Siapa pun setuju ya Mums, saat ini kondisi ekonomi dunia tidak sedang baik-baik saja. Termasuk di negara kita Mums! Mums mungkin merasakan sendiri, harga kebutuhan pokok yang masih betah di atas dan belum mau turun.

 

Mums dan Dads harus putar otak gimana supa belanja makanan enggak terganggu, terutama makanan sehat dan bergizi, bagi yang masih punya balita yang sedang berada di tahap pertumbuhan emasnya.

 

Nah, ada tips dari para ahli nih Mums, bagaimana menyiasati pengeluaran bulanan, dengan belanja makanan bergizi tetap menjadi prioritas!

 

Baca juga: Kenali Defisiensi Nutrisi yang Rentan Dialami Anak-anak, Apa Dampaknya?

 

Pemberian Makanan Sehat adalah Investasi

Pemberian makanan sehat dan bergizi dalam keluarga adalah investasi masa depan, sehingga seharusnya menjadi prioritas orangtua. Makanan sehat menjadi dasar agar anak memperoleh nutrisi optimal untuk tumbuh kembangnya.

 

Peringatan Hari Pangan Sedunia 2022 bahkan mengambil tema “Leave No One Behind”, artinya seluruh masyarakat, apa pun latar belakangnya, memiliki hak untuk memperbaiki status gizi dan status kesehatan.

 

Sayangnya, berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2020 dari Badan Pusat Statistik menyebutkan, anak-anak Indonesia masih mengalami kerawanan akses terhadap makanan sehari-hari.

 

Kondisi tersebut diperparah dengan kenaikan harga bahan pokok dan pangan, imbas dari inflasi dan kenaikan BBM, sehingga daya beli masyarakat terhadap bahan pangan, khususnya protein hewani berkurang. Jika masyarakat sulit mengakses makanan bergizi, angka stunting di Indonesia akan sulit diturunkan.

 

Pakar ekonomi kesehatan dari Ikatan Ekonomi Kesehatan Indonesia (IEKI), Mutia A. Sayekti S.Gz., MHEcon mengatakan, malnutrisi atau permasalahan gizi sering dikaitkan dengan status ekonomi.

 

“Dalam skala rumah tangga, ketahanan pangan dapat dimulai dengan memastikan keluarga mengkonsumsi gizi seimbang yang dapat diterapkan dalam beberapa langkah seperti berkomitmen untuk hidup sehat sesuai dengan kemampuan, merencanakan menu per-minggu dengan konsep isi piringku, mempertimbangkan konsumsi makan anak di luar rumah, serta meningkatkan literasi keluarga terhadap kebutuhan nutrisi dan khususnya membuat anggaran khusus belanja bahan makanan,” jelas Mutia dalam webinar memperingati Hari Pangan Sedunia, yang diadakah Danone Indonesia, Senin, 31 Oktober 2022.

 

Gimana sih Mums, cara membuat skala prioritas belanja bulanan yang tepat?

 

Baca juga: Tidak Harus Mahal, Kekurangan Gizi Kronis Bisa Dicegah dengan Makanan Tradisional

 

Contoh Mengatur Pengeluaran Rumah Tangga untuk Makanan Sehat

Semua keluarga, menurut Mutia, hendaknya dapat membuat skala prioritas dalam pengeluaran belanja, dengan mengutamakan kebutuhan yang esensial seperti pangan sehat dan bergizi untuk anak-anak mereka.

 

Misalnya, merencanakan anggaran khusus belanja makanan setiap minggu dengan konsep Isi Piringku. Mutia mencontohkan, untuk estimasi belanja makanan selama 3-5 hari dengan anggaran sekitar Rp 185.000 (dengan estimasi biaya di wilayah Depok, Jawa Barat dan sekitarnya) sudah bisa mendapatkan lauk protein hewani, nabati, sayuran, dan bumbu-bumbu serta susu untuk keluarga yang terdiri dari 2 orang dewasa dan 2 anak-anak.

 

“Estimasi dalam sebulan pengeluaran belanja makanan adalah Rp 816.000, atau sekitar 23-24% untuk rumah tangga dengan kisaran penghasilan Rp 4-5 juta,” jelasnya.

 

Ternyata, dengan perencanaan matang, tidak ada yang tidak mungkin. Jenis pangan yang dibelanjakan tidak harus mahal, Mums! Manfaatkan makanan lokal terutama untuk protein hewani seperti ikan kembung, ikan teri, telur, dan lain-lain.

 

Baca juga: Bukan Daging Merah, Inilah Protein Hewani Terbaik Agar Anak Tinggi!

 

Pemenuhan Gisi Seimbang untuk Mencegah Stunting

Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi MKK, Medical Science Director Danone Indonesia, menambahkan, pemahaman akan pentingnya memenuhi kebutuhan gizi anak harus terus disosialisasikan sampai ke unit terkecil masyarakat, yaitu keluarga.

 

Masyarakat juga harus paham bahwa kurang gizi dapat berdampak serius pada kesehatan dan perkembangan kecerdasan anak. Data SSGI 2021 menyatakan prevalensi stunting di Indonesia mencapai 24,4% dan masih berada di atas batas WHO. Selain itu, prevalensi underweight mengalami peningkatan dari 16,3% menjadi 17%. Sedangkan, pemerintah telah menetapkan stunting sebagai prioritas nasional, dengan menargetkan penurunan angka stunting menjadi 14 persen di tahun 2024.

 

Selain terjangkau, makanan yang dikonsumsi harus bervariasi serta dalam jumlah yang cukup serta kualitas gizi yang baik. Jika makanan kurang bervariasi, tambah dr. Ray, terjadi  defisiensi mikronutrien dan berhubungan dengan kejadian stunting pada anak.

 

“Salah satu cara untuk orangtua dapat memastikan kebutuhan zat gizi makro dan mikro pada anak cukup adalah dengan menerapkan pedoman prinsip ‘Isi Piringku’ yang mengandung gizi seimbang, yaitu 2/3 makanan pokok, 1/3 lauk pauk, 2/3 sayur dan 1/3 buah, dilanjutkan dengan minum air 8 gelas/hari,” jelas dr. Ray.

 

Selain itu, pemberian makanan yang sudah difortifikasi juga bisa menjadi cara memenuhi kebutuhan gizi secara lebih murah. Sebab, bahan pangan terforitikasi sudah mengandung makroutrien dan mikronutrien sekaligus dalam satu makanan.

 

Baca juga: Tips Isi Piringku dengan Pangan Lokal, Sehat!