Memang mudah menasihati dan menyarankan seseorang yang berada dalam abusive relationship atau hubungan yang penuh kekerasan untuk mengakhiri hubungan percintaan yang dijalani. Mungkin Kamu akan berpikir, siapa sih yang masih ingin menjalin hubungan dengan seseorang yang selalu menyakiti, baik secara fisik maupun mental?

 

Sayangnya bagi korban yang berada dalam hubungan yang penuh kekerasan, menentukan keputusan tersebut jauh dari kata mudah. Menurut David B. Wexler, PhD., Executive Director Relationship Training Institute, meninggalkan hubungan yang penuh kekerasan bisa membahayakan korban yang tertindas.

 

Menurutnya, pada banyak kasus, aktivitas kekerasan cenderung meningkat ketika korban yang tertindas mencoba untuk meninggalkan pasangannya yang melakukan kekerasan. Bahkan, hal tersebut menjadi momen yang paling membahayakan bagi korban yang tertindas.

 

Oleh sebab itu, jangan langsung menghakimi atau mengkriktik teman atau orang terdekat yang memutuskan untuk tidak langsung meninggalkan hubungan yang penuh kekerasan tersebut. Kamu perlu mengerti bahwa kemungkinan besar mereka memiliki banyak pertimbangan.

 

Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan secara matang adalah cara untuk keluar dari hubungan tersebut. Untuk mengerti lebih dalam lagi, berikut beberapa alasan mengapa korban kekerasan sulit untuk meninggalkan pasangannya, seperti dilansir melalui Health.com.

Baca juga: Tips Hindari Kekerasan Seksual pada Anak

 

1. Takut Pasangannya Balas Dendam

Seperti yang sudah dijelaskan oleh Wexler, memutuskan hubungan percintaan secara otomatis menempatkan korban kekerasan dalam situasi yang tidak aman. Berbagai macam kekhawatiran akan terus menghantuinya. Akankah ia mencari saya? Akankah ia menyerang saya? Atau apakah ia akan merusak reputasi saya?

 

Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terus menghantui pikiran korban ketika mereka berencana untuk mengakhiri hubungan. Bahkan banyak korban yang berpikiran walau hubungan yang dijalani melukainya, namun jika mereka pergi bisa saja terjadi yang lebih buruk menanti mereka. Kekhawatiran itu khususnya sangat nyata pada korban yang tidak memiliki tempat atau perlindungan yang aman.

 

2. Kekhawatiran tentang Keuangan dan Keluarga

Ketergantungan finansial dan keluarga yang membutuhkan mereka adalah salah satu hal yang membuat keputusan untuk berpisah sangat sulit. Jika korban memiliki ketergantungan finansial dengan pasangannya, tentu saja keputusan untuk meninggalkan hubungan tersebut menyulitkan mereka. Kesulitan tersebut akan bertambah jika mereka memiliki anak-anak yang masih kecil. Pasalnya, meninggalkan hubungan tersebut juga akan menyulitkan anak-anak mereka.

 

Dalam suatu hubungan, pertanggung jawaban terhadap anak biasanya dibagi antara ayah dan ibu. Memutuskan hubungan pastinya akan membuat korban harus menopang tanggung jawab penuh terhadap anak. Pada akhirnya memang ada pilihan untuk berbagi tanggung jawab meskipun sudah berpisah. Namun, tetap banyak kondisi dan kendala yang harus dipikirkan.

Baca juga: Dampak yang Terjadi pada Anak Korban Pelecehan Seksual
 

3. Takut Menanggung Malu

Menurut pengalaman Wexler, korban dari kekerasan hubungan menanggung rasa malu. Mereka merasa takut dihakimi oleh orang lain. Pertanyaan yang takut akan dilontarkan antara lain, "Kenapa dari awal Kamu memilih dia? Kenapa Kamu membutuhkan waktu yang lama untuk meninggalkannya? Apa yang Kamu lakukan sampai-sampai ia melakukan kekerasan seperti itu kepada Kamu?" Pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat ditakuti oleh korban. Bukannya pulih, psikis korban bisa semakin terganggu akibat hal tersebut.

 

4. Masih Menyayangi Pasangannya

Hampir semua orang yang sudah pernah menjalani hubungan asmara dalam jangka waktu yang lama pasti tahu bahwa terkadang cinta bukanlah hal logis. Hanya karena seseorang menyakiti Kamu, bukan berarti Kamu akan langsung membencinya. Banyak orang yang berada dalam hubungan tersebut ingin agar kekerasan yang mereka alami berhenti, namun mereka masih mencintai pasangannya.

 

Menurut Wexler, banyak korban yang masih memiliki ketertarikan secara emosional dan memegang teguh sejumlah aspek dalam hubungan tersebut. Oleh sebab itu, mereka hanya ingin agar kekerasan yang dialami berhenti.

 

Jika pasangan mereka melakukan kekerasan tidak hanya secara fisik, namun juga secara psikilogis, maka hubungannya sudah tidak mungkin bisa diperbaiki. Namun jika pasangan mereka mau bertanggung jawab terhadap sikap tersebut dan bersungguh-sungguh melakukan perubahan serta menunjukkan rasa empati terhadap dampak kekerasan yang mereka lakukan, maka masih ada kemungkinan hubungan tersebut bisa diperbaiki.

Baca juga: Manfaat Pernikahan Bagi Kesehatan Mental

 

Tidak ada orang di dunia ini yang ingin terus menjadi korban kekerasan. Pasti semua orang ingin lari dari situasi menakutkan tersebut. Namun, banyak faktor yang menahan korban untuk meninggalkan pasangannya.

 

Meskipun sulit, tetap saja keputusan untuk meninggalkan hubungan yang tidak sehat tersebut amat penting, demi kesehatan fisik dan mental korban. Oleh sebab itu, cobalah minta bantuan orang lain atau pihak terpercaya yang bisa membantu Kamu keluar dari hubungan tersebut. (UH/AS)