam. Alergi susu sapi dapat muncul dengan gejala ringan, sedang sampai berat, dan dapat mengenai tiga organ. Menurut Prof. Budi, kejadian yang paling sering yaitu:

  • Keluhan di saluran cerna seperti diare sebanyak 53%. Gejala di caluran cerna bisa memunculkan kolik yang menimpa 27% anak dengan alergi.

  • Gejala di saluran napas, misalnya batuk-batuk di malam hari ke arah pagi hari. Kejadian gejala di saluran napas yaitu asma 21%, rinitis 20%.

  • Gejala di kulit, kebanyakan berupa eksim atau dermatitis atopik sebanyak 35%, sedangkan biduran atau urtikaria sebesar 18%.

 

Selain tiga organ tersebut, pada kasus yang lebih jarang, alergi susu sapi juga bisa menimbulkan gejala yang berat berupa sistemik yang berat yaitu timbulnya anafilaksis sebesar 11%.

 

Baca juga: Jika Si Kecil Alergi Susu Sapi, Bagaimana Mengoptimalkan Tumbuh Kembangnya?

 

Faktor Risiko Alergi

Faktor risiko berkembangnya alergi pada si Kecil dapat berasal dari faktor genetik atau keturunan, yaitu dari keluarga dengan riwayat alergi. Adapun kasus alergi protein susu sapi umumnya terjadi pada si Kecil yang tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI).  Oleh karena itu, pencegahan alergi protein susu sapi dapat dilakukan dengan cara memberikan ASI eksklusif bagi anak. 

 

“Jika Mums tidak dapat memberikan ASI dan si Kecil berbakat alergi tapi belum muncul gejala alerginya, maka dapat diberikan susu yang telah diformulasikan secara khusus seperti susu dengan protein hidrolisa parsial (PHP). Namun jika gejala alergi sudah muncul, maka dapat diatasi dengan nutrisi medis khusus, misalnya susu dengan protein terhidrolisa ekstensif, susu dengan isolat protein kedelai (soya) atau susu asam amino,” ungkap Prof. Budi.

 

Pentingnya isu mengenai alergi yang tidak diatasi dengan baik karena kurangnya pengetahuan dan kekhawatiran orang tua mengenai alergi pada si Kecil. Nah, Mums, untuk membantu deteksi alergi si Kecil, Mums bisa memanfaatkan berbagai aplikasi kesehatan atau bertanya langsung ke dokter anak ya!

 

Baca juga: Mums, Kenali 5 Makanan yang Sering Memicu Alergi