Istilah picky eater mungkin masih terdengar asing bagi sebagian Mums dan Dads. Picky eater adalah istilah yang digunakan untuk anak yang susah makan atau memilih jenis makanan tertentu.

 

Anak picky eater cenderung sulit untuk mencoba makanan jenis baru dan memiliki jenis makanan yang sangat disukai. Apakah picky eater masih bisa dianggap wajar atau perlu mendapat penanganan serius? Yuk, kita kenali lebih lanjut!

 

Picky eating atau pilih-pilih makanan sebenarnya merupakan fase yang umum pada perkembangan anak. Sebuah studi menunjukkan bahwa picky eater banyak dialami oleh anak usia 2 sampai 4 tahun dan prevalensi tertinggi pada usia 19–24 bulan. Umumnya kondisi ini tidak berlangsung permanen. Hanya sebagian kecil anak menjadi picky eater sampai seumur hidupnya.

 

Baca juga: Mums yang Cerdas Tahu Siasat Mencegah Stunting!

 

Mengapa anak cenderung picky dengan makanan? Dari studi-studi yang dilakukan, inilah jawabannya.

  • Pada saat perkembangan sistem otonomnya, anak cenderung membuat pilihannya sendiri. Anak cenderung menjadi neofobia atau menolak makanan baru.
  • Beberapa anak sensitif terhadap rasa atau tekstur makanan tertentu. Studi menunjukkan ini berhubungan dengan gen TAS2R38 dan CA6, yaitu gen persepsi rasa pahit. Anak-anak yang secara genetik “pahit-sensitif” cenderung suka memilih-milih makanan.
  • Beberapa anak kurang memiliki pengalaman dengan variasi makanan
  • Anak cenderung membutuhkan paparan berulang sebelum mereka mengunyah makanannya.
  • Ketika mereka diisi terlalu banyak susu atau makanan cepat saji, anak akan menurunkan nafsu makan.

 

Masa picky eating pasti akan dialami pada fase pertumbuhan dan perkembangan anak. Namun jika kebiasaan ini berlangsung ekstrem, akan berdampak pada tumbuh kembangnya. Anak picky eater cenderung memiliki makanan favorit dan hanya mau makan makanan itu saja. Ilustrasinya seperti ini Mums dan Dads, pada setiap jam makan, si Kecil maunya hanya makan telur dadar dan tidak mau makan kalau disajikan makanan yang lain.

 

Jika kondisi ini terus berlangsung, anak bisa kekurangan gizi, terutama zat besi, seng, vitamin dan mineral lainnya, gangguan pencernaan (konstipasi/susah buang air besar), dan berpengaruh ke berat badannya (underweight atau malah obesitas).

 

Tak hanya itu, hubungan antara anak dengan orang tua juga dapat terganggu. Situasi anak susah makan dan cenderung menolak makanan baru dapat memicu stres, frustasi, bahkan juga konflik antara orang tua dan anak.

 

Baca juga: Anak Tidak Mau Makan, Apa Penyebabnya?

 

Nah, Mums dan Dads tentu ingin tahu bagaimana strategi kita sebagai orang tua dalam menghadapi masa ini. Peran orang tua menjadi krusial agar picky eating tidak menjadi berkelanjutan dan membawa dampak negatif pada anak. Ini yang harus dilakukan!

 

  • Tidak terlalu membatasi makanan saat Mums hamil. Paparan rasa makanan ternyata dimulai sejak anak berada dalam kandungan dan berlanjut pada saat menyusui. Sebelum lahir, anak terpapar rasa melalui cairan amnion. Indra pengecap dan penciuman memang sudah berfungsi anak di dalam kandungan. Jadi, biasakan mengonsumsi beraneka ragam jenis dan rasa makanan, serta menghirup aroma makanan.

 

  • Jadi role modelyang baik untuk anak. Pada usia anak 2- 4 tahun, orang tua cenderung menjadi role model untuk anak dalam berperilaku, begitu pula soal pola makan. Nah, biasakanlah untuk makan makanan yang bergizi dan bervariasi, sehingga anak-anak pun meniru. Ajaklah anak makan bersama Mums dan Dads karena dia akan melihat sendiri orang tuanya tidak pilih-pilih makanan.

 

  • Ciptakan lingkungan dan suasana yang menyenangkan pada saat makan. Ini akan membuat anak lebih semangat untuk mencoba berbagai variasi menu makanan.

 

  • Disiplin di waktu makan juga dapat membuat siklus makan anak menjadi teratur. Saat jam makan, dia benar-benar merasa lapar dan cenderung mau makan apa saja yang dihidangkan.

 

  • Tidak membuat anak bingung dalam mengenal makanan. Cukup kenalkan anak  1 menu baru setiap hari dan hidangkan bersama dengan makanan yang ia sukai. Studi menunjukkan bahwa rasa makanan baru akan dikenali setelah anak mencicipinya sebanyak 10 kali.

 

  • JIka anak sudah mencicipi makanan tersebut dan berkata tidak suka, bereaksilah dengan wajar tanpa amarah ya, Mums dan Dads. Jangan tawarkan makanan lain sebagai pengganti, tetapi tetap berikan makanan yang ia tolak dengan bentuk yang berbeda.

 

  • Terakhir, jangan pernah menyerah. Sebagai orang tua, pasti Mums dan Dads ingin hal yang terbaik untuk anak. Masa-masa ini adalah hal yang umum terjadi dan akan dialami oleh setiap orang tua. Hadapi dengan semangat dan pantang menyerah. Percayalah semakin banyak anak merasakan berbagai varian makanan, kebiasaan picky eating akan hilang dengan sendirinya.

 

Baca juga: Tambah Nafsu Makan Anak dengan Makanan Ini, Mums!

 

Peran Ayah Mengatasi Anak Susah Makan -GueSehat.com 

 

Referensi 

  1. Hsun-Chin Chao. Association of Picky Eating with Growth, Nutritional Status, Development, Physical Activity, and Health in Preschool Children. 
  2. Front Pediatr. 2018. Vol. 6: 22. p.1 – 9.
  3. Ong, et al. Managing the ‘picky eater’ dilemma. Singapore Med J. 2014. Vol. 55(4). 184-190
  4. Jason Lam. Picky Eating in Children. Frontier in Pediatric. 2015.
  5. IDAI: PILIH-PILIH MAKANAN