Walau si Kecil terlahir dengan daya tahan tubuh, namun tentunya ia membutuhkan waktu hingga sistem pertahanan tubuhnya berkembang dan matang. Inilah yang menyebabkan si Kecil tetap bisa terpapar infeksi viral, seperti penyakit pilek. Tapi, berbahayakah jika bayi baru lahir sudah sakit pilek? Yuk, tenangkan kekhawatiran Mums dengan membaca info berikut ini.

 

Berbahayakah Pilek pada Bayi Baru Lahir?

Pilek atau infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) disebabkan oleh lebih dari 200 jenis virus yang beredar secara bebas. Rhinovirus merupakan etiologi terbanyak dari ratusan jenis virus yang dapat menyebabkan ISPA. Beberapa jenis virus lain yang menjadi penyebab adalah Coronavirus, Repiratory Syncytial Virus (RSV), Human Metapneumonia Virus, dan Parainfluenza Virus.

 

Kabar baiknya, pilek merupakan penyakit yang akan sangat umum menyerang anak-anak setelah ia berusia 6 bulan dan “berjasa” untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuhnya. Bahkan faktanya, dalam dua tahun pertamanya, setidaknya si Kecil akan mengalami pilek sebanyak 6-8 kali. Semakin bertambah usia, si Kecil pun akan makin sering pilek karena terpapar dari sekolah, tempat penitipan anak, tempat bermain, serta tempat umum lainnya.

 

Namun, perlu diakui penyakit ini tak bisa dianggap remeh jika terjadi pada bayi baru lahir. Pasalnya, pilek bisa sangat mudah berubah menjadi kondisi yang lebih serius, yaitu pneumonia dan croup (penyumbatan saluran pernapasan atas). Bahkan, kedua penyakit tersebut menunjukkan gejala serupa dengan pilek. Itulah kenapa, jika si Kecil terkena pilek di bawah usia 3 bulan, Mums perlu segera memeriksakannya ke dokter spesialis anak, terutama jika disertai gejala demam.

 

Demam merupakan tanda bahwa sistem daya tahan tubuh bekerja untuk melawan virus pilek. Walau begitu, demam dengan suhu di atas 38℃ untuk bayi kurang dari 6 bulan, adalah tanda bahaya yang harus segera ditindaklanjuti. Dan perlu diingat, di usia berapa pun, demam yang berlangsung lebih dari 5 hari bukanlah hal sepele dan wajib mendapatkan intervensi medis.

 

Gejala khas yang ditunjukkan jika bayi terinfeksi pilek, antara lain:

  • Keluarnya ingus berwarna bening dan cair sebagai gejala awal, yang kemudian perlahan berubah menjadi kental dan berwarna kekuningan/kehijauan.
  • Rewel.
  • Demam.
  • Bersin-bersin.
  • Batuk, terutama di malam hari.
  • Frekuensi menyusu berkurang.
  • Kesulitan menyusu akibat hidung tersumbat.
  • Sulit tidur.

 

Tak hanya itu, waspadai pula gejala lain yang mungkin saja menyertai pilek si Kecil dan segera bawa ia ke dokter karena berisiko menjurus pada penyakit yang lebih serius. Tanda-tandanya adalah:

  • Ruam.
  • Muntah.
  • Diare.
  • Batuk tiada henti, bahkan terdengar sangat nyaring.
  • Mengeluarkan suara tangisan yang tidak seperti biasanya.
  • Pada daerah dada tampak retraksi (tarikan dinding dada bagian bawah) setiap kali bernapas.
  • Ingus yang sangat kental dan berwarna hijau/berdarah.
  • Demam berlangsung 5-7 hari.
  • Memegang atau menarik telinga, atau area tertentu terlihat kesakitan. 
  • Menunjukkan tanda dehidrasi, seperti tidak berkemih sebanyak biasanya.
  • Menolak menyusu.
  • Semburat kebiruan di sekitar bantalan kuku atau bibir.

 

Baca juga: Mengenal Tes Antibodi untuk Mendeteksi Covid-19

 

Cara Mengatasi Pilek pada Bayi Baru Lahir

Seperti yang sudah disebutkan di awal, pemeriksaan oleh dokter spesialis anak akan sangat dianjurkan jika Mums menemui gejala pilek pada si Kecil, terutama jika ia berusia kurang dari 3 bulan. 

 

Jika tidak ada yang serius, umumnya dokter akan menyarankan beberapa langkah perawatan di rumah yang mudah untuk memulihkan kondisi si Kecil, seperti:

 

1. Susui si Kecil lebih sering.

Seperti yang Mums tahu, ASI merupakan asupan nutrisi sekaligus obat terbaik untuk bayi, karena mengandung antibodi, sel darah putih, dan enzim yang semuanya merupakan “agen penangkal” infeksi.

 

2. Teteskan dua atau tiga air saline (air garam) ke dalam setiap lubang hidung

Kemudian, gunakan penyedot khusus hidung bayi untuk menyedot lendir yang menyumbat hidungnya. Meneteskan air saline ke lubang hidung si Kecil dapat membantu mengencerkan lendir, sehingga mudah untuk disedot. 

 

Air saline bisa Mums dapatkan dengan mudah di toko obat. Atau, juga bisa Mums buat sendiri dengan beberapa langkah berikut:

  • Campurkan ¼ sendok teh garam meja dan 1 cangkir air mendidih.
  • Tunggu campuran dingin bersuhu ruangan.
  • Simpan air garam di dalam botol yang bersih. Beri label kapan air garam tersebut dibuat.
  • Buang setelah 3 hari.

Mums bisa menggunakan cara ini maksimal 4 kali sehari. Jika berlebihan, dikhawatirkan akan melukai lapisan hidung si Kecil yang tipis.

 

Baca juga: Terbukti Secara Medis, Tummy Time Membuat si Kecil Cerdas!

 

 

 

 

3. Memasang humidifier di rumah

Udara kering menjadi salah satu penyebab hidung tersumbat dan membuat si Kecil sulit bernapas. Menyalakan humidifier di kamar dapat membantu meringankan hidung tersumbat. Pasalnya, alat tersebut dapat meningkatkan kelembapan udara di sekitar. Selain itu, humidifier juga bermanfaat menghilangkan ketidaknyamanan akibat gejala alergi yang sering menyerang saluran pernapasan.

 

4. Meneteskan ASI ke hidung bayi

Mungkin Mums juga tak asing dengan tips ini, yaitu meneteskan ASI saat hidung si Kecil tersumbat. Ya, memang benar cara ini bisa efektif untuk membantu melonggarkan sumbatan lendir. Namun ingat, jangan lakukan cara ini saat ia menyusu.

 

Lakukanlah saat ia sudah kenyang menyusu dan disendawakan. Setelah itu, teteskan 2-3 ASI di setiap lubang hidungnya dan letakkan ia dalam posisi tengkurap (tummy time). Ketika si Kecil mengangkat kepalanya, ASI akan terdorong masuk dan membantu pengobatan hidung tersumbatnya.

Selain itu, ada beberapa hal yang bukan langkah tepat untuk mengobati pilek si Kecil, antara lain:

  • Pemberian antibiotik. Ingat, pilek disebabkan oleh virus, sementara antibiotik adalah pengobatan penyakit akibat bakteri.
  • Memberikan obat pilek atau batuk over-the-counter (OTC) tanpa resep dokter.
  • Mengoleskan balsam atau pun vaporub, bahkan jika pengobatan tersebut diklaim aman untuk anak-anak. Pasalnya, pengobatan ini justru dapat mengiritasi si Kecil.

 

Baca juga: Menyedot Ingus Bayi dengan Mulut, Boleh atau Tidak?

 

Sumber:

 Healthline. Colds in Newborn Babies.

Cleveland Clinic. Common Cold in Babies.