Banyak yang beranggapan bahwa anak laki-laki cenderung lebih dekat dengan ibunya. Bahkan, tidak jarang anak laki-laki kurang dekat secara emosional dengan ayahnya dan memiliki “father issue”. Padahal, kedekatan anak laki-laki dengan sang Ayah memiliki dampak yang sangat baik bagi perkembangannya. Nah, ternyata ada beberapa kesalahan yang bisa menjauhkan hubungan antara ayah dan anak laki-laki. Yuk, ketahui apa saja sehingga Dads bisa menghindarinya!

 

  • Menganggap bahwa mengurus anak adalah tanggung jawab ibu

Walaupun semakin banyak kaum pria yang merasa perlu berkontribusi dalam proses perawatan anak, tidak sedikit pula yang masih beranggapan bahwa serba-serbi mengurus anak adalah tanggung jawab ibu. Oleh karena itu, mereka memilih untuk tidak terlibat dalam berbagai kegiatan sehari-hari, seperti memandikan, menyuapi, mengganti popok, menidurkan, bahkan sekedar menggendong bayi. Tanpa disadari, para ayah pun melewatkan kesempatan untuk membangun kedekatan yang kuat dengan anak.

 

Hal-hal rutin yang mungkin dianggap sepele seperti mengganti popok sebenarnya merupakan sarana yang dapat digunakan untuk menghadirkan sosok orang tua yang penuh kasih sayang dalam kehidupan anak sedari dini. Khusus untuk anak laki-laki, tumbuh dengan melihat sosok ayah yang penyayang dan mau terlibat langsung dalam mengurusnya akan mengajarkan tentang kedekatan keluarga.

 

Baca juga: 10 Cara Menjadi Ayah yang Hebat!

 

  • Berpikir bahwa hanya ibu yang penting untuk anak

Bukan rahasia lagi jika mendampingi tumbuh kembang anak tidaklah mudah. Terkadang orang tua dihadapkan pada anak yang menangis tanpa sebab, melempar barang, berteriak, dan lain sebagainya. Saat menghadapi situasi seperti ini, banyak ayah yang berpikir bahwa itulah saatnya untuk memanggil ibu.

 

Padahal, ayah juga bisa lho mencoba menenangkan anak yang sedang tantrum. Jika selalu terburu-buru meminta bantuan ibu, lama-kelamaan ayah jadi semakin merasa minder karena menganggap hanya ibu yang penting buat anak.

 

Mudah menyerah dalam situasi yang menantang di ruang lingkup parenting akan memberikan contoh yang kurang baik kepada anak. Jika ayah dihadapkan pada pilihan respons fight (berusaha) atau flight (melarikan diri) saat anak sulit dikendalikan, maka tunjukkan kepada anak bahwa ayah akan memilih untuk fight atau setidaknya mencoba terlebih dahulu.

 

Respons ini penting, terutama saat mendampingi anak di usia remaja yang mulai memasuki masa pubertas. Masa pubertas adalah masa ketika anak laki-laki sering bermasalah dengan orang tuanya, khususnya ayah. Jika ayah terbiasa mendampingi anak dalam setiap situasi yang berat sekalipun, fluktuasi yang timbul pada masa pubertas seharusnya dapat dilalui dengan lebih lancar.

 

  • Memiliki ekspektasi yang kurang realistis

Terkadang disadari atau tidak, saat memiliki anak laki-laki, terbersit dalam benak seorang ayah untuk mewujudkan sosok laki-laki sejati dalam segala aspek. Bisa jadi juga ayah ingin mewujudkan berbagai hal yang belum berhasil mereka capai melalui sang Anak. Jika seorang ayah tidak mampu mengelola ekspektasi dengan baik serta mengomunikasikannya dengan cara yang tepat kepada anak, besar kemungkinan hal tersebut justru akan membuat jarak di antara keduanya.

 

Baca juga: Mums, Berikut Tips Agar Dads Jadi Ayah ASI yang Baik!

 

Jika Dads sebagai seorang ayah dan memiliki anak laki-laki, mulailah mengelola berbagai ekspektasi yang mungkin dimiliki kepada anak. Hindari ekspektasi-ekspektasi yang tidak realistis dan berpotensi membebani anak, seperti harus selalu memiliki nilai akademis yang sempurna, harus selalu memiliki mood yang baik, selalu melakukan apa yang dikatakan oleh ayah, dan lain sebagainya. Buatlah anak merasa nyaman dengan dirinya sendiri dan mengetahui bahwa Dads akan selalu mendukungnya untuk menjadi lebih baik.

 

  • Marah dengan cara yang salah

Tidak sedikit ayah yang dicap sebagai sosok yang paling menakutkan dalam keluarga. Hal ini bisa terjadi salah satunya karena cara penyaluran emosi yang kurang tepat. Wajar saja jika merasa marah, terlebih jika anak melakukan kesalahan. Namun, pastikan cara marah yang dilakukan tidak bersifat destruktif. Kalimat “Ayah nggak mau punya anak laki-laki seperti itu!” jelas harus dihindari.

 

Menyalurkan emosi dengan cara yang destruktif akan menyebabkan ayah kehilangan trust atau kepercayaan dari anak. Anak akan lebih memilih untuk menceritakan segala hal yang dia lakukan atau dia alami kepada ibu. Bahkan, ia akan meminta ibu untuk merahasiakannya dari ayah supaya terhindar dari kemarahan ayah. Kehilangan trust dari anak berarti juga kehilangan kesempatan untuk memiliki kedekatan emosional dengannya.

 

  • Tidak meluangkan waktu untuk bermain dengan anak

Boys will be boys, begitulah kata pepatah. Setidaknya pepatah ini harus selalu diingat supaya ayah memiliki motivasi untuk bermain bersama anak laki-lakinya. Anak laki-laki yang bermain dengan ayahnya cenderung lebih bisa bereksplorasi, lebih berani, dan kedekatan emosional di antara keduanya pun menjadi lebih mudah dibangun. Biasanya ayah memiliki keahlian yang lebih tinggi daripada ibu untuk menikmati berbagai jenis permainan anak laki-laki, seperti bermain bola, tembak-tembakan, balapan mobil, dan lain sebagainya.

 

Bekerja untuk mencari nafkah memang kerap dilakukan para ayah, sehingga mereka lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Namun, hal ini sebaiknya tidak dijadikan alasan untuk tidak bermain dengan anak. Luangkanlah sedikit waktu yang benar-benar hanya digunakan untuk bermain bersamanya. Dengan demikian, anak laki-laki Dads akan menyadari bahwa seperti apapun dunia mereka, ayah mereka akan selalu ada untuk mereka.

 

Tips Mengasuh Anak Laki-laki - GueSehat.com

 

  • Minim apresiasi untuk anak

Ada ayah yang berpikiran bahwa memberikan pujian kepada anak bisa membuatnya menjadi pribadi yang terlalu cepat puas. Padahal, pujian adalah salah satu bentuk apresiasi yang dapat memotivasi anak untuk menjadi lebih baik lagi.

 

Pelit pujian hanya akan membuat anak merasa segala pencapaiannya percuma. Berikanlah pujian di waktu yang tepat, yakni pada saat anak berhasil mencapai sesuatu, sekalipun mungkin berseberangan dengan ekspektasi Dads. Contohnya, berikan pujian saat lulus ujian musik, walaupun Dads memiliki harapan ia menjadi seorang atlet.

 

Baca juga: Membahagiakan Ibu Hamil? Mudah Kok, Dads!

 

  • Tidak memperlakukan ibu dengan baik

Pepatah berkata, hal terbaik yang dapat dilakukan oleh ayah kepada anaknya adalah dengan menyayangi ibunya. Memperlakukan istri atau ibu dari anak Dads dengan tidak baik bisa membawa dampak buruk pada hubungan ayah dan anak.

 

Di usia anak yang sangat muda pun, ia sudah bisa membedakan perlakuan baik atau buruk yang diberikan oleh ayah kepada ibunya. Bagaimana cara Dads memperlakukan Mums akan menentukan menjadi seperti apakah anak laki-laki Dads nantinya.

 

Perkataan atau perbuatan yang tidak baik bisa jadi membuatnya kecewa atau bahkan membenci sosok ayah yang seharusnya ia banggakan. Lebih buruk lagi, tidak tertutup kemungkinan suatu saat ia juga tumbuh menjadi seorang pria yang tidak mengerti bagaimana memperlakukan wanita dengan baik. Ingat, saat membesarkan seorang anak laki-laki, orang tua juga sedang membesarkan suami dari seorang wanita dan ayah dari anaknya kelak.

 

  • Tidak memberi contoh

Pada akhirnya, semua hal baik akan menjadi percuma apabila ayah hanya berucap saja tetapi tidak mencontohkannya kepada anak. Anak adalah sosok peniru ulung. Mereka tidak akan pernah melakukan apa yang dikatakan oleh orang tuanya tetapi akan meniru apa yang orang tuanya lakukan. Jadi, apapun yang Dads inginkan untuk terjadi dalam diri si Kecil, lakukanlah itu dalam diri sendiri terlebih dahulu. Setelah itu, anak pasti akan menjadikan Dads sosok teladan dan panutannya dalam hidup.

 

Baca juga: Edukasi Seks untuk Anak sesuai Tahapan Usianya