Anak-anak memiliki berbagai macam sifat dan perilaku yang lucu, menggemaskan, hingga yang nakal. Tingkatan anak nakal menurut masing-masing orang tua memang berbeda, namun ketika anak sudah terasa membuat orang tua sangat kesal, ada beberapa orang tua yang langsung mengambil tindakan dengan cara memukul.

 

Tapi apakah tindakan orang tua untuk menghukum anak dengan cara dipukul adalah tindakan yang benar? Salah besar. terdapat sebuah penelitian yang menunjukkan adanya efek negatif dari orang tua yang menghukum anak dengan memukul.

 

Studi yang dilakukan pada tahun 2012 itu, menemukan konsekuensi berbahaya dari memukul anak. Memukul anak hanya memiliki satu manfaat positif, yaitu kepatuhan jangka pendek. Sedangkan sisi negatifnya, terdiri dari kerugian fisik, psikologis, perilaku, kognitif, neurologis, emosional, dan pembangunan sosial.

 

Hukuman fisik kepada anak telah diteliti selama 2 dekade, yang dikumpulkan dalam sebuah makalah pada tahun 2012. Makalah tersebut menunjukkan bahwa:

  • Hukuman fisik meningkatkan risiko hasil perkembangan anak secara negatif yang luas dan abadi. Tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa hukuman fisik bisa meningkatkan kesehatan anak.
  • Kekerasan fisik terjadi dalam konteks hukuman.
  • Sebuah konsensus profesional mengatakan bahwa orang tua harus didukung untuk tidak melakukan kekerasan kepada anak, sebagai pendekatan yang efektif untuk mendisiplinkan anak.
Baca juga: Tips Hindari Kekerasan Seksual pada Anak

 

Efek Negatif Memukul Anak 

 

1. Anak menjadi agresif

Menurut Lynn Namka, EdD., memukul anak merupakan model hukuman agresi untuk anak. Pada awalnya, ini dilakukan untuk menghentikan anak melakukan perilakunya tersebut. Anak-anak tidak selalu dapat menerima perbedaan antara agresi fisik yang diperbolehkan, seperti memukul dan mendorong, serta agresi fisik yang mereka terima sebagai hukuman. Anak juga bisa menjadi lebih cepat marah dan bertindak lebih spontan, karena mereka merasa sudah pernah melakukan hal yang dapat membuat mereka dipukul dan masih merasa kuat.

 

2. Memukul anak akan menciptakan anak yang suka memukul

Cukup banyak penelitian yang menemukan bahwa anak-anak yang sering dihukum dengan kekerasan dan pukulan, akan tumbuh menjadi agresif dan menyimpang. Dampak ini akan terlihat saat anak mulai tumbuh sebagai remaja dan dewasa, sebab saat masih kecil ia akan melihat dan memperhatikan bagaimana harus bersikap dengan cara meniru sikap orang tuanya.

 

Jika ayah sering kali memukul saat anak masih kecil, terutama anak perempuan, maka ia akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak menghargai orang lain. Ia pun menyimpulkan bahwa memukul adalah hal yang bisa menyelesaikan masalah. Selain itu, saat dewasa nanti ia akan lebih mungkin melakukan hukuman fisik kepada anak sendiri.

 

Sebanyak 24 persen anak yang dulunya dipukul orang tuanya juga melakukan hal yang sama dengan anak mereka, menurut Murray A. Straus, pemimpin survei Corporal Punishment by American Parents pada tahun 1999.

Baca juga: Waspada Berbagai Bentuk Kekerasan Verbal dalam Hubungan

 

3. Gangguan perkembangan emosional

Anak yang secara fisik maupun verbal pernah dilecehkan, lebih mungkin mengalami gangguan psikologis, menurut dr. Seas. Selain itu, anak yang sering dihukum secara fisik akan membuat ia menjadi rendah diri, mengalami kerusakan otak, penyalahgunaan zat, dan gangguan perhatian. Hal ini menyebabkan depresi, kecemasan, keterampilan sosial, serta depresi

 

4. Memperburuk hubungan anak dengan orang tua

Ikatan orang tua dan anak seharusnya menjadi hubungan yang intim dan penuh kasih sayang. Setiap anak yang melakukan kesalahan kemudian dihukum dengan fisik, akan menimbulkan kebencian terhadap orang tuanya serta mengurangi rasa kasih dan cinta. Mereka berpikiran bahwa orang tuanya tidak menyayanginya dan hanya ingin dituruti saja.

 

5. Gangguan perekembangan kognitif

Memukul anak akan berdampak negatif pada perkembangan kognitifnya. Anak-anak yang dipukul saat masih kecil biasanya kurang mampu bersaing dengan tingkat perkembangan kognitif yang diharapkan sesuai usia mereka. Hal ini bahkan dapat menurunkan IQ mereka serta dapat mengurangi gray matter (jaringan penghubung abu-abu pada otak), yang merupakan bagian penting untuk kemampuan belajar anak, menurut Murray A. Straus dan Mallie J. Paschall, yang dalam tulisan yang berjudul Corporal Punishment by Mothers and Child’s Cognitive Development.

 

Jika orang tua memukul anak sebagai hukuman atas tindakan mereka yang salah, anak akan menganggap bahwa perilaku fisik adalah hal yang benar dilakukan sebagai solusi dari permasalahan. Anak juga akan mengasumsikan bahwa memukul dan menyakiti orang adalah penyelesaian. Selain itu akan menumbuhkan dendam, karena saat dipukul ia tidak bisa mengungkapkan kekesalannya.

Baca juga: Amati Selalu Perkembangan dan Psikologis Anak

 

Melakukan hukuman fisik bukanlah jalan keluar yang baik dan benar. Hal itu juga menjelaskan bahwa anak–anak tidak diperbolekan untuk mengetahui dan berpartisipasi dalam kedisiplinan itu sendiri. Justru, anak-anak seharusnya mengetahui apa kesalahan mereka dan bagaimana cara mereka menebus kesalahan tersebut.

 

Pada anak yang masih kecil, otak berkembang lebih cepat daripada organ tubuh. Dengan dipukul, mereka merasakan tekanan yang disebabkan oleh rasa sakit. Ketakutan akan dipukul dapat memengaruhi fungsi otak, menghambat pertumbuhan otak, hingga mengakibatkan kelainan seumur hidup dan permanen pada otak. (AD/AS)