Satu dari empat anak balita Indonesia menderita stunting yang ditandai tubuh kerdil, rawan kematian dini, dan gangguan kognitif atau IQ rendah. Data tahun 2021 menunjukkan masih ada 24,4% balita terlahir dengan kondisi menyedihkan ini.

 

Faktanya, masalah stunting bukan hanya persoalan nutrisi saja lho Mums. Memang benar kekurangan gizi kronis yang tidak ditangani menjadi penyebab utama stunting. Namun, unsur pendidikan, budaya, dan karakteristik masyarakat punya peran yang tidak kalah besar. Misalnya, pemahaman tentang gizi yang kurang menyebabkan pemilihan menu untuk anak tidak memerhatikan kecukupan gizi. 

 

Banyak masyarakat yang tidak tahu, bahwa pencegahan stunting bisa sangat sederhana, tidak rumit, dan murah! Misalnya, memberikan telur sebutir sehari, sudah cukup mencegah stunting! Di luar pakan ini, banyak makanan lokal atau tradisional yang jika diolah dengan baik, memiliki kandungan gizi yang lebih dari cukup mencegah stunting.

 

Baca juga: Kolaborasi Teman Bumil Bersama Bidan Perangi Stunting di Indonesia

 

Mencegah Stunting dari Pangan Lokal

Dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia yang jatuh pada tanggal 16 Oktober, Indonesian Gastronomy Community (IGC) mendeklarasikan konsensus pencegahan stunting,  didukung oleh Danone Indonesia. Hasil konsensus antara lain mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memanfaatkan pangan lokal di berbagai wilayah di Indonesia.


Dalam peluncuran konsensus di Jakarta (17/10), Ketua Umum IGC, Ria Musiawan menjelaskan, IGC sudah mendata kekayaan pangan lokal dari Sabang sampai Merauke, yang membuktikan betapa kayanya bangsa Indonesia. 

 

Yang dibutuhkan saat ini adalah inovasi sehingga makanan tradisional itu bisa lebih kekinian dan lebih menarik untuk anak-anak,” jelas Ria.

 

Dewan Pakar IGC, Hindah Muaris menambahkan, menu gizi seimbang bisa disusun dari pangan lokal yang tidak mahal. Sayur lodeh adalah contoh variasi makanan yang lengkap.  Kita bisa membuat sayur lodeh menjadi sangat bergizi dengan 5 warna: terung berwarna ungu, merah dari wortel, kuning dari jagung, hijau dari sayuran dan kacang-kacangan, ditambah protein dari daging atau tempe,”jelasnya.

 

Bagaimana dengan protein hewani? Indonesia kaya akan hasil laut. Menurut Hindah, tidak perlu salmon untuk mendapatkan zat gizi Omega-3  atauEPA dan DHA. “Ikan kembung itu memiliki kandungan omega-3 yang sebelas-duabelas (mirip) dengan yang ada di salmon, dan ini penting dikonsumsi ibu hamil dan untuk menu MPASI,” tegasnya.

 

Dengan kata lain, menu sehat untuk anak dapat disesuaikan dengan kearifan lokal masing-masing daerah. Potensi pangan Indonesia yang melimpah berasal dari pertanian, perkebunan, peternakan dan kelautan menjadi salah satu asupan nutrisi yang baik untuk anak.

 

Baca juga: Enam Perilaku Penting Mencegah Stunting


Menu Lolal Sarat Gizi

Nah Mums, jika bingung membuat menu sehat dari pangan lokal untuk  menu keluarga, terutama anak-anak di dua tahun pertama, Mums bisa mengikuti panduan dari IGC. Berikut ini hanya sebagian kecil contohnya:

  • Menu kudapan yang berprotein tinggi, seperti: bubur kacang hijau dan telur rebus.

  • Menu makan siang sehat yang terbuat dari bahan pangan lokal untuk bayi, misalnya  bubur campur sayuran ditambah dengan telur rebus.

  • Menu sehat untuk balita yang terdiri dari nasi, ikan tongkol bumbu kuning, tumis sayuran dan buah pepaya.

  • Menu makan siang bagi ibu hamil terdiri dari nasi ikan tongkol bumbu kuning, rempeyek teri, tempe goreng, tumis sayuran dan pisang ambon.

 

Jangan lupa selalu sertakan asupan protein karena sangat penting bagi anak sejak masa kandungan hingga anak berusia dua tahun. Sumber protein bisa didapat dari ikan, telur, daging, keju, susu, dan kacang-kacangan.

 

 

Baca juga: Utamakan Pemberian Protein Hewani untuk Mencegah Stunting!

 

 

Mums bisa bergabung dengan komunitas Teman Bumil untuk mendapatkan informasi seputar pencegahan stunting sejak masa kehamilan. Join di sini  atau klik gambar di bawah ini ya Mums!