Sebagai salah satu penyakit yang mematikan jika tidak ditangani dengan cepat, kanker memang masih menjadi momok yang menakutkan, terutama kanker paru-paru. Bahkan, sebuah studi dari Globocan (IARC) pada 2017 menemukan bahwa kanker paru-paru adalah penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan penyebab kematian kedua akibat kanker pada wanita. 

 

Tidak terkecuali di Indonesia, angka kematian dan diagnosis akibat kanker paru-paru semakin meningkat. Banyak faktor yang menyebabkan penyakit ini menjadi sangat mematikan. Namun menurut dokter, sebenarnya masyarakat masih bisa menjaga kesehatan paru-paru dan mencegah penyakit ini jika berani bersuara dan meningkatkan pola hidup sehat. 

Baca juga: Mitos dan Fakta Tentang Kanker Paru-Paru

 

Berani Bersuara demi Kesehatan Paru-paru

Menurut spesialis paru dr. Elisna Syahruddin, SpP(K), PhD., dari Rumah Sakit Persahabatan, paru-paru adalah organ di dalam tubuh manusia yang terpapar dengan dunia luar. Jadi, hal terpenting yang bisa dilakukan masyarakat untuk menjaga kesehatan dan mencegah kanker paru-paru adalah dengan bersuara.

 

“Kalau udara luarnya kotor, katakan. Jangan diam saja kalau ada orang merokok, jangan hanya tutup hidung saja. Itu bukan jalan keluar. Masyarakat harus berani mengatakan jangan kotori paru kami,” kata dr. Elisna (25/11) pada acara Breathe For Free yang diadakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kanker paru-paru.

 

Asap rokok memang menjadi penyebab kanker paru-paru yang paling umum. Kebanyakan orang mengira hanya nikotin saja yang menyebabkan kanker paru-paru. Padahal, menurut dr. Elisna, asap rokok mengandung sangat banyak zat yang bisa menyebabkan kanker, bukan hanya nikotin. Nikotin justru hanya menyebabkan perokok menjadi kecanduan.

 

Selain itu, asap rokok yang masuk ke dalam saluran napas juga merangsang terjadinya kanker. Pasalnya, asap rokok menyebabkan iritasi di saluran pernapasan. Jika masih ringan, tubuh bisa menyembuhkan sendiri iritasi tersebut. Namun  jika sudah terlalu sering terjadi, iritasinya sudah tidak bisa disembuhkan lagi. Itulah yang menjadi cikal bakal kanker.

 

“Jadi jangan hanya mengatakan kalau merokok pakai vape bagaimana, pakai shisha bagaimana, ya sama saja. Risikonya sama. Tetap ada zat-zat yang unsurnya sama dengan yang ada di dalam rokok,” jelas dr. Elisna.

  

Waspadai Faktor Risiko Kanker Paru-paru Selain Rokok 

Menurut dr. Elisna, selain rokok ada banyak faktor risiko kanker paru-paru lainnya. Spesialis paru tersebut mengatakan, ada faktor risiko yang bisa dikoreksi untuk mencegah kanker paru-paru dan ada juga faktor risiko yang tidak bisa dikoreksi. 

 

“Yang bisa dikoreksi itu adalah polusi udara, rokok, dan udara yang ada di dalam rumah,” kata dr. Elisna. Ia menjelaskan, rumah harus memiliki ventilasi yang baik, sehingga zat-zat alami tidak terkurung di dalamnya.

 

Dokter Elisna mengatakan, faktor risiko utama di dalam rumah adalah ketika memasak. Asap masakan yang utamanya berasal dari minyak goreng adalah salah satu faktor risiko berbahaya yang bisa merangsang terjadinya kanker paru-paru. Hal tersebut dibuktikan dari sebuah penelitian di Tiongkok. Oleh sebab itu, hindari memasak di ruangan tertutup tanpa ventilasi yang memadai.

Baca juga: Kanker Paru-Paru Banyak Menyerang Pria di Indonesia!

 

Cegah Kanker Paru-paru dengan Bersikap Cerdik

Dokter Soehartati A. Gondhowiardjo, Sp.Rad (K) Onk.Rad., dari Rumah Sakit Prof. Dr. Cipto Mangunkusumo mengatakan, sangat mudah mencegah kanker paru-paru dan jenis kanker lainnya. Yang harus dilakukan adalah bersikap cerdik terhadap kesehatan tubuh.

 

“Empat puluh persen kanker bisa dicegah dengan bersikap cerdik. Pasien yang sudah terkena kanker pun juga bisa mencegah kekambuhan jika bersikap cerdik. Karena hanya dengan pola hidup sehat saja 43 persen dari kanker bisa dicegah, itu kuncinya,” jelas dr. Soehartati, yang juga merupakan ketua Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN).

 

Masih banyak orang yang menyalahartikan pola hidup sehat hanya sebatas mengonsumsi makanan sehat. Padahal, menurut dr. Soehartati, keduanya berbeda. Pola hidup sehat membutuhkan aktivitas dan kesehatan psikologis yang seimbang. Contohnya dengan menyeimbangkan istirahat, stres, pola makan, dan olahraga. Cek kesehatan secara rutin juga perlu dilakukan. 

 

Begitu juga dengan makanan, cerdik itu juga berarti diet yang seimbang. Harus ada keseimbangan antara mengonsumsi karbohidrat, protein, dan lemak. Menurut dr. Soehartati, informasi diet yang sehat kebanyakan masih salah di dalam masyarakat pada umumnya.

 

“Sangat banyak informasi salah yang beredar. Misalnya pasien kanker tidak boleh makan protein atau karbohidrat. Katanya semua yang bisa menyebabkan kanker tumbuh tidak boleh dilakukan. Padahal, badan juga butuh asupan itu,” jelas dr. Soehartati.

 

Pencegahan Kanker Paru-paru di Indonesia Belum Efektif

Angka kanker paru-paru di Indonesia semakin meningkat. Pasalnya, tindakan preventif belum berjalan secara efektif. Menurut dr. Elisna, perlu ada peningkatan penanggulangan rokok di Indonesia. Ia mengatakan, jika tidak ditingkatkan dan diciptakan hukum yang membatasi, usaha meningkatkan kesadaran masyarakat juga tidak akan berhasil.

 

Sementara itu, dr. Soehartati mengatakan, usaha preventif tidak hanya harus dilakukan pada pembatasan rokok. Banyak sekali faktor risiko kanker paru-paru dan jenis kanker lainnya yang harus dicegah.  “Jadi multisektorial, mulai dari pertanian, perdagangan, hingga lingkungan, seperti asap hutan. Pokoknya semua lembaga pemerintah harus bergerak bersama-sama. Pengolahan makanan pun juga harus terkontrol. Jadi memang PR kita masih banyak,” jelas dr. Soehartati.

 Baca juga: Makanan Super ini Bisa Menurunkan Risiko Kanker Paru-Paru

 

Seperti yang dijelaskan oleh dr. Elisna dan dr. Soehartati, kanker paru-paru sebenarnya bisa dicegah jika ada partisipasi masyarakat dan pemerintah untuk saling meningkatkan kesadaran. Masih banyak masyarakat yang tidak menyadari bahwa mereka terpapar faktor risiko kanker paru-paru dalam aktivitas sehari-harinya. Oleh sebab itu, seperti yang dikatakan oleh dr. Elisna dan dr. Soehartati, ayo bersikap lebih cerdik dan berani bersuara untuk mencegah kanker paru-paru! (UH/AS)