Tumbuh kembang anak memang lucu kalau dilihat oleh orang lain. Kalau dilihat oleh orang tuanya sendiri? Pasti tidak selalu lucu, ya. Hehehe. Salah satu dinamika yang suka bikin orang tua 'naik darah' adalah dalam soal waktu makan. Sebagai Dads milenial, saya sendiri berkali-kali mengalami kesusahan itu, apalagi Mums.

 

Padahal, asupan nutrisi anak usia 1-5 tahun harus dijaga betul karena pada rentang itulah perkembangannya sedang pesat-pesatnya. Maka enggak jarang ada ucapan orang tua setengah putus asa ketika anaknya enggak mau makan. Kira-kira begini, "Ayo, Nak, makan. Nanti kalau enggak makan kamu bisa sakit."

 

Dalam keluarga, sudah tentu Dads dan Mums harus berbagi peran. Akan tetapi di era modern seperti sekarang ini, pembagian tugas yang baku tidaklah sehat dan malah cenderung kuno. Selain menjadi kepala rumah tangga, Dads juga harus bisa mengambil peran dalam mengatasi masalah yang satu ini. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan!

 

1. Tidak Baperan

Mums belanja ke pasar dan berpeluh di dapur setelah sebelumnya bergulat mencari resep makanan anak yang kece di Instagram. Begitu selesai, makanan kemudian disajikan di depan Si Kecil. Yang terjadi justru ia menutup mulutnya rapat-rapat seperti hati mantan. Dalam 3-4 kali percobaan, kata-kata yang keluar hampir pasti begini, "Mama udah capek-capek masak, Nak..."

 

Baca juga: 4 Alasan Anak Susah Makan

 

Kalau Mums sudah mengeluarkan kata-kata semacam itu, hampir pasti ia sudah baper (terbawa perasaan). Namun, si Kecil kan juga belum tahu ya proses belanja di pasar hingga masak di dapur itu melelahkan. Dan sejujurnya, kalau kalimat sakti itu sudah keluar, suasana makan pasti menjadi tidak enak. Padahal sebagaimana ditulis dalam Teman Bumil, tips mengatasi anak susah makan ya jangan memaksa dia dan jadikan waktu makan sebagai saat yang menyenangkan.

 

Nah, di sinilah peran Dads hadir. Ketika suasana hati Mums sudah mulai tidak kondusif karena baper, Dads harus ambil alih kendali. Pertama-tama, tentu saja agar Mums bisa istirahat sejenak sesudah lelah belanja dan masak. Kedua, untuk bisa tetap menciptakan suasana makan yang menyenangkan dan bebas paksaan.

 

Untuk menggantikan Mums yang sedang baper, sudah tentu dibutuhkan Dads yang tidak baperan alias lebih sabar. Harusnya sih enggak akan baperan, ya. Orang enggak ikut masak, kok. Hehehe. Paling hanya memberi uang belanja saja, kan? Jadi, modal utamanya ya tinggal sabar yang banyak. Bagaimanapun juga punya anak itu harus ekstra sabar.

 

 

2. Memberikan Contoh

Anak usia 1-5 tahun itu sungguh seorang peniru yang baik. Melihat ibunya bikin alis, si Kecil akan mengambil spidolnya dan melakukan hal yang sama. Alhasil, alisnya jadi sesuai warna spidol pink. Melihat ayahnya baca koran, ia bergegas membuka koran meski belum tahu materi yang dibaca. Beberapa kasus anak kecil merokok juga diawali dengan mencontoh dari lingkungan sekitar.

 

Maka, jelas sekali jika anak mulai susah makan, yang pertama-tama kudu dilakukan ya memberikan contoh. Cara paling simpel, duduklah di sebelah si Kecil dengan menu yang mirip atau sama. Lalu, Dads makan sendiri, boleh pakai tangan atau sendok.

 

Baca juga: 6 Tips Mengatasi Anak Susah Makan

 

Kemungkinan besar, si Kecil akan berminat pada aktivitas yang Dads lakukan. Nah, di situlah peran Dads untuk mulai pelan-pelan memasukkan makanan ke mulut si Kecil. Bisa pakai sendok tetapi kalau sudah mentok ya pakai tangan saja.

 

Kelemahannya, Dads jadi tidak bisa seenaknya mengonsumsi makanan yang pedas atau memiliki rasa rempah-rempah yang kuat. Pasalnya, jenis makanan tersebut kurang sesuai untuk anak usia 1-5 tahun. Balik lagi, jadi orang tua modalnya harus sabar.

 

3. Memikirkan Variasi

Namanya juga bayi dan balita, daya eksplorasi mereka tinggi bahkan terkadang menembus jalan pikiran orang dewasa. Alhasil, ketika si Kecil susah makan, Mums dan Dads langsung mengganti makanannya. Alih-alih makan, tetap saja enggak mau makan.

 

Nah, ketika Mums mentok, maka Dads harus hadir dengan ide variasi makanan yang betul-betul tidak biasa. Siapa tahu saja Si Kecil malah mau. Misalnya, belum lama ini anak saya menolak makan pisang, roti, nasi, hingga pizza. Ia tidak mau makan apapun.

 

Baca juga: 8 Kesalahan yang Membuat Anak Laki-laki Sulit Dekat dengan Ayahnya

 

Kemudian, saya iseng melihat satu merek es krim yang ada di lemari es. Apabila mentok betul, es krim boleh jadi plihan untuk asupan nutrisi anak karena kalorinya cukup tinggi. Meski begitu, jangan kebablasan betul memberikan es krimnya. Nah, anak saya mau membuka mulut pada es krim yang disodorkan.

 

Putar otak sedikit, pada akhirnya setiap sendokan es krim itu disertai juga potongan sosis dan makanan lain yang mengandung protein. Terkadang juga saya sertakan dengan sayur-sayuran. Tidak usah dibayangkan rasanya. Ketika anak mau buka mulut dan makanan ditelan dengan baik dan benar, itu sudah jauh dari cukup.

 

Bonus! Menghabiskan Makanan!

Ketika si Kecil tidak mau makan tetapi dipaksa terus, ia bisa tantrum, misalnya membanting-banting sendok dan lain-lain. Kalau sudah begini, daripada marah-marah, terkadang sesi makan terpaksa disudahi meskipun makanan yang berada di piring masih banyak.

 

Nah, bagaimana dong dengan sisanya? Kurang elok jika Mums yang menghabiskan. Soalnya dari sisi perasaan, menu makanan tersebut sudah dipersiapkan penuh cinta untuk dikonsumsi si Kecil. Pasti enggak tertelan oleh Mums. Jadi, Dads yang harus mengambil peran. Mau bubur, sereal, maupun olahan lain, semua harus disantap demi kebaikan bersama. Kalau tambah gendut, itu risiko belaka.

 

Nah, bagaimanapun rumah tangga itu hanya bisa dijalankan dengan kerja sama. Persoalan anak susah makan itu sebenarnya juga persoalan rumah tangga. Jadi, penyelesaiannya juga harus dengan kerja sama. Untuk itu, peran Dads memang harus selalu dioptimalkan dan ditingkatkan terus-menerus. Toh kalau anak kuat dan sehat, yang bangga bukan cuma Mums, bukan?

 

Baca juga: 10 Cara Menjadi Ayah yang Hebat!

 

Agar Anak Suka Sayur - GueSehat.com