Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan bahwa setiap tanggal 24 Oktober diperingati sebagai Hari Polio Sedunia. Bukan tanpa alasan WHO menetapkan hari besar ini. Melalui Hari Polio Sedunia, WHO ingin mengingatkan masyarakat, terutama para orang tua, betapa pentingnya mengimunisasi anak agar terhindar dari penyakit polio.

 

Meski Indonesia telah dinyatakan bebas polio sejak tahun 2014, namun WHO masih meminta kita untuk melakukan upaya vaksinasi, mengingat adanya importasi virus liar. Nah, untuk lebih jelasnya, berikut penjelasan lebih lanjut mengenai polio.


Pengertian Polio

Polio, atau dalam dunia medis disebut dengan poliomyelitis, merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh virus yang termasuk dalam familia Picornaviridae bernama poliovirus (PV). Polio sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf, khususnya pada balita yang belum memperoleh vaksinasi polio. Pada kasus polio yang parah, penderita bisa mengalami kesulitan bernapas, kelumpuhan, bahkan kematian.

Baca juga: Yuk, Jaga Kesehatan Tulang dari Sekarang!


Penyebab Polio

Seperti telah disebutkan sebelumnya, polio disebabkan oleh virus yang bernama poliovirus (PV). Virus ini umumnya masuk melalui makanan atau minuman yang telah terkontaminasi dengan feses yang mengandung virus tersebut. Selain melalui kotoran, virus polio juga dapat menyebar melalui tetesan cairan yang keluar saat penderitanya batuk atau bersin. Dalam tubuh manusia, virus polio akan menjangkiti tenggorokan dan usus. Namun dalam beberapa kasus, infeksi virus polio dapat menyebar ke aliran darah, kemudian menyerang sistem saraf.

 

Anak-anak, wanita hamil, dan orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah sangat rentan terkena virus polio. Risiko terserang virus juga semakin tinggi apabila mereka belum mengikuti program imunisasi polio dan tidak memiliki sistem sanitasi lingkungan yang bersih.

 

Risiko terjangkit polio juga akan semakin tinggi jika seseorang melakukan atau mengalami hal-hal seperti di bawah ini:

  • Tinggal serumah dengan penderita polio.

  • Sistem kekebalan tubuh yang turun.

  • Bepergian ke daerah endemik virus polio.

  • Telah melakukan operasi pengangkatan amandel.


Gejala Penyakit Polio

Dari sekian banyaknya kasus polio, rata-rata penderita polio tidak menyadari bahwa diri mereka telah terinfeksi virus polio. Ini disebabkan karena virus polio pada awalanya hanya menimbulkan sedikit gejala, bahkan tidak sama sekali. Penderita polio sendiri dibagi menjadi 3 kelompok dengan gejala yang berbeda, yaitu polio non-paralisis, polio paralisis, dan sindrom pasca-polio.

 

Polio non-paralisis

Polio tipe ini adalah polio yang tidak menyebabkan kelumpuhan. Gejalanya masih tergolong ringan. Berikut gejala polio non-paralisis yang umumnya terjadi antara 1-10 hari.

  • Muntah.

  • Lemah otot.

  • Demam.

  • Sakit tenggorokan.

  • Sakit kepala.

  • Mudah merasa letih.

  • Meningitis.

  • Terasa kaku dan sakit pada bagian kaki, tangan, leher, dan punggung.

 

Polio paralisis

Berbeda dengan tipe polio sebelumnya, polio tipe ini justru merupakan tipe polio paling parah, karena dapat menyebabkan kelumpuhan. Polio paralisis dapat dibagi lagi berdasarkan bagian tubuh yang terjangkit, seperti batang otak, saraf tulang belakang, atau malah keduanya.

 

Pada awalnya, penderita polio paralisis akan mengalami gejala yang mirip dengan polio non-paralisis, seperti sakit kepala dan demam. Selanjutnya, gejala polio paralisis biasanya akan terjadi dalam jangka waktu sekitar sepekan, di antaranya adalah sakit atau lemah otot yang serius, kaki dan lengan terasa lemah, serta kehilangan refleks tubuh.

 

Beberapa penderita polio tipe bisa mengalami kelumpuhan dengan sangat cepat, bahkan hanya dalam hitungan jam saja setelah terinfeksi. Dan kadang-kadang, kelumpuhan hanya terjadi pada salah satu sisi tubuh saja. Saluran pernapasan mungkin juga bisa terhambat atau tidak berfungsi, sehingga membutuhkan penanganan medis darurat.

 

Sindrom pasca-polio

Sindrom pasca-polio umumnya menimpa orang-orang berusia 30-40 tahun, yang sebelumnya pernah menderita penyakit polio. Gejala yang muncul pada penderita sindrom pasca-polio antara lain:

  • Kesulitan bernapas atau menelan.

  • Sulit berkonsentrasi atau mengingat.

  • Persendian atau otot semakin terasa melemah dan sakit.

  • Kelainan bentuk kaki atau pergelangan.

  • Depresi dan mood swing (mudah berubah suasana hati).

  • Gangguan tidur yang disertai kesulitan bernapas.

  • Mudah lelah.

  • Menurunnya massa otot tubuh (atrophia).

  • Tidak kuat menahan suhu dingin.

Baca juga: Bahaya Tidak Melakukan Vaksinasi

 

Pencegahan Polio

Meski telah dinyatakan sebagai negara bebas polio oleh WHO, namun bukan tidak mungkin virus ini masih bisa muncul kembali di Indonesia. Hal ini bisa terjadi apabila orang yang terjangkit polio dari negara lain menetap di Indonesia, kemudian menularkan virus ini kepada orang-orang lain.

 

Oleh karena itu, lakukan pencegahan dengan melakukan vaksinasi. Hal ini bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit polio seumur hidup, terutama bagi anak-anak. Berikan anak-anak 4 dosis vaksin polio tidak aktif, yaitu saat mereka berusia 2 bulan, 4 bulan, 6-12 bulan, dan yang terakhir saat usia 4-6 tahun.

 

Vaksin polio dengan virus tidak aktif memiliki kemungkinan hampir 100 persen efektif mencegah infeksi polio setelah 3 kali penyuntikan. Vaksin ini juga telah terbukti aman bagi orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah. Meski begitu, ada beberapa efek samping yang umumnya terjadi setelah pemberian vaksinasi, seperti rasa sakit dan kemerahan pada titik penyuntikan.

 

Sebagian orang juga bisa mengalami alergi, yang biasanya muncul setelah beberapa menit hingga beberapa jam. Reaksi alergi yang muncul antara lain pusing, lemas, tenggorokan bengkak, pucat, serak, biduran, dan jantung berdetak lebih kencang dari biasanya. Jika gejala alergi ini muncul setelah menerima suntikan, ada baiknya segera menghubungi dokter untuk mendapat penanganan lebih lanjut.

 

Sedangkan bagi orang dewasa yang belum pernah menerima vaksinasi polio, vaksinasi bisa dilakukan sebanyak 2 dosis pertama dengan jarak waktu 4-8 bulan, dan dosis ketiga 6-12 bulan setelah diberikannya dosis kedua. Selain itu, vaksinasi pada orang dewasa juga perlu dilakukan jika akan bepergian ke negara kasus polio aktif atau hendak berinteraksi dengan penderita polio.

Baca juga: Cegah Risiko Penyakit Polio pada Anak dengan Vaksin IPV

 

Pengobatan Polio

Untuk mengetahui seseorang terkena polio atau tidak, biasanya akan dilakukan pemeriksaan sampel cairan serebrospinal (cairan dalam otak dan tulang belakang), feses, atau lendir. Sayangnya, hingga saat ini belum ditemukan langkah pengobatan yang dapat menyembuhkan seseorang yang telah terjangkit virus polio.

 

Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai perawatan pendukung untuk mencegah terjadinya komplikasi dan membuat penderita merasa lebih nyaman. Perawatan yang dimaksud ialah terapi fisik untuk mencegah hilangnya fungsi otot, memberikan obat pereda nyeri, menerapkan pola makan yang bernutrisi, istirahat yang cukup, serta memberikan alat bantu pernapasan jika diperlukan.

 

Terhitung sudah 3 tahun lebih Indonesia dinyatakan sebagai negara bebas dari polio. Meski begitu, bukan berarti kita bisa menyepelekan penyakit yang satu ini. Lakukan langkah pencegahan sedini mungkin dengan memberikan vaksinasi agar terhindar dari polio. (BAG/AS)