Penggunaan suplemen kesehatan semakin meningkat, terutama setelah pandemi Covid-19. Kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan membuat orang mulai rutin mengonsumsi suplemen kesehatan, mulai dari vitamin, mineral, hingga suplemen daya tahan tubuh.
Suplemen dengan bahan alami atau biasa disebut suplemen herbal, umumnya dipercaya oleh konsumen karena dianggap lebih aman karena terbuat dari bahan alami dan tidak mengandung bahan sintetis. Di berbagai pasar di Asia pasifik, gagasan bahwa suplemen alami otomatis lebih aman dan efektif juga semakin populer.
Namun, apakah pendapat ini benar dan bagaimana cara bijak menggunakan suplemen alami?
Aturan BPOM tentang Suplemen Kesehatan
Di Indonesia, peraturan terkait suplemen kesehatan diatur oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Beberapa peraturan yang relevan meliputi Peraturan BPOM No. 10 Tahun 2024 mengatur penandaan suplemen kesehatan, memastikan informasi yang akurat dan tidak menyesatkan, serta melindungi masyarakat dari penggunaan yang tidak tepat.
Ada juga peraturan BPOM No. 24 Tahun 2023 menetapkan persyaratan keamanan dan mutu yang harus dipenuhi oleh suplemen kesehatan sebelum beredar di masyarakat.
Beberapa peraturan tersebut menempatkan tanggung jawab lebih besar pada konsumen untuk membuat pilihan yang tepat.
“Mengingat semakin banyak masyarakat yang beralih ke produk suplemen alami dengan tujuan menjaga kesehatan mereka dan mencegah penyakit, maka penting untuk memahami bahwa label "alami" tidak otomatis berarti aman atau efektif,” jelas Director, Research Development and Scientific Affairs, Asia Pacific, Herbalife, Alex Teo, melalui siaran pers, Juni 2025.
Perbedaan Alami atau Sintetis
Baik alami maupun sintetis, keamanan dan efektivitas suplemen dapat bergantung pada senyawa tertentu, dosis yang dianjurkan, dan potensi interaksi dengan zat lain. Misalnya, ramuan herbal yang sering menjadi dasar suplemen alami dapat bermanfaat tetapi juga dapat berinteraksi secara tidak terduga dengan obat-obatan.
Hanya karena suatu bahan alami tidak berarti tidak berbahaya. Faktanya, banyak senyawa tanaman bisa berbahaya jika dikonsumsi secara tidak benar. Misalnya, akar licorice sering digunakan dalam pengobatan tradisional dan dikenal karena sifat menenangkannya. Namun, konsumsi berlebihan, terutama dalam bentuk suplemen terkonsentrasi, dapat menyebabkan tekanan darah tinggi dan ketidakseimbangan elektrolit. Ini menekankan pentingnya menggunakan bahan alami yang sudah dikenal dengan hati-hati dan panduan yang tepat.
Di sisi lain, suplemen sintetis diformulasikan untuk meniru senyawa alami dan menjalani pengujian ketat untuk memastikan mereka memberikan efek yang diinginkan dengan aman. Meskipun ada perdebatan yang sedang berlangsung tentang keunggulan suplemen alami versus sintetis, penelitian ilmiah yang dipublikasikan dan bukti uji laboratorium akan membantu memahami nilai sebenarnya dari suplemen.
Pemahaman Keliru Terkait Suplemen Alami
Sebelum membuat keputusan memilih suplemen kesehatan yang tepat, konsumen harus memahami dengan baik apa arti kata "alami" dan apa yang tidak. Berikut adalah lima kesalahpahaman umum tentang suplemen alami dan tips bagaimana membaca deskripsi ini dengan bijak.
1. Alami Berarti Selalu Aman
Kesalahpahaman umum adalah bahwa suplemen alami secara inheren aman karena bukan obat farmasi. Kenyataannya, racun seperti arsenik dan timbal dapat ditemukan di beberapa tanaman dan mengonsumsinya tanpa pengetahuan dosis yang tepat dapat berdampak serius pada ginjal dan hati.
2. Suplemen Alami Bisa Dikonsumsi Tanpa Batas
Beberapa orang percaya bahwa suplemen alami dapat dikonsumsi dalam jumlah tak terbatas tanpa risiko. Namun, bahkan senyawa alami dapat menyebabkan reaksi negatif jika dikonsumsi berlebihan. Misalnya, vitamin yang larut dalam lemak seperti A, D, E, dan K dapat menumpuk dalam tubuh dan menyebabkan toksisitas jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
3. Suplemen Bisa Menggantikan Obat
Penting untuk memahami bahwa suplemen bukan pengganti obat yang diresepkan, terutama untuk mengelola kondisi kronis atau masalah kesehatan tertentu. Memilih mengatasi masalah kesehatan dengan suplemen daripada menggunakan obat yang diresepkan bukanlah pendekatan yang tepat. Suplemen harus dilihat sebagai pelengkap nasihat dan perawatan kesehatan profesional, bukan sebagai pengganti.
4. Suplemen dan Obat Bisa Dikombinasikan Bebas
Kesalahpahaman lain adalah bahwa suplemen dapat dikonsumsi bebas bersamaan dengan obat resep. Beberapa suplemen, seperti ekstrak teh hijau terkonsentrasi, dapat mengganggu obat untuk kondisi jantung, sementara suplemen bawang putih mungkin berinteraksi dengan obat pengencer darah, mengurangi efektivitasnya atau menyebabkan efek samping berbahaya.
Oleh karena itu, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai rejimen suplementasi bersamaan dengan obat rutin.
5. Suplemen Bisa Menggantikan Diet Sehat
Tidak ada suplemen yang dapat menggantikan diet seimbang dan bergizi. Makanan utuh menyediakan kombinasi kompleks nutrisi, serat, dan senyawa lain yang tidak dapat direplikasi oleh suplemen. Meskipun suplemen dapat mendukung kesehatan secara keseluruhan, mereka harus digunakan sebagai pelengkap diet sehat dan seimbang secara konsisten.
Suplemen Harus Aman dan Teruji Klinis
Sebelum memilih produk suplemen, selalu lakukan peninjauan atau riest dengan kritis. Suplemen alami yang berkualitas sudah menjalani pengujian pihak ketiga yang ketat dan memiliki sertifikasi yang memastikan mereka memenuhi standar ketat untuk keamanan dan potensi.
Selain itu, jangan berlebihan menggunakan suplemen. Pastikan suplemen tersebut memang dibutuhkan dan memberikan manfaat. Suplemen yang bekerja untuk satu orang mungkin tidak bermanfaat bagi orang lain.
Berkonsultasi dengan praktisi kesehatan sangat penting untuk memastikan pilihan yang tepat, karena dokter biasanya akan menyesuaikan dengan masing-masing individu dan melihat juga rejimen pengobatan yang sedang digunakan sehingga menghindari konsekuensi negatif yang tidak diinginkan akibat interaksi bahan suplemen dengan obat yang sedang digunakan.
“Dengan berbagai pilihan suplementasi yang ada, penting untuk tidak terpengaruh oleh label "alami" pada deskripsi suplemen. Baik produk itu alami atau sintetis, kuncinya adalah fokus pada kualitas, dosis, dan bukti ilmiah. Dengan meninjau pilihan yang tersedia secara kritis sambil melakukan riset sendiri dan berkonsultasi dengan praktisi kesehatan Anda, ini membantu memastikan Anda membuat pilihan suplemen yang bertanggung jawab yang berkontribusi pada peningkatan kesehatan Anda dalam jangka panjang,” tutup dr Teo.(AY)