Diabetes tipe 1 adalah penyakit autoimun yang mengakibatkan pankreas berhenti memproduksi insulin. Insulin adalah hormon yang membantu gula masuk ke sel untuk diolah menjadi energi. Diabetes tipe 1 adalah bentuk diabetes yang paling sering ditemukan pada bayi dan anak-anak, khususnya yang memiliki orangtua diabetes.

 

Dilansir dari jdrf.org, diabetes tipe 1 menjadi penyebab utama membengkaknya kebutuhan insulin sebagai satu-satunya terapi. Diabetes tipe 1 juga dapat dipicu infeksi virus tertentu. Paparan berbagai virus dapat memicu kerusakan autoimun dari sel-sel islet dalam tubuh.

 

Meski jarang,  diabetes tipe 2, juga bisa ditemukan pada bayi. Resistensi insulin adalah penyebab utama diabetes tipe 2, di mana insulin tidak cukup dihasilkan pankreas, atau sensitivitas sel terhadap insulin turun sehingga gula dalam darah tinggi. Kondisi medis tertentu atau kelainan genetik, seperti sindrom Down dan sindrom Turner, juga dapat menyebabkan diabetes tipe 2 pada anak. 

 

Baca juga: Makanan Super Sehat untuk Penderita Diabetes

 

Gejala Diabetes pada Bayi

Menurut American Academy of Pediatrics, ada beberapa gejala pada bayi atau balita yang harus dicurigai oleh orangtua sebagai gejala diabetes. Ciri-ciri diabetes tipe 1 biasanya berkembang cepat pada anak-anak. Perhatikan tanda-tanda berikut ini, untuk mengenali adanya potensi diabetes pada si Kecil.

  • Kelelahan. Rasa lelah bisa menjadi pertanda bahwa tubuh si Kecil tidak dapat mengubah gula menjadi energi. Kekurangan gula darah di sel tubuh, mengakibatkan Si Kecil tampak letih dan lesu.
  • Kelaparan yang intens. Jika otot dan organ tubuh si Kecil tidak menerima cukup energi, hal tersebut dapat memicu rasa lapar yang ekstrem. Tanpa adanya pasokan insulin yang cukup, tubuh akan kesulitan untuk mentransfer gula ke sel tubuh. Akibatnya, otot dan organ  tubuh pun kekurangan energi. Kondisi inilah yang akhirnya memicu rasa lapar yang kuat dalam diri si Kecil.
  • Meningkatnya rasa haus dan frekuensi buang air kecil. Kelebihan gula dalam aliran darah, dapat menarik cairan dari jaringan tubuh si Kecil. Akibatnya, si Kecil mungkin tampak lebih sering haus dan selalu ingin minum sehingga frekuensi buang air kecil juga lebih sering daripada biasanya. Bila gejala diabetes ini terjadi pada balita yang telah dilatih potty training,  si Kecil akan menjadi sering mengompol lagi.
  • Kehilangan berat badan yang tidak dapat dijelaskan. Si Kecil tampak selalu lapar dan semakin sering makan, tapi berat badannya malah turun? Hati-hati ya, Mums. Penurunan berat badan secara drastis, dapat terjadi pada bayi atau balita yang terdiagnosis diabetes, meskipun pola makannya normal. Hal ini disebabkan, tubuh yang tidak dapat meyerap energi dari gula darah, dapat membuat jaringan otot dan simpanan lemak lekas menyusut. Akibatnya, penurunan berat badan pun terjadi secara drastis. Gelagat ini biasanya terjadi pada diabetes tipe 1.
  • Gangguan penglihatan. Kadar glukosa yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan cairan mata ditarik dari lensa mata si Kecil. Akibatnya pandangan si Kecil pun menjadi kabur sehingga akhirnya mencetus masalah penglihatan. Sayangnya di usia yang sangat muda, si Kecil mungkin belum dapat mengartikulasikan kondisi ini.
  • Infeksi jamur. Jenis infeksi yang satu ini, bisa menjadi salah satu tanda diabetes pada bayi. Gejalanya mungkin terlihat seperti ruam popok biasa. Bedanya, saat bayi atau balita mengidap diabetes tipe 1, infeksi yang muncul, biasanya disebabkan oleh infeksi jamur pada area vagina (genital).
  • Tercium aroma gula dalam urin bayi. Ini adalah tanda bahwa tubuh si Kecil sedang berusaha mengeluarkan gula yang tidak bisa masuk ke dalam sel-sel tubuhnya. Terkadang, wangi buah dan gula dapat tercium dari napas si Kecil. Kondisi ini terjadi akibat terbentuknya zat keton atau proses ketoasidosis dalam tubuh si Kecil.
  • Perubahan perilaku yang tidak biasa. Bila si kecil tiba-tiba menjadi mudah tersinggung, gelisah atau murung, hal tersebut tentunya menimbulkan kekhawatiran. Terutama, jika pergantian mood ini dipicu oleh penyakit diabetes. 

 

Baca juga: Terapi Insulin untuk Penderita Diabetes

 

Pengobatan Diabetes pada Anak 

Saat si Kecil terdiagnosis diabetes, ia membutuhkan pemantauan dan perawatan setiap hari. Mums dan pengasuh perlu secara aktif mengecek kondisi si Kecil dengan perawatan yang disesuaikan. Pemeriksaan medis secara berkala juga harus selalu diagendakan agar kondisi kesehatan si Kecil terpantau dengan baik.  Kelak, Mums juga harus mengajarkan padanya untuk belajar memonitor gula darahnya sendiri, mengelola insulin, dan menjaga kesehatannya secara keseluruhan saat ia dewasa. 

 

Pemantauan gula darah

Pemantauan gula darah dilakukan beberapa kali sehari untuk memastikannya tetap dalam kisaran aman. Target harian untuk gula darah bervariasi untuk masing-masing anak, tetapi biasanya target yang diharapkan adalah antara 90 dan 130 mg/dL sebelum waktu makan, dan 90 hingga 150 mg / dL sebelum waktu tidur di malam hari. Selain tes harian, perlu dilakukan tes A1C setiap beberapa bulan sekali untuk memeriksa seberapa baik kondisi gula darah dikontrol selama 3 bulan terakhir.

 

Pemberian injeksi insulin atau pompa insulin.

Anak-anak dengan diabetes tipe 1 membutuhkan insulin, yang dapat diberikan dalam bentuk suntikan harian atau secara terus-menerus melalui mesin kecil yang disebut pompa insulin. Diskusikan pilihan ini dengan dokter anak (termasuk kapan dan bagaimana menggunakannya) untuk menentukan metode apa yang terbaik untuk si Kecil. Khusus untuk suntikan, injeksi insulin biasanya diberikan beberapa kali sehari, biasanya di perut, bagian depan paha, atau lengan atas. Sementara pompa insulin adalah alat kecil dengan sistem komputerisasi yang dgunakan untuk memasok insulin melalui tabung plastik tipis (kateter) yang dimasukkan tepat di bawah permukaan kulit.

 

Mengatur asupan nutrisi

Pola diet yang tepat dapat membantu mengendalikan diabetes tipe 1 dan tipe 2. Terapi nutrisi biasanya juga diberikan agar penderita diabetes dapat mengatur asupan karbohidrat untuk menjaga berat badan. Pasalnya, berat badan yang stabil sangat efektif untuk menurunkan risiko lonjakan gula darah bagi penderita diabetes. Bicarakan dengan ahli gizi mengenai menu makanan yang sehat untuk si Kecil. Pantau bersama kebutuhan gizinya secara berkala.

 

Olahraga

Para ahli merekomendasikan aktivitas aerobik selama satu jam atau kegiatan olahraga yang dapat memperkuat otot dan tulang anak-anak dengan diabetes, minimal 3 kali seminggu. Konsultasikan pilihan olahraga apa saja yang tepat untuk meningkatkan laju produksi insulin yang dibutuhkan oleh tubuh si Kecil.

 

Diabetes tipe 1 memang tidak dapat dicegah. Tetapi Mums bisa mencegah si Kecil memiliki risiko diabetes tipe 2 saat ia dewasa. Caranya dengan menjaga pola makan si Kecil. Pemberian susu formula berlebihan dengan kandungan gula yang tinggi, sering dikaitkan dengan peningkatan berat badan dan meningkatkan risiko diabetes pada anak.

 

Sebaliknya, pemberian ASI dianggap dapat menurunkan risiko diabetes. Selain itu, pemberian sereal tinggi gula dalam jumlah berlebihan sejak usia batita, juga dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2 pada anak-anak.  (TA/AY)

 

Baca juga: Ini 8 Gaya Hidup Sehat untuk Mencegah Risiko Diabetes