Setiap minggu terakhir bulan April diperingati sebagai Pekan Imunisasi Sedunia atau World Immunization Week. Peringatan ini diadakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit infeksius, baik yang disebabkan oleh bakteri atau virus, yang dapat bersifat mengancam jiwa.

 

Vaksinasi adalah salah satu cara mendapatkan imunitas terhadap penyakit infeksius tertentu. Hingga kini ada lebih dari 20 jenis penyakit infeksius atau menular yang sudah tersedia vaksinnya. Setiap negara memiliki daftar vaksin wajib yang dapat berbeda-beda, tergantung dari pola penyakit di negara tersebut.

 

Pernahkah Geng Sehat bertanya-tanya, bagaimana caranya sebuah vaksin yang disuntikkan atau diminumkan kepada seorang pasien kemudian dapat memberikan kekebalan bagi orang tersebut? Sebagai seorang apoteker, saya beberapa kali menerima pertanyaan tersebut dari teman atau keluarga terutama yang memiliki anak kecil dan harus rutin memberikan vaksinasi.

 

Baca: Minggu Imunisasi Sedunia 2020, Jangan Terlewat Jadwal Imunisasi!
 

Mengenal Cara Vaksin Memberikan Imunitas untuk Tubuh

Sebelum menjawab pertanyaan mengenai bagaimana suatu vaksin dapat memberikan imunitas, mari kita lihat terlebih dahulu bagaimana tubuh kita berespon ketika ada suatu bakteri atau virus memasuki tubuh kita.

 

Saat bakteri atau virus memasuki tubuh, sistem imun tubuh akan melawan. Perlawanan terutama diberikan oleh sel darah putih atau leukosit. Leukosit sendiri terdiri dari tiga komponen utama yakni makrofag, sel limfosit B, dan sel limfosit T.

 

Makrofag berperan ‘memakan’ kuman penyebab infeksi, dan akan meninggalkan sesuatu yang disebut antigen. Sel limfosit B akan memproduksi antibodi untuk melawan antigen ini. Sedangkan sel limfosit T akan ‘membersihkan’ sel-sel dalam tubuh yang sudah terinfeksi oleh kuman.

 

Saat pertama kali tubuh mengenali sebuah kuman dan antigen, tubuh butuh waktu untuk menjalankan semua mekanisme di atas. Setelah infeksi berhasil dilawan, sebagian sel limfosit T akan berperan sebagai sel memori.

 

Jika kuman yang sama kembali menyerang tubuh, antigen dari kuman akan terdeteksi, dan sel limfosit B akan segera memproduksi antibodi untuk menyerang kuman tersebut karena tubuh sudah memiliki memori mengenai kuman dan antigen tersebut.

 

Baca juga: Belum Ditemukan Vaksin, Begini Cara Sel Imun Melawan Virus Corona!

 

Vaksin Bekerja ‘Memperkenalkan’ Tubuh pada Infeksi

Pemberian vaksin akan membuat tubuh menganggap ada suatu infeksi dan kemudian tubuh memproduksi imunitas seperti yang telah dijabarkan di poin sebelumnya. Namun infeksi yang terjadi dari pemberian vaksin tidak akan menyebabkan penyakit, tapi tetap mengaktifkan sistem imun dan memproduksi antibodi. Gejala infeksi yang sifatnya minor seperti demam bisa terjadi setelah pemberian vaksinasi

 

Tipe-tipe vaksin

Pertanyaan berikutnya yang sering ditanyakan adalah, bagaimana caranya vaksin tidak menimbulkan penyakit, namun tetap dapat menginduksi tubuh dalam memproduksi imunitas? Untuk menjawabnya, kita perlu mengetahui tentang tipe-tipe vaksin berdasarkan kandungannya dan mekanismenya dalam memberikan imunitas bagi tubuh.

 

1. Vaksin hidup yang dilemahkan

Vaksin jenis pertama adalah vaksin hidup yang dilemahkan (live attenuated vaccine). Sesuai namanya, vaksin jenis ini mengandung bakteri atau virus yang sudah dilemahkan sehingga tidak akan menyebabkan penyakit pada anak atau orang dengan sistem imun normal.

 

Contohnya adalah vaksin measles, mumps, rubella (MMR) dan vaksin varicella. Namun vaksin ini tidak dapat diberikan pada pasien dengan sistem imun melemah seperti pada pasien yang sedang menjalani kemoterapi.

 

Baca juga: 4 Vaksin Penting yang Sedang Dikembangkan di Dunia

 

2. Vaksin inakif

Vaksin jenis kedua adalah vaksin inaktif, di mana bakteri atau virus sudah dibuat menjadi tidak aktif sehingga tidak menyebabkan penyakit. Contoh vaksin jenis ini adalah vaksin polio. Vaksin jenis ini biasanya harus diberikan lebih dari sekali untuk mencapai imunitas yang diinginkan.

 

3. Vaksin toksoid

Berikutnya adalah vaksin toksoid. Beberapa jenis bakteri memiliki kemampuan menghasilkan toksin alias racun. Pada vaksin toksoid, toksin yang dihasilkan akan dilemahkan sehingga tubuh tidak mengalami penyakit namun tetap dapat mengenal toksin dan memproduksi antibodi. Contoh vaksin jenis ini adalah vaksin difteri dan tetanus.

 

4. Vaksin subunit

Tipe keempat adalah vaksin subunit, di mana sesuai namanya vaksin ini berisi hanya bagian dari bakteri atau virus yang berperan dalam menghasilkan antibodi saja. Jadi, bukan seluruh bagian bakteri dan virus yang dimasukkan ke dalam tubuh. Vaksin pertusis atau batuk rejan adalah contohnya.

 

Baca juga: Orang Tua Harus Tahu Pentingnya Imunisasi bagi Si Kecil

 

5. Vaksin konjugat

Tipe terakhir adalah vaksin konjugat. Vaksin jenis ini dikembangkan dengan menggandeng atau menkonjugasi bagian bakteri dengan suatu antigen sehingga lebih mudah dikenali oleh tubuh. Contohnya adalah vaksin Haemophilus influenzae tipe B atau Hib. Jika tidak dikonjugasi, sistem imun tubuh terutama pada anak akan kesulitan mengenali bakteri dan dengan demikian kesulitan juga dalam memproduksi imunitas.

 

Itulah sedikit cerita mengenai bagaimana suatu vaksin dapat memberikan imunitas bagi tubuh terhadap penyakit-penyakit infeksius yang dapat mengancam jiwa. Vaksin bekerja memperkenalkan tubuh pada bakteri atau virus penyebab penyakit, namun tanpa menyebabkan tubuh mengalami penyakit itu.

 

Tubuh akan memproduksi antibodi yang sudah siap bekerja melawan infeksi jika di kemudian hari tubuh terinfeksi oleh virus atau bakteri yang sama, sehingga tingkat keparahan penyakit dapat ditekan. Vaksin dikembangkan dengan berbagai metode agar tubuh tidak sampai terkena penyakit namun tetap dapat memproduksi imunitas terhadap suatu bakteri atau virus.

 

Vaksin tentu bukannya hadir tanpa efek samping, namun keuntungan dari pemberian vaksin jauh lebih besar daripada risiko efek sampingnya. Jadi, di Pekan Imunisasi Sedunia ini yuk kita semakin menyadari pentingnya vaksin bagi kesehatan. Salam sehat!

 

Baca juga: Kenapa Orang Dewasa Perlu Imunisasi? Salah Satunya karena Aktif Secara Seksual

 

 

Referensi

Centers for Disease Control and Prevention. 2020. Understanding How Vaccines Work | CDC