Mums pasti akrab dengan istilah ASI eksklusif. Gerakan yang dicanangkan oleh World Health Organisation (WHO) ini, menyarankan pemberian ASI alias air susu ibu tanpa tambahan susu formula maupun makanan lain selama 6 bulan pertama kehidupan anak. Pemberian ASI eksklusif akan memberikan nutrisi optimal yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, demikian yang diutarakan oleh WHO.

 

Namun tahukah Mums, manfaat pemberian ASI tidak hanya didapatkan oleh buah hati kita saja, lho! Mums juga mendapatkan manfaat yang berlimpah dari menyusui, di antaranya penurunan bobot badan yang lebih cepat pasca-melahirkan dan menurunkan risiko menderita kanker, terutama kanker payudara dan kanker endometrium!

 

Menyusui dan Kanker Payudara

Kanker payudara adalah salah satu jenis kanker yang paling banyak diderita oleh wanita, baik di Indonesia maupun di dunia. Dan kabar gembiranya nih, sudah banyak sekali penelitian yang dilakukan untuk membuktikan korelasi antara menyusui dengan risiko terkena kanker payudara.

 

Salah satu penelitian berskala besar dipublikasikan dalam jurnal ilmiah bergengsi, The Lancet, pada tahun 2002. Penelitian ini melihat data dari 47 studi epidemiologis di 30 negara, melibatkan 50 ribu wanita dengan riwayat kanker payudara dan 90 ribu wanita tanpa riwayat kanker payudara.

Baca juga: Benarkah Operasi Caesar Bisa Pengaruhi Produksi ASI?

 

Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa wanita yang pernah menyusui memiliki risiko yang lebih rendah untuk terkena kanker payudara, dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menyusui. Lebih jauh disebutkan, efek penurunan risiko bahkan lebih baik lagi jika proses menyusui dilakukan dalam periode lebih dari 1 tahun.

 

Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Ada beberapa hipotesis atau dugaan yang diajukan oleh para ahli. Yang pertama adalah karena proses menyusui membuat sel-sel payudara mengalami diferensiasi atau pendewasaan. Proses ini diperlukan oleh sel payudara agar dapat menghasilkan air susu. Sel payudara yang lebih mature memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk bermutasi menjadi sel kanker.

 

Alasan berikutnya adalah karena wanita menyusui memiliki siklus menstruasi yang lebih sedikit dibandingkan wanita yang tidak menyusui. Hal tersebut terjadi karena selama menyusui (dan juga selama masa kehamilan), hormon estrogen yang menyebabkan pematangan sel telur akan ditekan.

 

Sel kanker payudara akan berkembang cepat dengan adanya paparan terhadap hormon estrogen. Oleh sebab itu, wanita yang menyusui akan memiliki risiko lebih kecil mengalami kanker, karena paparan terhadap hormon juga lebih sedikit.

Baca juga: Jenis-jenis Pengobatan Kanker Payudara

 

Gaya hidup sehat yang dianut para ibu menyusui juga diduga berperan dalam menurunkan risiko terjadinya kanker payudara. Mums pasti mengamini selama masa kehamilan dan menyusui akan memilih makanan yang sehat serta menghindari rokok dan alkohol. Hal ini juga dapat menurunkan risiko Mums terkena kanker payudara.

 

Lebih jauh lagi, sebuah studi meta analisis yang dimuat di Journal of Human Lactation pada tahun 2017 memaparkan bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif akan memiliki risiko yang lebih rendah untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan yang tidak memberikan ASI secara eksklusif.

 

Menyusui dan Kanker Endometrium

Selain menurunkan risiko terkena kanker payudara, menyusui juga dapat menurunkan risiko Mums menderita kanker endometrium, lho! Hal ini diungkapkan dalam penelitian terbaru yang dipublikasikan oleh tim Endometrial Cancer Consortium di jurnal Obstetrics and Gynecology pada bulan Juni 2017.

 

Studi ini melibatkan 8.981 wanita dengan riwayat kanker endometrium dan 17.241 wanita tanpa riwayat kanker endometrium. Hasilnya, wanita yang memiliki anak dan menyusui memiliki risiko lebih rendah untuk menderita kanker endometrium. Sebelas persen lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang memiliki anak namun tidak menyusui.

 

Hal ini juga diduga karena paparan estrogen yang lebih rendah pada ibu menyusui. Pasalnya, estrogen sendiri berperan dalam perkembangan sel kanker endometrium. Penelitian ini mengungkapkan, semakin lama masa menyusui, penurunan risiko kankernya juga semakin baik. Meski begitu, tidak didapatkan perbedaan yang signifikan untuk masa menyusui di atas 6 hingga 9 bulan.

 

Selain penelitian mengenai hubungan antara menyusui dengan kanker payudara dan kanker endometrium, para ilmuwan juga masih terus menyelidiki hubungan menyusui dengan jenis kanker lainnya yang banyak dialami oleh kaum wanita, misalnya kanker ovarium.

 

Ternyata menyusui itu juga bermanfaat baik bagi ibu ya, Mums. Memang tidak semua ibu dapat menyusui, misalnya pada ibu dengan infeksi HIV, ibu yang sedang menjalani kemoterapi, ataupun menggunakan obat yang terdistribusi ke ASI dan berefek buruk untuk bayi yang disusui.

 

Meski yang tidak menyusui tidak serta-merta terkena kanker, jika Mums tidak memiliki kontraindikasi untuk menyusui, bukti-bukti ilmiah di atas semoga dapat mendorong Mums untuk terus semangat menyusui. Yuk Mums, semangat mengASIhi!

Baca juga: 5 Tips Sukses Pumping ASI di Kantor