Baru-baru ini, seorang bayi meninggal setelah diajak naik motor oleh orang tuanya menempuh jarak dari Tegal ke Surabaya. Perjalanan jauh yang memakan waktu sekitar 13 jam lebih itu dilakukan demi menonton pertandingan sepak bola. Moda transportasi motor pun dipilih dengan alasan untuk menghemat biaya. Pasalnya, jika naik mobil, biaya yang dikeluarkan bisa mencapai 2 juta dan dirasa cukup berat bagi pasangan suami istri itu.

 

Selama perjalanan, keluarga kecil tersebut sempat berhenti 3 kali untuk beristirahat. Orang tua sang Bayi mengaku buah hatinya tampak baik-baik saja, bahkan banyak orang yang berpapasan memuji kelucuannya. Namun di pagi hari, sang Bayi yang sempat disusui dan dimandikan, tiba-tiba mengalami batuk berdahak dan enggan disusui. Orang tuanya pun langsung membawanya ke rumah sakit.

 

Dilansir dari CNN, dokter di rumah sakit mengatakan bayi tidak bisa bernapas karena paru-parunya telah dipenuhi oleh cairan. Walaupun sempat mendapat pertolongan alat bantu pernapasan, sang Bayi tidak selamat dan dinyatakan meninggal.

 

Bahaya Bayi Naik Motor

Berdasarkan penjelasan dari dr. Kurniawan Satria Denta, MSc, Sp.A., melalui akun sosial media Twitter pribadinya, bayi belum aman untuk diajak bepergian naik motor. Hal tersebut dikarenakan:

 

  1. Rentan Cedera Kepala-Leher-Tulang Belakang

Bobot bayi masih belum terdistribusi dengan ideal, sehingga 30% bobot tubuhnya ada di kepala. Sementara leher bayi masih belum kuat untuk menopang kepala seutuhnya. Dengan kondisi tubuh yang masih belum optimal, maka bayi berisiko sangat tinggi untuk mengalami cedera kepala berat, perdarahan otak, cedera di beberapa bagian tubuh secara bersamaan (trauma multipel), dan lain-lain.

 

Baca juga: Jangan Selalu Dilarang, Ini 7 Manfaat Hujan-hujanan untuk Anak

 

  1. Bayi Bisa Tergencet

Karena bayi diposisikan di tengah selama di perjalanan naik motor, bayi bisa berisiko tergencet dan mengalami cedera. Pasalnya, bayi belum bisa memperbaiki posisi tubuhnya sendiri karena gerakan tubuhnya masih sangat terbatas. Sementara, bayi belum bisa memberi tahu kalau posisi tubuhnya tidak nyaman atau sakit.

 

  1. Berisiko Mengalami Hipotermia (Kedinginan Ekstrem)

Sama seperti orang dewasa, suhu tubuh bayi dapat berfluktuasi berdasarkan beberapa faktor, seperti waktu siang dan malam hari, aktivitas, dan bagaimana cara suhu tubuhnya diperiksa.

 

Namun, bayi lebih cepat kehilangan panas tubuh dibandingkan orang dewasa. Saat kedinginan, tubuh bayi akan menggunakan lebih banyak oksigen untuk menciptakan hangat bagi tubuh. Ini dapat meningkatkan stres pada tubuh bayi.

 

Baca juga: Yang Perlu Diperhatikan Ketika Terjadi Cedera Kepala dan Dada

 

Ketika suhu rektal di bawah 35°C, American Academy of Pediatrics menyebutkan bayi masuk dalam kategori kondisi hipotermia atau suhu tubuh yang rendah. Tanda-tandanya berupa bayi akan bernapas cepat atau kesulitan bernapas, kulitnya memucat, kelihatan lemas, dan kehilangan nafsu untuk menyusu.

 

Hipotermia pada bayi bisa berbahaya hingga berujung kematian. Dokter Denta menyebutkan, bayi dengan hipotermia berisiko tinggi mengalami gangguan pernapasan, metabolisme, sampai gangguan kesadaran.

 

Dokter Denta menganjurkan anak baru boleh diajak naik motor jika kakinya sudah bisa mencapai sadel motor. Jadi, sebaiknya jangan dulu mengajak si Kecil naik motor dan pilih bepergian memakai transportasi umum jika tidak memiliki mobil ya, Mums dan Dads. Pasalnya, kesehatan si Kecil harus jadi yang utama! (AS)

 

Baca juga: FDA Peringatkan Bahaya Penggunaan Pelampung Leher untuk Bayi Saat Berenang

 

Referensi

CNN: Bayi Meninggal Usai Naik Motor 13 Jam buat Nonton Bola, Ini Kata Dokter

Healthline: Identifying and Treating a Low Body Temperature in Babies