Di musim hujan seperti saat ini, kasus demam berdarah kembali melonjak. Menurut siaran pers yang dikeluarkan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan, tanggal 4 Februari 2019, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) secara nasional, jumlah kasus hingga tanggal 3 Februari 2019 adalah sebanyak 16.692 kasus dengan 169 orang meninggal dunia. Kasus terbanyak ada di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, NTT, dan Kupang.



Direktur Jenderal Pecegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI dr. Anung Sugihantono, M.Kes mengatakan Jawa Timur masih menduduki jumlah kasus terbanyak di antaranya di Kediri dan ponorogo. Di Kediri banyak rumah menggunakan pagar bambu, dan di sanalah jentik-jentik ditemukan.



Dengan kondisi seperti itu, Anung menekankan bahwa cara yang paling efektif adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Selain itu ditambah perilaku hidup bersih dan sehat, memberantas jentik nyamuk di rumah dan sebisa mungkin menghindari gigitan nyamuk seperti tidur dengan memasang kelambu, menggunakan lotion pengusir nyamuk, dan menanam tanaman pengusir nyamuk.

 

Mengenali perilaku nyamuk Aedes aegypti dalam bertahan hidup dan menggigit mangsanya, penting agar Geng Sehat bisa mengantisipasi kehadiran nyamuk ini. Begini caranya!

 

Baca juga: Jumlah Penderita DBD Semakin Meningkat, Ini Antisipasi Pemerintah




Nyamuk Aedes Mudah Beradaptasi dengan Perubahan Iklim

Beberapa waktu lalu, dalam diskusi tentang penyakit yang disebabkan nyamuk, di Jakarta, DR. dr. Leonard Nainggolan SpPD-KPTI, Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi dari Perhimpunan Peneliti Penyakit Tropik dan Infeksi Indonesia menjelaskan, Indonesia adalah negara tropis yang memiliki ancaman penyakit yang ditularkan nyamuk. Beberapa penyakit yang ditularkan vektor nyamuk dan sudah terkonfirmasi (ditemukan) di Indonesia adalah demam berdarah dengue (DB), malaria, chikukunya, dan zika. 

 

Dewasa ini, jumlah penyakit yang ditularkan nyamuk semakin meningkat. Salah satu pemicunya adalah populasi nyamuk semakin banyak. Salah satu penyebabnya adalah perubahan iklim global. Suhu global yang meningkat menyebabkan nyamuk semakin suka kawin dan bertelur terus sehingga meningkatkan penyakit yang ditularkannya.

 

Nyamuk juga lebih bandel karena semakin pintar beradaptasi dengan perubahan lingkungan, sehingga nyamuk yang tadinya mudah mati dengan obat nyamuk yang mengandung organofosfat misalnya, tetapi belakangan ini mulai kebal dan tidak mati dengan zat tersebut. Nyamuk adalah hewan kecil yang paling cepat beradaptasi dengan lingkungan.

 

Mau bukti? dr. Leo mengutip data WHO tahun 2016 yang menunjukkan jumlah kasus kematian akibat gigitan nyamuk mencapai 725.000. Jumlah penyakit yang ditularkan nyamuk mencapai 17% dari seluruh penyakit menular, dengan kematian mencapai 1 juta per tahun, dan paling banyak terjadi di Afrika. Selain itu, lebih dari 2,5 miliar orang di lebih dari 100 negara berisiko tertular demam berdarah, dan 3,2 miliar orang berisiko tertular malaria (WHO, 2015).

 

Baca juga: Obat Penurun Demam Ini Tidak Disarankan Diberikan pada Penderita DBD! 

 

Perubahan Perilaku Nyamuk Aedes aegypti

Berbeda dengan nyamuk Anopheles penyebab malaria dan nyamuk Culex (nyamuk rumahan yang biasa menggigit di malam hari), nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah, sangat aktif di siang hari. 

 

Nyamuk Aedes aegypti, karena perubahan iklim, memiliki daya jelajah semakin meluas. Di wilayah yang tadinya nyamuk Aedes tidak dapat hidup, sekarang dapat hidup karena suhu menghangat. Misalnya Eropa, yang tadinya steril dari nyamuk Aedes, misalnya di Sisilia Italia mulai ditemukan kasus DB yang bukan “penyakit impor”.

 

Nyamuk Aedes betina lebih suka darah manusia, dan dia lebih menyukai aroma manusia, termasuk aroma tubuh manusia yang tertinggal di pakaian. Oleh karena itu, pakaian yang habis dipakai sebaiknya dimasukkan ke keranjang pakaian dalam kondisi tertutup.

 

Nyamuk Aedes bertelur di air tergenang. 1 cc air tergenang saja sudah bisa jadi media berkembang biaknya nyamuk ini. Namun jangan lengah, karena pada keadaan kering pun, telur nyamuk Aedes dapat bertahan sampai 6 bulan. Ketika terendam air, telur-telur kering ini dapat menetas menjadi larva. Satu-satunya kelemahan nyamuk Aedes adalah tidak dapat bertahan di iklim dingin.

 

Baca juga: Manfaat Daun Jambu Biji untuk Meningkatkan Trombosit

 

Fakta Nyamuk dan Virus-virusnya - Guesehat

 

Mengapa Berkembang Biak sangat Cepat di Musim Hujan?

Perubahan demografi dan urbanisasi meningkatkan populasi nyamuk Aedes. Di musim hujan, suhu dan kelembaban sangat kondusif untuk perkembangbiakan dan kelangsungan hidup nyamuk menjadi lebih lama. 

 

Meskipun berkembang pesat di musim hujan, bukan berarti nyamuk Aedes aegypti menghilang di musim panas. Di musim panas, ukuran telur yang dihasilkan lebih kecil sehingga nyamuk membutuhkan darah lebih banyak untuk membesarkan telur. Di musim panas ini semakin banyak gigitan sehingga meningkatkan jumlah individu yang terinfeksi dan memperpendek masa inkbasi nyamuk.

 

Hal itulah yang menjelaskan bahwa kasus dengue sangat bergantung suhu dan musim di mana kejadian DB banyak ditemukan di akhir musim hujan karena banyak air tergenang dan nyamuk tengah dalam puncak masa berkembang biak.

 

Baca juga: Demam Berdarah, Haruskah Dirawat?

 

Pencegahan dan pemberantasan nyamuk

Pencegahan nyamuk penyebab penyakit perlu dilakukan dengan pendekatan terpadu. Tidak hanya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M (menguras, menutup dan mengubur) yang sekaran dikembangkan menjadi 3M plus , ditambah memodifikasi atau mendaur ulang benda-benda yang menjadi sarang nyamuk menjadi benda lain yang lebih berguna. 

 

Pengendalian dengan bahan kimia yang menyebabkan nyamuk menjadi resisten juga perlu dikurangi. Beberapa zat kimia yang dibatasi adalah DDT dan organofosfat. Tadinya senyawa kimia efektif membasmi nyamuk, tetapi nyamuk dapat beradaptasi dengan lingkungan termasuk senyawa pembasmi nyamuk (DDT dan organofosfat ) sehingga resisten. Penggunaan obat nyamuk organofisfat dalam waktu lama menyebabkan nyeri kepala kronis dan kelelahan kronis.

 

Obat anti nyamuk kimiawi generasi sekarang, konsepnya bukan lagi membunuh nyamuk tetapi membuat pingsan nyamuk. Bahkan sampai 24 jam. Diharapkan selama dia pingsan itu, tidak mendapatkan asupan makanan sehingga akan mati. Ini lebih ramah lingkungan dan manusia.

 

Pencegahan lainnya adalah dengan perlindungan perorangan yaitu dengan penggunaan pakaian pelindung, menggunakan insektisida rumah tangga seperti koil nyamuk, aerosol, electric vaporizer mats, atau liquid vaporaizer. Bahan-bahan penolak nyamuk seperti ektrak tumbuhan juga dapat dimanfaatkan. (AY)

 

Sumber:

Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI

Paparan DR. dr. Leonard Nainggolan SpPD-KPTI, Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi