Jika berbicara mengenai hubungan LDR alias long distance relationship, mungkin yang langsung terbayang di benak Geng Sehat adalah kesulitan-kesulitan yang menyertainya. LDR memang secara teknis lebih sulit dijalani daripada hubungan yang secara geografis berdekatan. Sebab tentunya pasangan akan lebih sulit untuk bertemu dan berkomunikasi.

 

Kendati demikian, ternyata LDR dapat bertahan sama baiknya dengan hubungan yang secara geografis berdekatan, lho! Sebuah artikel yang dipublikasikan pada tahun 2013 di Journal of Communication menyatakan, para pasangan yang menjalani LDR memperlihatkan suatu bentuk komunikasi yang lebih adaptif, misalnya menggunakan kata-kata yang sweet dalam bertukar pesan. Pasangan LDR juga lebih positif dalam berkomunikasi serta cenderung bersikap menjauhi konflik, serta terbuka untuk mempertahankan stabilitas dan kepuasan mereka terhadap hubungan yang dijalani.

 

Saya sendiri pernah merasakan menjadi ‘pejuang’ LDR bersama mantan pacar yang saat ini menjadi suami saya. Jadi, saya dan suami boleh dikatakan sebagai produk LDR yang berhasil dan bahkan bisa melaju hingga ke jenjang pernikahan!

 

Baca juga: Tips Jatuh Cinta Lagi dengan Pasangan di Tempat Tidur!

 

LDR yang kita jalani tidak tanggung-tanggung secara geografis. Kita terpisah jarak kurang lebih 17.000 km, yang membentang antara Jakarta dan London, Inggris. Saat itu saya sedang menjalani studi lanjut di London, sementara pasangan saya bekerja di Jakarta.

 

Dan sebagai mahasiswi yang bergantung pada beasiswa, sudah tentu saya tidak dapat dengan mudah bolak-balik London-Jakarta layaknya Bandung-Jakarta yang dapat ditempuh setiap weekend. Kita sama sekali tidak dapat bertemu secara langsung selama satu tahun lebih!

 

Koneksi internet dan media sosial adalah penyelamat kita dalam menjalani waktu-waktu saat berjauhan. Saya merasa kedua hal ini adalah faktor yang penting. Kita sangat beruntung hidup di zaman video call bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja sepanjang ada koneksi internet. Tak terbayang jika satu-satunya media komunikasi yang dapat kami lakukan adalah sepucuk surat yang tiba beberapa bulan setelah dikirim atau sambungan telepon yang harganya setara dengan uang makan tiga hari.

 

Namun berdasarkan pengalaman saya, penggunaan media komunikasi bagi pasangan LDR juga cukup tricky. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan agar peran media komunikasi dapat dioptimalkan untuk mendukung keberhasilan LDR dan bukannya menjadi bumerang yang memicu konflik. Ini dia beberapa trik yang berhasil saya terapkan saat itu!

 

1. Be detailed

Bagi Kamu yang sedang menjalani LDR, cobalah untuk selalu detail dalam berkomunikasi dengan pasangan. Kalau merujuk pada aturan dalam jurnalistik, ada kaidah yang disebut 5W1H. What (apa yang sedang terjadi), when (kapan terjadinya), who (siapa atau dengan siapa yang terkait kejadian tersebut), where (di mana hal tersebut terjadi), why (mengapa hal itu bisa terjadi), dan how (bagaimana hal tersebut dapat terjadi). Dengan mengomunikasikan segala sesuatunya secara mendetail, timbul rasa kepercayaan kepada pasangan dan kepuasan bahwa pasangan ‘melibatkan’ kita secara tidak langsung dalam rutinitas harian mereka.

 

Baca juga: Mungkin Tidak Sih Berteman dengan Mantan Pacar?

 

Saya dan pasangan selalu berusaha menerapkan hal ini saat berkomunikasi. Dan hal ini harus dilakukan oleh kedua pihak, bukan hanya satu pihak saja. Saya tidak pernah harus mengejar pasangan saya untuk bercerita secara detail tentang hari-harinya, karena saya tahu at the end of the day dia akan bercerita kepada saya.

 

2. Gunakan semua media yang tersedia

Saat saya menjalani LDR pada tahun 2014-2015, saya tidak mempunyai terlalu banyak pilihan media komunikasi untuk digunakan seperti saat ini. Saat itu video call hanya bisa dilakukan via Skype. Namun, untunglah untuk bertukar pesan dan gambar sudah dapat diakomodir dengan WhatsApp, LINE, dan banyak lagi.

 

Dengan banyaknya media komunikasi yang dapat digunakan saat ini, tidak ada salahnya Kamu mencoba semuanya kemudian menentukan mana yang paling nyaman untuk Kamu dan pasangan. Contohnya, saya dan pasangan lebih suka menggunakan WhatsApp karena praktis. Sedangkan sahabat saya dan pasangannya lebih memilih LINE karena dapat mengirimkan stiker yang lucu dan ekspresif. Setiap orang tentu memiliki preferensi masing-masing, yang tentunya semakin menambah kenyamanan dalam berkomunikasi jarak jauh!

 

 

3. Fleksibel tetapi bertanggung jawab

Dulu sebelum saya berangkat ke London dan kita memulai LDR, saya dan pasangan sempat mewacanakan ‘jadwal komunikasi’. Kita sudah membuat jadwal setiap hari dan jam berapa saja untuk terhubung melalui video call. Namun, kesibukan masing-masing dan perbedaan zona waktu menjadi tantangan. Jadwal yang sudah kita sepakati pun tidak dapat 100% terlaksana. Dan tentunya hal ini rentan menjadi sumber konflik.

 

Akhirnya, kita pun sepakat untuk lebih fleksibel tetapi tetap bertanggung jawab. Jika saya harus belajar hingga larut malam di perpustakaan sekolah dan saat saya pulang sudah dini hari di Indonesia, saya tidak akan memaksanya untuk kehilangan waktu tidur hanya demi video call.

 

Kita pun menjadi lebih fleksibel dan tidak punya patokan harus berapa kali video call. Misalnya, tidak perlu harus tiga kali sehari layaknya minum obat. Namun di balik itu, kita tetap bertanggung jawab. Tidak bisa video call bukan berarti tidak bisa memberi kabar lewat cara lainnya, bukan? Berkirim pesan teks, video singkat, pesan suara, atau foto sudah cukup untuk berkomunikasi.

 

Baca juga: Tidak Bahagia dengan Pasangan? Waspada Terjebak Toxic Relationship!

 

4. Picture says more than words

Meskipun media sosial sangat membantu dalam menjalani hubungan LDR, tidak dapat dipungkiri ada saat-saat di mana saya merasa kesepian hanya pacaran dengan handphone. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa kesendirian ini adalah dengan berkomunikasi lewat media gambar (image) selain dengan kata-kata (text).

 

Sebuah studi berjudul Social media and loneliness: Why an Instagram picture may be worth more than a thousand Twitter words yang dipublikasikan di jurnal Computers in Human Behaviour tahun 2016 menyatakan, penggunaan media sosial berbasis gambar dapat mereduksi perasaan kesepian, serta meningkatkan kepuasan dan kebahagiaan dibandingkan dengan media sosial berbasis teks. Jadi, cobalah update mengenai rutinitasmu tidak hanya dengan kata-kata, melainkan juga melalui gambar. Niscaya akan membuat pasangan lebih bahagia dalam menerima kabar!

 

5. Siapkan baterai dan paket data

Last but not least adalah teknis dalam berkomunikasi zaman now. Yup, Kamu dan pasangan harus punya koneksi internet dan gadget yang mumpuni! Kedua hal ini terdengar sepele tetapi sungguh sangat berarti. Sebagai pasangan LDR, saya selalu memastikan koneksi internet terjamin betul. Demikian pula baterai untuk gadget saya. Jika akan menuju ke tempat yang sulit dijangkau, saya pasti akan memberitahu dahulu kepada pasangan agar ia tidak khawatir.

 

Gengs, itu dia hal-hal yang dapat Kamu lakukan untuk meningkatkan kualitas komunikasi dalam hubungan jarak jauh alias long distance relationship. Saat ini, kita memang dimanjakan dengan berbagai jenis media sosial dan jenis komunikasi yang memudahkan kita dalam menjalani LDR. Namun, prinsip-prinsip di atas tetap wajib diperhatikan agar jarak yang jauh tidak mengganggu hubungan Kamu dan pasangan. Dan perlu diingat pula, hal-hal tersebut harus dilakukan oleh kedua belah pihak, bukan hanya salah satu pihak saja! Selamat menjalani LDR!

 

Baca juga: Hubungan Putus Nyambung Menyebabkan Depresi!

 

Mendengarkan Pasangan - GueSehat.com

 

Referensi:

Crystal Jiang, L. and Hancock, J. (2013). Absence Makes the Communication Grow Fonder: Geographic Separation, Interpersonal Media, and Intimacy in Dating Relationships. Journal of Communication, 63(3), pp.556-577.

Pittman, M. and Reich, B. (2016). Social media and loneliness: Why an Instagram picture may be worth more than a thousand Twitter words. Computers in Human Behavior, 62, pp.155-167.