Mempelajari bahasa baru merupakan salah satu kegiatan yang menurut saya sulit, terutama di usia saya yang berusia 25 tahun ini. Saya teringat pada masa kecil saya, yaitu ketika belajar bahasa Inggris di usia 7 tahun sampai dengan belasan tahun. Yup, saya les bahasa Inggris selama itu karena saya sangat suka!

 

Kala itu, saya sangat bersemangat untuk memasukkan segala tata bahasa dan kosakata baru ke dalam otak saya. Saya les dua kali seminggu saat saya masih kecil, dan sangat menyukai setiap menitnya! Tempat les bahasa Inggris saya dahulu cukup mendorong setiap muridnya untuk berbahasa Inggris.

 

Oleh karena itu, saya jadi cukup mahir dalam percakapan, tidak hanya bahasa Inggris secara pasif saja. Sejak kecil saya juga sering mendengarkan berbagai lagu dan menonton film dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, kemampuan bahasa tersebut tidak jalan di tempat saja.

 

Namun, sebenarnya saya juga belajar bahasa Mandarin ketika saya sudah berumur belasan tahun. Sayangnya, walaupun sudah les selama 2-3 tahun, hanya sedikit sekali bahasa yang melekat di otak saya. Tidak banyak kosakata yang tersisa, apalagi tulisan Mandarin yang tergolong sulit.

Baca juga: 6 Hobi yang Dapat Menambah Kecerdasan dan Menyehatkan!

 

 

Padahal, saya mempelajari itu ketika otak saya masih cukup ‘segar’ untuk menerima hal yang baru. Kenapa, ya? Mungkin karena bahasa Mandarin tidak saya gunakan secara aktif. Menonton film bahasa Mandarin sangat memerlukan subtitle. Kalau tidak, akan sangat membingungkan.

 

 

 

Beberapa tahun yang lalu, saya dan beberapa teman saya memutuskan untuk belajar bahasa Jerman. Hal ini disebabkan kesempatan kerja dan sekolah di Jerman sebagai dokter spesialis cukup terbuka untuk mahasiswa internasional. Biayanya pun tidak tergolong sangat mahal.

 

Namun, yang cukup memberatkan adalah bahasa Jerman yang memang cukup sulit untuk dipelajari. Dalam mempelajari bahasa baru ini, saya dan teman-teman mencoba 3 cara yang berbeda. Ketiga teknik ini memiliki kelebihan dan kekurangannya, sehingga bisa menjadi sumber informasi teman-teman yang ingin mempelajari bahasa baru.

 

1. Tempat kursus bahasa formal

Dalam konteks les bahasa Jerman, contohnya adalah Goethe Instutute yang sudah banyak diketahui oleh teman-teman yang berniat untuk melanjutkan sekolah ke negara tersebut. Lokasinya terletak di Menteng, dan menyediakan kelas-kelas yang sesuai dengan kemampuan kita.

 

Kelas-kelas tersebut sudah diatur sedemikian rupa, sehingga jadwal sudah pasti dan teman-teman akan selesai dalam kurun waktu yang pasti jika semuanya lancar. Mereka juga memiliki perpustakaan yang cukup luas dan lengkap, sehingga teman-teman bisa melatih kemampuan bahasa di sini. Selain itu, Goethe juga menyediakan berbagai informasi, seperti pertunjukkan dalam bahasa Jerman dan sebagainya. Kamu juga bisa memilih jadwal yang intensif jika ingin mempercepat proses belajar.

 

PS: Lokasi les bahasa Jerman cukup banyak dan tidak terpaku pada satu lokasi saja. Saya pernah diberitahu beberapa tempat yang mirip dengan fasilitas yang cukup baik.

 

2. Les private di rumah

Saya dan teman-teman saya pernah mencoba metode ini. Tempat kursus ini biasanya akan memberikan pilihan, berupa guru lokal atau guru asli Jerman. Lokasi akan bertempat di kediaman Kamu sendiri. Keuntungannya adalah jadwalnya cukup fleksibel, dapat diganti sesuai jadwal yang tersedia.

 

Baca juga: Yuk, Bantu Anak Menemukan Bakatnya Melalui Hobi
 

Saat itu, kami menggunakan buku yang sama dengan tempat les formal. Namun karena waktu yang fleksibel, waktu yang dicapai untuk menyelesaikan buku bisa berbeda setiap orangnya. Selain itu, kita juga bisa melatih percakapan dengan guru yang mengajar. Biasanya guru yang mengajar adalah orang Indonesia yang pernah sekolah atau kerja di Jerman.

 

3. Aplikasi bahasa Jerman

Setelah beberapa bulan menjalani les private di rumah, akhirnya kami memutuskan untuk berhenti karena tidak ada waktu untuk les. Saat itu, kami harus ke daerah untuk bekerja sebagai dokter internship. Oleh karena itu, saya melanjutkan belajar bahasa Jerman menggunakan aplikasi Duolingo.

 

Aplikasi ini cukup menarik dan memiliki level-level tertentu. Kosakata juga cukup banyak. Selain bahasa Jerman, teman-teman juga bisa belajar beberapa bahasa lain, seperti bahasa Prancis dan Spanyol. Sangat menarik, bukan?

 

Berikut adalah pengalaman saya untuk belajar bahasa baru. Semoga bermanfaat!

Baca juga: Nomophobia, Jenis Fobia Baru di Era Teknologi

 

9 Cara Belajar - GueSehat