“Duh, sudah 2 hari ini aku batuk sama bersin-bersin melulu,” kata Irma kepada Dee, teman sekantornya. “Ah, itu pasti flu aja deh. Mending kamu langsung minum obat,” jawab Dee. “Eh, jangan salah. Itu bisa juga gejala alergi,” sahut temannya yang lain. Jadi, sebenarnya apa beda batuk dan bersin akibat alergi dan flu?

 

Batuk dan bersin memang identik dengan flu dan common cold. Namun, jangan lupa kalau alergi juga sering menjadi penyebab bersin dan batuk. Maka dari itu, sebaiknya Kamu cermati perbedaannya, supaya bisa mendapatkan pengobatan yang tepat.

 

Penyebab

Pilek dan batuk paling sering disebabkan oleh berbagai jenis virus, yang menular melalui cairan dari batuk dan bersin. Sedangkan alergi merupakan reaksi imun terhadap alergen. Seseorang akan bisa terkena alergi jika terdapat riwayat keluarga dengan alergi. Alergen dapat berupa makanan, suhu, debu, dan lain-lain.

Baca juga: Alergi Debu? Ini 5 Cara Menghilangkan Debu di Rumah!

 

Gejala

Keduanya memiliki kesamaan gejala, antara lain batuk, bersin, nyeri saat menelan, serta hidung mampet atau keluar cairan. Namun, ada beberapa gejala yang menunjukkan perbedaan antara keduanya, yaitu:

  • Pada selesma atau flu, lebih sering terjadi nyeri pada sendi, letih, dan demam. Ini dapat sembuh sendiri dalam 7-10 hari.
  • Pada alergi, keluhan rasa gatal pada mata dan kemerahan pada kulit akan muncul. Gejalanya akan hilang saat tidak kontak lagi dengan alergen.

 

Banyak juga yang sering membedakan alergi dan selesma atau flu dari warna cairan hidung. Jika berwarna hijau artinya selesma atau flu. Jika bening artinya alergi. Ternyata warna cairan hidung tidak dapat membedakan alergi dan flu. Alergi dapat menghasilkan cairan hidung berbagai warna, begitu juga dengan selesma dan flu.

 

Pengobatan Flu

Flu dapat sembuh sendiri dalam waktu 7-10 hari. Obat yang diberikan hanya untuk mengurangi gejala, yaitu antinyeri dan dekongestan.

  • Antinyeri digunakan jika gejala letih, nyeri sendi, dan demam sangat mengganggu.
  • Dekongestan adalah obat yang dapat melegakan hidung mampet, karena dapat meredakan pembengkakan pada pembuluh darah hidung. Alhasil, pernapasan pun lebih lega. Ini terdapat dalam bentuk hirup dan tablet. Jenis dekongestan yang beredar antara lain oxymetazoline, pseudoephedrine, dan phenylephrine.
Baca juga: Jaga Tubuh dari Serangan ISPA

 

Pengobatan Alergi

Hal yang paling utama adalah mencari penyebab alergi atau alergen dan menghindarinya. Pasalnya, semua keluhan yang muncul akibat produksi histamin tubuh terhadap alergen. Untuk mengurangi gejala, obat antihistamin dan dekongestan dapat digunakan.

  • Antihistamin bekerja dengan cara menghalangi histamini yang diproduksi tubuh secara berlebihan. Terdapat 2 generasi, yaitu pertama dan kedua. Pada generasi pertama, efek samping mengantuk lebih berat dibandingkan generasi kedua. Selain itu, durasi obat lebih pendek sehingga konsumsi obat per hari lebih sering. Contoh antihistamin generasi pertama adalah klorfeniramin dan prometasin. Sedangkan contoh obat antihistamin generasi kedua adalah loratadin, fexofenadin, cetirizin, desloratadin, dan levocetirizin.

 

Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan dekongestan dan antihistamin adalah:

  • Ibu hamil dan menyusui penggunaannya harus sesuai petunjuk dokter.
  • Penggunaan untuk anak harus disesuaikan dengan jenis obat dan dosisnya.
  • Hati-hati bagi penderita gangguan ginjal, gangguan hati, gangguan jantung, gangguan sirkulasi, hipertensi, diabetes, pembengkakan prostat, glaukoma, dan gangguan tiroid.
  • Penggunaan bersamaan dengan obat lain harus sesuai petunjuk dokter, karena dapat terjadi interaksi antar obat

 

Walaupun alergi dan flu memiliki gejala yang mirip, keduanya adalah kondisi yang berbeda. Jika diperhatikan dengan cermat, Kamu dapat membedakannya dan mengobati dengan tepat.

Baca juga: Benarkah Ibu Menyusui Minum Es Batu Menyebabkan si Kecil Flu?

 

Arti Warna Ingus - GueSehat.com