Polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang hidup di tenggorokan dan saluran usus. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang umum ditemukan di negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Karena hal inilah, imunisasi IPV (Inactivated Poliovirus Vaccine) atau imunisasi polio menjadi salah satu imunisasi dasar yang harus diberikan pada anak.

 

Mengenal Polio 

Polio atau dikenal juga dengan poliomielitis adalah penyakit yang sangat menular dan disebabkan oleh virus polio. Virus ini dapat menyerang otak dan sumsum tulang belakang, sehingga menyebabkan kelumpuhan hingga kematian. Anak-anak di bawah usia 5 tahun merupakan kelompok yang paling rentan tertular penyakit ini.

 

Kebanyakan orang yang terinfeksi virus polio tidak bisa langsung mendeteksi gejalanya. Sekitar 1 dari 4 orang dengan infeksi virus polio akan memiliki gejala seperti flu biasa yang dibarengi dengan beberapa gejala lain berikut ini:

- Sakit tenggorokan.

- Demam.

- Kelelahan.

- Mual.

- Sakit kepala.

- Sakit perut.

 

Umumnya, gejala ini akan bertahan 2-5 hari dan kemudian hilang dengan sendirinya. Akan tetapi, beberapa penderita polio mungkin bisa mengalami gejala lebih serius, yang memengaruhi otak dan sumsum tulang belakang. Beberapa gejala yang perlu diperhatikan antara lain:

- Paresthesia (perasaan seperti ditusuk-tusuk pada bagian kaki).

- Meningitis (infeksi pada bagian selubung sumsum tulang belakang dan/atau otak) yang terjadi pada sekitar 1 dari 25 orang dengan infeksi polio.

- Paralisis (kelumpuhan) atau kelemahan pada bagian lengan, kaki, atau keduanya. Kondisi ini terjadi pada sekitar 1 dari 200 orang yang terinfeksi polio.

 

Paralisis merupakan gejala terparah akibat polio. Kondisi ini dapat menyebabkan cacat permanen dan kematian. Antara 2-10 dari 100 orang yang mengalami kelumpuhan akibat infeksi virus polio meninggal karena virus bisa memengaruhi otot-otot pernapasan.

 

Pada beberapa kasus polio, anak-anak yang tampak sudah pulih sepenuhnya juga dapat mengalami nyeri otot, lemah, atau kelumpuhan saat mereka telah dewasa atau 15-40 tahun kemudian. Kondisi seperti ini disebut sindrom post-polio.

 

Baca juga: Cegah Risiko Penyakit Polio pada Anak dengan Vaksin IPV

 

Seberapa Efektifkah Imunisasi IPV untuk Mencegah Polio?

Pemberian imunisasi IPV dapat melindungi anak-anak dengan cara mempersiapkan tubuh mereka untuk melawan virus polio. Hampir semua anak (99 dari 100 anak) yang telah mendapatkan semua dosis imunisasi polio yang direkomendasikan akan terlindung dari risiko penyakit ini. Ada 2 jenis imunisasi yang dapat melindungi anak dari polio, yakni imunisasi virus polio yang tidak aktif (IPV) dan imunisasi virus polio oral (OPV). 

 

Siapa Saja yang Perlu Mendapat Imunisasi IPV?

Imunisasi polio merupakan salah satu imunisasi dasar yang sebaiknya sudah harus diberikan sejak bayi baru lahir. Imunisasi polio biasanya akan dibagi ke dalam 4 kali dosis pemberian, yaitu OPV saat bayi baru lahir, kemudian dilanjut pada bulan ke 2, 3, dan 4 dengan IPV atau OPV.

 

Perlu diingat bahwa setiap anak setidaknya harus mendapat 1 dosis IPV. Setelah semua rangkaian imunisasi ini diberikan, pada usia 18 bulan dapat diberikan pula dosis penguat (booster) imunisasi IPV.

 

Pada kondisi tertentu, misalnya jika anak harus bepergian ke negara yang berisiko tinggi polio, maka imunisasi harus segera diberikan secara lengkap sebelum perjalanan. Tak hanya untuk anak-anak, imunisasi polio juga dapat diberikan untuk orang dewasa, terlebih jika mereka belum pernah mendapat imunisasi polio semasa kecil.

 

Selain itu, ada 3 kelompok orang dewasa yang berisiko tinggi terkena polio, sehingga harus mempertimbangkan untuk mendapatkan imunisasi polio kembali. Ketiga kelompok tersebut antara lain:

  • Orang dewasa yang akan bepergian ke negara dengan risiko tinggi penyakit polio.
  • Orang dewasa yang bekerja di laboratorium dan menangani spesimen yang mungkin mengandung virus polio.
  • Orang dewasa yang bekerja sebagai petugas kesehatan dan merawat pasien yang mungkin menderita polio.

 

Orang dewasa yang termasuk ke dalam 3 kelompok berisiko ini setidaknya harus mendapat imunisasi polio dengan 3 dosis IPV sebagai berikut:

  • Dosis pertama bisa diberikan kapan saja.
  • Dosis kedua, 1 hingga 2 bulan kemudian.
  • Dosis ketiga, 6 hingga 12 bulan setelah dosis kedua.

 

Meski sudah pernah mendapat imunisasi polio 1 atau 2 dosis sebelumnya, orang dewasa dalam 3 kelompok di atas tetap harus mendapatkan dosis selanjutnya, tidak peduli berapa lama sejak dosis awal diberikan.

 

Orang dewasa yang berisiko tinggi terinfeksi virus polio dan sebelumnya telah menyelesaikan serangkaian vaksin polio rutin (IPV ataupun OPV) dapat menerima 1 dosis penguat (booster) IPV seumur hidup. 

 

Baca juga: Mums, Pastikan Anak Mendapat Imunisasi OPV di Waktu yang Tepat!

 

Kondisi Apa Saja yang Tidak Diperbolehkan untuk Menerima Imunisasi IPV?

Imunisasi IPV memang sangat dibutuhkan untuk mencegah penyakit polio. Akan tetapi, ada beberapa kondisi yang sebaiknya diperhatikan karena tidak boleh menerima imunisasi IPV. Beberapa kondisi tersebut antara lain:

  1. Pernah mengalami alergi parah akibat imunisasi IPV sebelumnya.
  2. Memiliki reaksi alergi parah terhadap antibiotik streptomisin, polimiksin B, atau neomisin.
  3. Sedang sakit parah atau sedang.

 

Meski belum ada laporan yang menyatakan ada efek samping pemberian imunisasi IPV pada ibu hamil, sebaiknya ibu hamil tidak menerima imunisasi ini dulu. Namun jika ibu hamil termasuk dalam salah satu dari 3 kelompok orang dewasa yang berisiko tertular polio, sebaiknya bicarakan terlebih dulu kepada dokter untuk penerimaan imunisasi IPV. Apabila anak atau orang dewasa hanya mengalami sakit ringan, seperti batuk dan pilek tanpa demam, tidak masalah untuk tetap menerima imunisasi IPV.

 

Apakah Ada Efek Samping dari Imunisasi IPV?

Sama halnya dengan jenis imunisasi atau obat lain, imunisasi IPV juga memiliki efek samping. Efek samping yang timbul bisa bersifat ringan dan hilang dengan sendirinya, tetapi ada pula reaksi yang lebih serius.

 

Umumnya, orang yang menerima imunisasi IPV akan mengalami demam ringan dan merasakan nyeri serta kemerahan pada area yang mendapat suntikan. Efek ini biasanya akan hilang dengan sendirinya.

 

Namun pada kasus tertentu, beberapa orang ada pula yang mengalami efek samping lebih serius, seperti:

  • Pusing, gangguan pendengaran, hingga pingsan.
  • Nyeri bahu yang parah dan bertahan lama.
  • Reaksi alergi yang parah.

 

Apabila setelah imunisasi IPV timbul beberapa efek samping serius seperti yang telah disebutkan, segeralah menghubungi dokter atau tenaga medis untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

 

Imunisasi IPV merupakan salah satu imunisasi dasar yang harus diberikan sejak bayi lahir. Maka dari itu, sangat penting bagi setiap orang tua untuk memperhatikan jadwal imunisasi agar tidak terlewat. Imunisasi IPV merupakan investasi di masa mendatang untuk menghindarkan mereka dari penyakit polio.

 

Nah, agar Mums tidak lupa atau sampai terlewat dengan imunisasi IPV si Kecil, pastikan untuk memasukkan jadwalnya ke dalam Fitur Agenda di Aplikasi Teman Bumil, ya! (AS)

 

Baca juga: Indonesia Bebas Polio, Bolehkah Kita Merasa Tenang?

 

 

Sumber

WebMD. “Polio Vaccine (IPV): When to Get Vaccinated”.

Kids Health. “Your Child's Immunizations: Polio Vaccine (IPV)”.

Centers for Disease Control and Prevention. “Polio Vaccination: What Everyone Should Know”.

Centers for Disease Control and Prevention. “What Is Polio?”. 

Centers for Disease Control and Prevention. “Polio Vaccine Effectiveness and Duration of Protection”.

Healthline. “Polio”.