Ditawari ini-itu, si Kecil maunya hanya satu jenis makanan tertentu? Memang puyeng ya, Mums, kalau punya anak yang suka pilih-pilih makanan alias picky eater. Tapi, perjuangan belum selesai sampai di gelengan si Kecil, lho. Masih ada cara menanganinya, kok. Simak di sini, yuk.

 

Picky Eater, Apa Itu?

Picky eater nyatanya tak punya batasan definisi klinis yang jelas. Beberapa ahli mendeskripsikan kondisi ini sebagai kurangnya variasi makan, bisa juga menolak makan. 

 

Walau begitu, karakter picky eater sebenarnya sama, yaitu:

  • Pilihan makanan yang terbatas.
  • Menolak makan, terutama sayur dan buah.
  • Tidak mau mencoba makanan baru.
  • Hanya mau makan makanan tertentu.
  • Memilih minum daripada makan.Kasus yang kini juga sering terjadi adalah anak memilih untuk ngemil ketimbang makan makanan utama.
  • Punya preferensi makanan yang kuat. Misal, hanya mau makan kalau ayamnya digoreng tepung, hanya mau makan sayur yang tidak ada rasanya, dan lain-lain.

 

Jika banyak tanda di atas Mums temukan pada si kecil, Mums tidak sendiri. Nyatanya, anak pemilih makanan terjadi di semua negara. Menurut data dari sebuah survei, hampir 50% orang tua di Singapura mengakui bahwa anak-anak mereka adalah picky eater. Bahkan, di banyak situs kesehatan, picky eater dianggap sebagai masalah yang umum terjadi.

 

Baca juga: Peran Dads Dalam Mengatasi Anak Susah Makan, Nomor 1 Penting Banget!

 

Anak Picky Eater, Pertumbuhannya Terhambat?

Walau umum terjadi, membiarkan si kecil hanya makan dalam jenis terbatas, tetap tak baik untuk pertumbuhannya. Seperti yang Mums tahu, di usia prasekolah (3-5 tahun), pertumbuhan dan perkembangan si Kecil makin melesat. Aktivitas fisiknya semakin banyak, perkembangan kognitifnya semakin kompleks, dan kecerdasan sosial-emosionalnya sudah sangat meningkat. Jika ini tak didukung dengan asupan nutrisi yang baik, bukan tak mungkin pertumbuhannya terhambat.

 

Sebagai informasi, Badan Kesehatan Dunia atau WHO merekomendasikan 5 kelompok makanan yang penting untuk tumbuh kembang anak. Penjabarannya sebagai berikut:

  1. Sumber karbohidrat (serealia seperti padi, jagung, gandum; pasta; kentang)
  2. Protein hewani (daging/ayam/ikan).
  3. Protein nabati (kacang-kacangan).
  4. Produk susu dan turunannya (susu, keju, yoghurt, dan lain-lain).
  5. Sayur dan buah.

Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi secara lengkap, si Kecil harus mengonsumsi minimal 4 dari 5 kelompok makanan. Empat kelompok yang dimaksud adalah 1 kelompok karbohidrat, 1 kelompok protein hewani, serta 1 kelompok buah dan sayur. 

 

Nah, jika selama ini hanya terpenuhi nutrisi dari 1 grup makanan saja, tak tertutup kemungkinan si Kecil akan mengalami risiko kekurangan gizi, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. 

 

Risiko jangka pendek yang bisa terjadi adalah:

  1. Kelebihan berat badan (overweight), yang bisa mengacu pada obesitas.
  2. Diabetes melitus tipe 2 akibat lanjutan dari berat badan berlebih dan pola makan tidak seimbang.
  3. Kekurangan zat besi, yang berperan penting untuk perkembangan otak dan bisa memengaruhi kemampuan belajarnya.
  4. Gigi berlubang, akibat terlalu banyak mengasup gula tanpa dan kurangnya kalsium.

Sementara, risiko jangka panjangnya adalah:

  1. Penyakit jantung.
  2. Kanker.
  3. Osteoporosis.
  4. Tekanan darah tinggi.

 

Tak hanya itu, badan kesehatan Amerika Centers for Disease Control and Prevention menyatakan bahwa, gagalnya orang tua untuk membiasakan anak makan sayur, buah, dan produk susu, ada hubungannya dengan lemahnya kemampuan anak belajar di sekolah, akibat kekurangan gizi penting, seperti Vitamin A, B6, B12, C, zat besi, seng, asam folat, dan kalsium. Semua unsur gizi ini, juga memengaruhi jumlah kehadiran anak di sekolah, keterlambatan anak untuk hadir tepat waktu di sekolah, dan nilai rendah. Serius banget, ya, efeknya, Mums!

 

Baca juga: Apa Itu Piramida Makanan?

 

 

Coba Cara Ini untuk Mengatasi Anak Picky Eater

Setelah mengetahui kalau masalah memilih-milih makanan ini tak bisa dibiarkan terlalu lama, yuk mulai jalankan langkah nyata untuk mengatasinya. Berikut beberapa caranya:

 

1. Menjadi panutan

Si Kecil belajar dengan melihat. Jadi, yuk perlahan jadi orang tua yang juga makan bergizi cukup dan seimbang, terutama makan sayur dan buah. Percaya deh, Mums, ketika si Kecil  melihat apa yang dimakan sosok panutannya, ia pun tak asing dengan makanan tersebut dan tertarik untuk mencobanya.

 

2. Gambarkan sayur, buah, dan makanan lain dengan deskripsi yang baik

Misal, si Kecil bertanya, “Ma, brokoli itu apa, sih?”, jawablah dengan menggambarkan bentuk, warna, atau rasa brokoli tersebut, ketimbang menjelaskannya seperti, “Brokoli itu enak, lho, tapi memang musti ditumis dulu sampai layu supaya nggak terlalu langu rasanya,”.

 

3. Kreatif mengenalkan jenis makanan baru

Sudah berhasil mengenalkan satu jenis makanan baru pada si Kecil? Saatnya menjalankan teknik yang biasa disebut nutrisionis sebagai “food bridges”. Yaitu, mengenalkan jenis makanan baru yang bentuk atau warnanya serupa dengan makanan kesukaannya, tapi memiliki tekstur serta rasa berbeda. Misal, si Kecil menyukai kentang goreng. Lain waktu, cobalah mengenalkan “keluarga” lain kentang yaitu ubi, dalam bentuk ubi goreng yang dipotong memanjang tipis, mirip french fries.

 

4. Kreatif mengombinasikan makanan

Mums disarankan mencoba hingga 10 kali untuk mengenalkan satu jenis makanan baru, hingga akhirnya bisa menyimpulkan bahwa ia suka atau tidak suka dengan makanan tersebut. Nah, jika di percobaan pertama atau kedua si Kecil masih menolak dikasih brokoli, cobalah untuk mengombinasikan rasanya. Misal, rasa khas sayuran  yang cenderung tawar, dipasangkan dengan saus keju yang gurih dan cenderung asin.

 

5. Ubah jenis masakan

Si Kecil selalu menyisakan kuning telur di dalam kotak bekalnya? Kalau begitu, bukan telur mata sapi atau telur rebus yang bisa Mums suguhkan untuknya. Agar ia mendapat asupan protein hewani dari kuning telur, Mums sebaiknya mengolah telur menjadi dadar, omelet, atau orak-arik. Intinya, jika si Kecil tak suka dengan satu makanan tertentu, bisa saja bukan karena tak suka rasanya, tapi teksturnya.

 

Semoga cara di atas membantu kebingungan Mums menghadapi si Kecil yang pemilih, ya. Selamat mencoba. :)

 

Baca juga: Anak Tidak Mau Makan, Apa Penyebabnya?

 

Sumber:

Healthy Children. Tips for Parents of Picky Eaters

SFGate. Children with Poor Nutrition.