Salah satu komplikasi diabetes adalah hipoglikemia, yaitu kondisi ketika gula darah sangat rendah. Gejala hipoglikemia di antaranya lemas, gemetaran, berkeringat, jantung berdebar hingga kesadaran menurun. Selain efek tersebut, ada dampak hipoglikemia pada otak yang kerap tidak disadari.

 

Dalam jangka panjang, hipoglikemia dapat membawa dampak buruk pada keberlangsungan sel-sel otak. Apalagi jika hipoglikemia terus berulang. Hipoglikemia yang terus terjadi umumnya karena penderita diabetes tidak teratur makan atau kelebihan dosis obat maupun insulin. 

 

Makan atau minum manis adalah solusi tercepat mengatasi hipoglikemia. Namun pencegahan lebih penting agar tidak membawa dampak jangka panjang yang merugikan. Bagaimana mekanisme dampak hipoglikemia pada otak?

 

Baca juga: Bolehkah Penderita Diabetes Makan Kolak? Begini Penjelasan Dokter!

 

Dampak Hipoglikemia pada Otak

Dalam jangka panjang dampak hipoglikemia tidak baik, salah satunya adalah gangguan irama jantung dan pada otak menyebabkan demensia. Penelitian yang sudah dilakukan sudah membuktikan bahwa diabetes melitus memainkan peran penting dalam meningkatkan risiko demensia dan disfungsi kognitif melalui berbagai cara.

 

Secara khusus, hipoglikemia adalah faktor penting yang secara langsung memengaruhi risiko demensia dan gangguan kognitif. Kamu pernah kan merasa “bego” ketika lapar? Agar dapat berpikir jernih, otak membutuhkan asupan energi yang cukup. Sebagian besar gula yang kita konsumsi dialirkan ke otak. Maka ketika terjadi hipoglikemia, otak pun kekurangan gula dan tidak dapat bekerja maksimal.

 

Penelitian bahkan menunjukkan, kekurangan gula pada otak tidak sekadar membuat otak tidak dapat bekerja maksimal. Dalam jangka panjang, hipoglikemia dapat merusak sel-sel otak, menyebabkan kejang, bahkan kematian.

 

Risiko kerusakan sel-sel otak karena hipoglikemia meningkat pada penderita diabetes yang sering sekali mengalami hipoglikemia, terlalu lama dibiarkan dalam kondisi hipoglikemia, dan pasien usia lebih tua.

 

Jenis kerusakan otak yang dapat disebabkan oleh hipoglikemia adalah kehilangan memori, berkurangnya kemampuan berbahasa, penurunan kemampuan berpikir abstrak, dan koordinasi otot serta masalah keseimbangan.

 

Baca juga: Mencegah Hipoglikemia Selama Penderita Diabetes Berpuasa

 

Mengatasi Hipoglikemia dengan Aman

Dilansir dari diabetesjournals.com, kesalahan yang sering dilakukan saat  terjadi hipoglikemia adalah memberikan karbohidrat atau gula berlebihan. Hal ini akan menimbulkan efek “rebound” yang tidak baik.

 

Jika penderita diabetes mengalami hipoglikemia berat hingga sangat lemas dan turun kesadaran, sebaiknya dibawa ke klinik atau rumah sakit terdekat. Di rumah sakit, pasien dapat diperiksa lebih seksama termasuk kondisi jantungnya, status nutrisi, sehingga pemberian glukosa akan lebih terukur.

 

Baca juga: Bolehkah Penderita Diabetes Makan Kurma untuk Berbuka Puasa?

 

Penderita diabetes atau orang yang merawat pasien diabetes harus paham gejala-gejala hipoglikemia dan bagaimana melakukan pencegahan. Inilah beberapa strategi untuk mencegah hipoglikemia:

 

1. Mengenali faktor pemicu hipoglikemia

Setiap pasien diabetes memiliki faktor pemicu hipoglikemia yang berbeda-beda. Beberapa faktor pencetus hipoglikemia di antaranya menunda makan, kesalahan dosis obat antidiabetes atau insulin, salah waktu menyuntikkan insulin, atau karena ada penyakit penyerta misalnya gangguan ginjal. Mana di antara faktor tersebut yang paling sering menyebabkan hipoglikemia, sebaiknya dicatat agar tidak terulang. 

 

2. Memperketat jadwal minum obat dan suntik insulin

Penggunaan insulin dan obat diabetes oral sangat meningkatkan risiko hipoglikemia jika jadwal dan dosisnya tidak tepat. Karena masing-masing penderita diabetes memiliki kebutuhan obat berbeda.

 

Biasanya seiring waktu pasien sudah bisa mengatur sendiri penggunaan obat diabetes atau insulin sehingga tidak menyebabkan hipoglikemia. Kamu bisa meminta bantuan ahli diabetes untuk mengatur jadwal pemberian dan dosis obat yang disesuaikan dengan aktivitas dan pola makan.

 

3. Memonitor gula darah dengan rutin

Melakukan cek gula darah rutin, minimal 4 kali sehari yaitu sebelum dan sesudah makan dan menjelang tidur, dapat mendeteksi apakah Kamu mengalami hipoglikemia. Bagi pengguna insulin jika memungkinkan, dianjurkan cek gula darah di jam 3 dini hari terutama untuk penderita diabetes yang memiliki gula darah puasa tinggi.

 

Jika hasil cek gula darah saat itu hasilnya tinggi, artinya insulin yang Kamu suntikkan dosisnya terlalu rendah. Jika hasilnya gula darah rendah, mengindikasikan puncak kerja insulin terlalu cepat atau pemasukan kalori saat makan malam terlalu rendah.

 

Baca juga: Manfaatkan Layanan Homecare untuk Perawatan Luka Diabetes

 

Dengan menjalankan tips tadi, Diabestfriend akan terhindari dari hipoglikemia. Jika pun mengalaminya, tidak terlalu berat kondisinya dan segera dapat berakivitas kembali. (AY)