Bermain boneka mungkin lekat dengan anak-anak perempuan. Namun, bagaimana jika dilakukan oleh anak laki-laki? Pernah penasaran enggak sih Mums kenapa di luar sana terdapat anggapan bahwa mobil-mobilan untuk anak laki-laki, sementara boneka untuk anak perempuan? Nah, biar enggak bingung lagi, langsung simak saja yuk ulasan selengkapnya!

Baca juga: Kurang Waktu Bermain Membuat Anak Mudah Cemas dan Depresi

 

 

Fakta Unik di Balik Pengelompokan Mainan Anak

Jika dilihat dari sejarah, stereotip gender yang melekat pada mainan anak berawal dari maraknya isu feminisme di Amerika Serikat pada tahun 1970-an. Dilansir dari theatlantic.com, pada era tersebut, banyak perusahaan mainan yang menawarkan strategi pemasaran dengan memanfaatkan isu gender untuk mendongkrak penjualan.

 

Anak laki-laki digambarkan sebagai dokter, tukang kayu, atau ilmuwan. Sementara anak perempuan ditampilkan bermain boneka, mahir menjahit, serta jago memasak. Bahkan, tidak sedikit iklan yang merekomendasikan warna biru untuk anak laki-laki dan merah muda untuk anak perempuan.

 

Rupanya, hal ini mendulang sukses besar di pasar mainan. Strategi pemasaran berdasarkan perbedaan gender pun akhirnya mulai ditiru oleh pembuat mainan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sayangnya, hal ini menyisakan efek samping yang tidak terduga.

 

Ada semacam pola pikir yang terbentuk di masyarakat bahwa setiap mainan merepresentasikan sebuah gender. Akibatnya, anak laki-laki dilarang bermain boneka. Begitu pula dengan anak perempuan, tidak boleh bermain mobil-mobilan.

Baca juga: Manfaat Bermain Pasir di Pantai Bersama Anak

 

Lalu, Sebenarnya Bolehkah Anak Laki-Laki Bermain Boneka?

Psikolog dan penulis Raising Cain, Dan Kindlon, Ph.D., beropini bahwa mainan yang disukai anak semasa kecil tidak akan memengaruhi orientasi seksualnya ketika ia dewasa nanti. Bagi anak kecil, permainan hanyalah alat pendukung untuk berimajinasi dan bereksplorasi.

 

Sebuah studi di Australia pernah menanyakan pada sejumlah anak laki-laki yang gemar bermain boneka. Ternyata, alasan mereka memilih boneka adalah karena lebih tertarik dengan objek berupa wajah, dibandingkan dengan objek mainan yang berbentuk mesin. 

 

Selain itu, menurut sejumlah pakar pengasuhan anak, sebelum usia balita anak-anak sudah harus mulai diasah daya imajinasinya. Pada usia 0-3 tahun, anak-anak masih tertarik dengan berbagai macam mainan tanpa batasan gender.

 

Anak laki-laki bisa saja menyukai boneka, sedangkan anak-anak perempuan justru lebih suka bermain mobil-mobilan. Pilihan si Kecil terhadap mainan yang lebih ia minati biasanya dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Perlu Mums ketahui, yang dibutuhkan si Kecil di usia ini adalah stimulasi yang baik dari berbagai jenis mainan. Jadi, fokuslah memilihkan mainan yang tepat, terlepas dari persepsi gender yang melekat pada mainan tersebut.

 

Dan tidak perlu terlalu mengotak-ngotakkan antara anak perempuan dan laki-laki. Imajinasi mereka justru akan semakin berkembang dan memberi pengaruh positif pada cara berpikir di masa depan. Memaksakan sebuah permainan yang tidak disukai si Kecil tentu harus dihindari, agar tidak membuat si Kecil tertekan dan memengaruhi kesehatan mentalnya. Nanti pada usia 5 tahun, si Kecil akan mulai mengenal dan mengidentifikasi sendiri mainan berdasarkan minat dan gendernya, kok.

 

Manfaat Bermain Boneka bagi Anak Laki-laki

Faktanya, banyak manfaat dari bermain boneka bagi anak laki-laki. Mereka bisa belajar memainkan peran tentang bagaimana merawat, menyayangi, membujuk, dan berimajinasi. Selain itu, bermain boneka juga memberikan rasa senang dan nyaman saat mereka sedih, kecewa, dan marah. Apalagi jika si Kecil merupakan anak tunggal. Boneka bisa menjadi teman sekaligus mainannya.

 

Bimbingan Mums dan Dads tetap dibutuhkan saat si Kecil bermain boneka. Mums bisa memilihkan boneka yang bersifat netral, misalnya boneka hewan atau boneka robot. Lalu, arahkan peran-peran yang maskulin untuk jagoan kecil Mums. Misalnya, peran boneka atlet, astronot, atau monster dinosaurus. Bila si Kecil memilih boneka laki-laki, Mums bisa menganjurkan peran ayah untuk boneka tersebut.

 

Hal yang Harus Diperhatikan oleh Orang Tua

Memfasilitasi imajinasi si Kecil bukan berarti tidak ada rambu-rambu yang patut Mums dan Dads ikuti. Sebagai contoh, bila si Kecil sudah mulai terobsesi ingin mendandani bonekanya dengan gaya yang bersifat feminin, maka orang tua harus bertindak. Inilah alasan utama pentingnya menyisihkan waktu untuk bermain dengan si Kecil. Jadi, Mums dan Dads bisa memberikan pengarahan kepadanya.

 

Wajar saja ya Mums bila ada masanya anak laki-laki suka bermain boneka dan anak perempuan lebih tertarik dengan mobil-mobilan. Mungkin saja si Kecil menyukai pilihan mainan ini karena imajinasinya lebih menyatu dengan lingkungan. Saat si Kecil beranjak besar dan mulai memiliki teman, ia pasti akan lebih sering menyimak jenis mainan apa saja yang biasa dimainkan oleh anak laki-laki dan perempuan. Pada akhirnya, ia bisa memutuskan sendiri apakah tetap ingin bermain dengan boneka atau beralih ke mainan lain. (TA/AS)