Setiap orang pasti pernah mengalami alergi, entah itu karena debu atau makanan yang dikonsumsi. Nah, kondisi alergi ini ternyata juga rentan dialami oleh bayi, lho. Bahkan, bayi merupakan subyek yang paling sering mengalami alergi, mengingat sistem imunitas tubuhnya belum terbentuk sempurna.

 

Meski alergi merupakan reaksi normal dari tubuh terhadap zat asing yang dihirup, disuntik, tersentuh, maupun tertelan, namun alergi pada bayi tidak bisa disepelekan begitu saja.

Baca juga: Apakah Anak Anda Alergi Susu Sapi?

 

Faktor Penyebab Alergi pada Bayi

Ada beberapa faktor yang menyebabkan Si Kecil mengalami alergi. Namun, faktor genetik lah yang paling sering memainkan peran penting dalam terjadinya alergi pada bayi. Selain itu, faktor lain yang sering menjadi penyebab bayi mengalami alergi adalah makanan dan lingkungan.

 

Dilansir dari WebMD, hampir sekitar 6 juta anak memiliki alergi terhadap makanan. Alergi ini juga biasanya lebih banyak dialami oleh anak laki-laki dibanding anak perempuan. Jenis makanan yang paling sering membuat anak mengalami alergi antara lain kacang, susu sapi, telur, sea food, kedelai, dan tepung terigu.

 

Sementara itu, alergi yang disebabkan oleh faktor lingkungan biasanya terjadi karena paparan dari benda-benda yang ada di dalam maupun luar ruangan. Beberapa hal yang menjadi penyebab alergi pada bayi antara lain serbuk sari, debu tungau, bulu hewan, jamur, atau kecoak.

 

Selain 3 faktor yang telah disebutkan di atas, ada juga beberapa faktor lain yang bisa menyebabkan Si Kecil mengalami alergi. Misalnya, gigitan serangga yang menyebabkan kulit bengkak, gatal, dan memerah. Atau efek dari obat-obatan dan bahan kimia tertentu, seperti detergen yang bisa menyebabkan alergi pada kulit Si Kecil.

Baca juga: Gejala dan Penanganan Eksem pada Bayi

 

Alergi yang Umum Dialami Bayi

Kebanyakan gejala yang ditunjukkan dari alergi adalah kondisi kulit bayi yang memerah dan juga gatal. Namun, sebenarnya ada 3 kondisi alergi dengan gejala berbeda yang bisa dialami oleh Si Kecil, yaitu:

  • Dermatitis Atopik (Eksem)

    Diperkirakan ada sekitar 1 dari 10 bayi dilaporkan mengalami kondisi dermatitis atopik atau yang lebih sering dikenal dengan eksem. Dermatitik atopik merupakan kondisi peradangan kulit yang ditandai dengan kulit kemerahan dan terasa gatal.

    Kebanyakan kondisi alergi ini dialami oleh bayi yang tidak mendapatkan ASI dan diberikan susu formula dengan bahan dasar susu sapi. Namun, seriring waktu, alergi susu ini bisa hilang mengingat pencernaan bayi yang sudah semakin sempurna.

    Berikut beberapa gejala dermatitis atopik yang kerap muncul pada bayi:

    - Ruam merah yang tersebar pada tubuh akibat digaruk.

    - Gatal-gatal, terutama saat malam hari.

    - Luka melepuh yang mengeluarkan cairan. Dalam beberapa kasus, luka ini akan menjadi luka terbuka jika digaruk.

    Kulit kering, pecah-pecah, dan bersisik.

  • Dermatitis kontak

    Dermatitis kontak adalah jenis alergi pada bayi yang ditandai dengan kondisi kulit yang kemerahan sesaat setelah terpapar suatu iritan atau pemicu alergi. Dermatitis kontak akan membuat kulit Si Kecil terlihat kering dan bersisik.

  • Alergi rhinitis

    Pernah menemukan saat di mana Si Kecil tiba-tiba bersin tanpa henti? Jika iya, bisa jadi Si Kecil sedang mengalami alergi rhinitis. Gejala utama dari alergi ini memang berupa bersin-bersin, beringus, hingga hidung tersumbat. Umumnya, alergi rhinitis disebabkan karena bayi terpapar debu, serbuk sari, atau bulu binatang. Dalam kondisi yang tergolong berat, gejala alergi rhinitis yang dialami bisa mencakup serangan asma atau sesak napas.

  • Urtikaria kronis

    Urtikaria kronis sebenarnya merupakan reaksi alergi pada bayi yang tergolong berat. Urtikaria muncul dengan ditandai ruam kemerahan yang lebar setelah kontak dengan alergen. Berbeda dengan jenis alergi kulit yang lain, urtikaria kronis justru tidak menyebabkan kulit menjadi kering. Namun, bayi yang mengalami urtikaria kronis akan mengalami gejala seperti sulit bernapas atau bengkak pada mulut dan juga wajah.

    Pada kebanyakan kasus, urtikaria kronis akan hilang dengan sendirinya selama terhindari dari paparan alergen.

Baca juga: Pengalaman Pertama Menghadapi Bayi Batuk Pilek

 

Cara Mengatasi Alergi pada Bayi

Meski umum terjadi, namun kondisi alergi pada bayi tidak dapat disepelekan. Maka itu, Mums harus tahu cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan alergi yang terjadi pada Si Kecil. Pada dasarnya, alergi pada bayi tidak terjadi begitu saja, melainkan ada beberapa faktor penyebabnya seperti telah disebutkan sebelumnya. Oleh karena itu, cara terbaik untuk mengatasi alergi adalah dengan mengetahui penyebabnya. Jika Mums mengetahui penyebab alergi Si Kecil, maka Mums dapat dengan mudah menghindarkannya dari alergen sehingga alergi tidak kambuh.

 

Jika si Kecil mengalami alergi akibat makanan, maka hindari memberikan Si Kecil makanan yang berpotensi menyebabkan alergi, misalnya kacang-kacangan, susu sapi, atau sea food. Untuk memastikan makanan apa yang boleh dikonsumsi oleh si Kecil, Mums bisa mengonsultasikannya kepada dokter. Nah, jika ternyata Si Kecil memiliki alergi terhadap debu tungau, maka hal yang bisa Mums lakukan adalah menjaga kebersihan tempat tidur, ruangan, serta mainannya. Cara ini juga berlaku jika Si Kecil memiliki alergi yang disebabkan oleh jamur dan kecoak.

 

Menjaga kebersihan hewan peliharaan dengan memandikannya secara rutin juga dapat menghindarikan si Kecil dari alergi. Jangan lupa juga untuk membatasi kontak bayi dengan hewan peliharaan yang berpotensi menyebabkan alergi. Selanjutnya, apabila alergi bayi disebabkan oleh serbuk sari, maka Mums bisa mencegahnya dengan cara mengurangi bepergian ke tempat terbuka.

 

Terakhir, apabila cara-cara di atas belum bisa membuat Si Kecil terhindar dari alergi, maka Mums bisa mengobatinya dengan memberi obat antihistamin dan steroid. Namun, konsultasikan terlebih dahulu sebelum memberikan obat-obatan tersebut kepada si Kecil. (BAG/WK)