Kesehatan adalah salah satu hal paling penting dalam hidup ini. Dengan jiwa dan raga yang sehat, manusia menjadi produktif, baik secara sosial maupun ekonomi. Geng Sehat pasti sepakat jika berbicara tentang kesehatan, mencegah akan selalu lebih baik daripada mengobati. Dibandingkan harus masuk rumah sakit, lebih baik melakukan kegiatan yang dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan. Misalnya berolahraga secara teratur dan mengonsumsi makanan yang sarat gizi.

 

Dewasa ini, salah satu cara untuk menjaga kesehatan adalah dengan mengonsumsi berbagai jenis suplemen. Berbicara mengenai suplemen, sebagai apoteker saya sering berjumpa dengan pasien yang menganggap bahwa suplemen itu sama dengan obat. Padahal, suplemen dan obat itu berbeda, lho!

 

Suplemen tidak bertujuan untuk mencegah atau mengobati penyakit

Nah, ini adalah hal paling fundamental yang membedakan antara suplemen dengan obat. Obat adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk memengaruhi sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi.

 

Sementara itu, suplemen adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino, atau bahan lain, yang mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi.

 

Dari definisi tersebut, maka dapat dilihat bahwa suplemen tidaklah bertujuan untuk mencegah atau mengobati suatu penyakit! Selain itu, suplemen juga tidak berfungsi untuk menggantikan nutrisi yang didapat di dalam makanan, karena sifatnya hanyalah pelengkap.

Baca juga: Mums, Ini Pentingnya Suplemen Zat Besi bagi Balita!

 

Oleh karena itu, jika Kamu menemukan adanya suplemen yang mengklaim dapat mencegah atau mengobati suatu penyakit tertentu, Kamu wajib waspada. Jangan-jangan suplemen tersebut tidak terdaftar secara resmi di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

 

Registrasi suplemen berbeda dengan obat

Suplemen kerap hadir dalam bentuk sediaan tablet, kapsul, atau sirup, sama seperti obat. Lalu, bagaimana cara membedakan suatu tablet adalah obat ataukah suplemen? Cara paling mudah adalah dengan memperhatikan nomor registrasi Badan POM yang tertera pada kemasannya.

 

Untuk obat, nomor registrasinya terdiri dari 15 karakter. Karakter pertama adalah D untuk obat dengan nama dagang atau G untuk obat dengan nama generik. Sedangkan karakter kedua adalah K untuk obat keras, T untuk obat bebas terbatas, dan B untuk obat bebas. Dan karakter ketiga adalah L untuk obat buatan dalam negeri dan I untuk obat impor. Sebagai contoh, akan tertera nomor registrasi DKL1234567891A1.

 

Nah, untuk suplemen, nomor registrasinya adalah POM SD123456789 untuk suplemen makanan produksi dalam negeri, POM SI123456789 untuk suplemen makanan impor, dan POM SL123456789 untuk suplemen makanan dengan lisensi.

 

Suplemen dilarang mengandung bahan yang tergolong obat

Dalam peraturan tentang suplemen yang beredar di Indonesia, Badan POM menyatakan bahwa sebuah suplemen dilarang mengandung bahan yang tergolong obat, narkotika, atau psikotropika. Jadi, Kamu tidak mungkin menjumpai suplemen berisi vitamin dan mineral, sekaligus obat untuk flu.

 

Badan POM juga memberi batasan jumlah yang diperbolehkan untuk beberapa zat dalam suplemen. Misalnya, batas maksimal vitamin C dalam suplemen adalah 1.000 mg per hari. Sedangkan untuk asam folat adalah 800 mikrogram per hari.

Baca juga: Vitamin Ini Tidak Boleh Terlalu Banyak Dikonsumsi!

 

Namun, asam folat dalam suplemen untuk ibu hamil diizinkan memiliki batas maksimal 1.000 mikrogram per hari. Selain itu, ada beberapa tumbuhan, hewan, dan mineral yang dilarang berada di dalam suplemen, misalnya mineral arsen dan fluor.

 

Poin penting dalam memilih suplemen yang baik

Nah, sekarang setelah Kamu mengetahui perbedaan antara suplemen dan obat, Kamu juga harus tahu bagaimana caranya memilih suplemen yang baik. Pertama, pastikan bahwa suplemen yang Kamu pilih memiliki nomor izin edar Badan POM sesuai dengan ketentuan yang telah disebutkan. Kedua, perhatikan tanggal kedaluwarsanya. Ingat, mengonsumsi sesuatu yang kedaluwarsa berisiko membahayakan tubuh.

 

Ketiga, pilihlah suplemen sesuai dengan kebutuhanmu. Sebaiknya, Kamu membaca secara saksama kandungan suplemen yang tertera pada brosur atau label kemasan. Suplemen memang dapat diperoleh tanpa resep dokter, tetapi jika Kamu menggunakan suatu suplemen secara terus-menerus dalam jangka waktu lama, sebaiknya konsultasikan kepada dokter.

 

Setelah mantap memilih suplemen yang akan dikonsumsi, baca aturan pakai dan kondisi penyimpanan secara saksama. Mengonsumsi suplemen di luar dosis yang dianjurkan justru dapat membahayakan, lho! Kondisi penyimpanan juga wajib Kamu perhatikan. Sebagian besar suplemen memang dapat disimpan di suhu ruangan biasa, asalkan sejuk dan terlindung dari cahaya.

Baca juga: Amankah Mengonsumsi Multivitamin Setiap Hari?

 

Namun sebagian suplemen, contohnya probiotik untuk kesehatan saluran pencernaan, memerlukan penyimpanan di suhu dingin alias di kulkas. Jangan sampai salah menyimpan ya, karena dapat menyebabkan kerusakan pada suplemen makananmu.

 

Gengs, itu dia hal-hal yang harus Kamu ketahui tentang suplemen. Suplemen bukanlah obat, karena tidak memiliki kemampuan untuk mencegah atau mengobati penyakit tertentu. Suplemen juga tidak boleh mengandung bahan obat tertentu di dalam komposisinya. Suplemen sendiri ditujukan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan, tetapi tidak dapat menggantikan kandungan gizi yang ada di dalam makanan! Salam sehat!

 

Vitamin yang Membuat Awet Muda - guesehat.com