Kepatuhan berobat sangat penting bagi penderita penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi. Obat-obatan diabetes, baik obat minum maupun suntikan insulin, bertujuan mengendalikan kenaikan gula darah, dan bertujuan jangka panjang mencegah komplikasi diabetes di masa depan.

 

Biasanya penderita diabetes juga menderita penyakit kronis lain seperti tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi sehingga mengharuskannya minum banyak obat dalam sehari. Maka tidak heran, sebuah penelitian menyatakan hanya 50% pasien diabetes yang kadar gulanya terkendali. Separuh lainnya tidak tercapai, salah satunya karena tidak rutin minum obat.

 

 

Alasan ketidakpatuhan minum obat yang dikemukakan penderita diabetes, menurut penelitian tersebut, banyak sekali. Inilah beberapa di antaranya:

  • Sering lupa karena usia

  • Kurang mendapatkan informasi cara pengunaan obat

  • Malas minum obat karena terlalu banyak obat yang harus diminum dalam sehari

  • Pemahaman yang keliru bahwa minum obat akan merusak ginjal

  • Faktor psikologis

  • Tidak tahan dengan efek samping obat

  • Biaya obat yang mahal.

Baca Juga : Kapan Insulin Mulai Diberikan?

 

Penelitian lain yang dimuat dalam Annals of Pharmacotherapy, juga mendukung temuan tersebut. Kebanyakan penderita diabetes tidak mendapatkan informasi lengkap tentang pengobatan cukup dari farmasis atau dokter mereka.


Padahal, masing-masing pasien memiliki kebutuhan yang berbeda untuk pengobatan diabetes mereka. Meskipun sama-sama menderita diabetes, tentu obat yang harus diminum baik itu dosis, kapan diminum maupun jumlah obat, tidak sama.


Apalagi diabetes adalah suatu kondisi penyakit yang sangat kompleks dan memiliki banyak variasi individual. Biasanya satu pasien memerlukan beberapa obat untuk mencapai kontrol kadar gula darah yang diharapkan. Obat-obatan ini harus diminum dengan kepatuhan tinggi, misalnya waktu minum obat yang tepat, frekuensi minum obat atau berapa kali dalam sehari obat harus diminum, berapa dosisnya, dan lain-lain.

Baca juga: 7 Mitos yang Salah Kaprah Tentang Obat Diabetes
 


Penelitian pernah dilakukan oleh Morello dkk., yang mengevaluasi 1.200 orang yang sebagian besar adalah penderita diabetes, berusia di atas 18 tahun. Hampir separuhnya minum obat oral dan 86,6% penderita diabetes melaporkan minum dua atau lebih obat dalam sehari. Apa kunci kepatuhan mereka dalam berobat? Ternyata mereka memiliki metode khusus sehingga bisa patuh minum obat. Berikut metode mereka, yang dapat Kamu tiru:

 

1. Obat sebagai kebutuhan sehari-hari.

 

Sebagai seorang penderita diabetes Kamu harus meyakini bahwa minum obat adalah kebutuhan sehari-hari, seperti halnya makan, minum, dan tidur. Dengan begitu, minum obat tidak harus menjadi sebuah beban, hanya sebagai aktivitas harian.


2. Menggunakan kotak pil untuk pengingat

Jika sudah meyakini bahwa minum obat adalah kebutuhan pokok sehari-hari, Kamu bisa menempatkan obat-obatan dalam kotak pil khusus sebagai pengingat. Biasanya dalam satu kotak ada beberapa pil untuk satu kali minum, pagi atau malam. Kotak akan terbagi dari Senin sampai Minggu. Rupanya ini adalah metode yang paling sering dilaporkan dapat membantu untuk meningkatkan kepatuhan berobat.

 

3. Memahami cara kerja obat

Tiga pemahaman tentang obat berikut adalah faktor paling yang memotivasi penderita diabetes, yaitu memahami bahwa obat diabetes bekerja dengan efektif untuk menurunkan glukosa darah, memahami cara mengelola efek samping obat, dan memahami manfaat obat dalam jangka panjang.

 

4. Mengikuti konseling tentang obat

Salah satu pasien diabetes putus berobat tidak hanya soal lupa atau tidak mampu membeli obat, tetapi yang terbanyak justru tidak nyaman dengan efek samping obat diabetes seperti kenaikan berat badan atau mual. Sering berkonsultasi atau mengikuti seminar awam tentang pengobatan diabetes akan sangat membantu.

Baca juga: Penggunaan Metformin dan Akarbose sebagai Obat Diabetes
 

Saat ini berbagai pihak juga terus melakukan upaya untuk meningkatkan kepatuhan berobat pasien diabetes tipe 2. Salah satunya perusahaan farmasi yang melakukan inovasi dengan menyederhanakan pengobatan. Mereka memproduksi pil kombinasi dosis tetap dimana dua atau tiga jenis obat digabung menjadi satu pil sehingga memudahkan pasien. Atau memproduksi obat yang efek sampingnya sangat minimal, misalnya risiko hipoglikemia atau penambahan berat badan, menjadi berkurang.(AY)