Media sosial saat ini menjadi sarana berinteraksi yang digandrungi semua golongan usia. Wanita muda dan remaja adalah salah satu kelompok usia yang sangat aktif menggunakan media sosial. Mungkin hanya saat tidur dan bekerja saja mereka sedikit beristirahat dari telepon genggamnya, Tapi apakah menggunakan media sosial berlebihan itu tidak membawa masalah?

 

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa remaja wanita yang banyak menghabiskan waktu di sosial media seperti Instagram dan Facebook ternyata tidak lebih bahagia dibandingkan sesamanya yang tidak atau lebih sedikit menggunakan media sosial. Salah satu penelitian dilakukan oleh Cara Booker dari University of Essex di Inggris. Anak-anak perempuan yang sudah aktif di media sosial di usia 10 tahun ternyata cenderung memiliki kesulitan dalam berinteraksi langsung secara emosional  pada saat menginjak usia remaja. 

 

Uniknya, penelitian tersebut tidak berlaku untuk pria. Dalam penelitiannya, Booker dan rekan-rekannya mengamati 9.900 remaja wanita dan pria dalam aktivitas media sosialnya, selama beberapa tahun. Mereka diharuskan mengisi kuisioner tentang seberapa aktif mereka di media sosial. Kemudian dilakukan penilaian untuk mengukur tingkat kebahagiaan mereka dan penilaian untuk masalah emosional atau perilaku.

Baca juga: Tips Nyaman Menggunakan Sosial Media

 

Pada usia 13 tahun, setengah dari remaja putri yang berpartisi dalam studi ini berinteraksi melalui media sosial lebih dari satu jam sehari.  Dan mereka yang sudah menjadi pengguna aktif media sosial, akan tetap aktif di media sosial sampai dewasa.  Pada usia 15 tahun, jumlahnya meningkat yaitu 59% remaja putri dan 46% remaja pria berinteraksi di media sosial minimal satu jam dalam sehari.

 

Para peneliti melakukan analisa bahwa pengguna media sosial kelas berat yang mengarah ke kecanduan medsos bisa berdampak pada kesehatan emosional mereka saat dewasa. Angka kebahagiaan remaja putri menurun saat dilakukan analisa pada usia 10 hingga 15 tahun. Pada saat yang sama, masalah emosional juga ikut meningkat. Namun, masalah emosional tidak menjadi masalah utama dari penggunaan media sosial berat. Semakin bertambah usia, di atas 15 tahun, remaja putri akan semakin mengalami penurunan kebahagiaan karena media sosial.

Baca juga: Jangan Panas di Media Sosial Hanya Karena Kasus Ahok!

 

Mengapa hal itu bisa terjadi. Diduga para remaja ini belum sepenuhnya siap secara mental dengan konten-konten yang ada dalam media sosial, dan belum mengetahui cara berinteraksi di media sosial. Contoh yang sederhana, ketika mereka menggugah foto mereka dan tidak mendapatkan ‘like’ atau ‘comment’’ dari teman-temannya, mereka merasa berada dalam tekanan dan merasa mengalami kesulitan. Para remaja juga cenderung membandingkan dirinya dengan apa yang ia lihat di media sosial. 

 

Psikolog Dr. Pamela Rutledge, selaku Direktur dari Media Psychology Research Center di Newport Beach di California mengatakan bahwa dinamika kehidupan remaja saat ini memang sangat tinggi. Kondisi lingkungan dan peran keluarga, ikut memengaruhi perjalanan mereka dalam berkembang. Media sosial hanyalah salah satu faktor yang berpotensi menambah tekanan pada kehidupan remaja, yang dapat membuat mereka tidak merasa bahagia. Bergantung pada media sosial memicu stres dan remaja makin terjerumus dalam perilaku tidak jujur, misalnya rela memalsukan identitas di media sosial demi tujuan tertentu.

Baca juga: Yuk, Intip Kepribadian Seseorang dari Media Sosial Favoritnya!

 

Maka menjadi tugas orang tua untuk mengawasi penggunaan media sosial pada anak-anak. Dr. Rutledge menambahkan bahwa orang tua harus mencoba membatasi waktu anak-anak berinteraksi dan menggunakan media sosial. Orangtua juga harus meluangkan waktu untuk berbicara dengan anak-anak mereka tentang konten media sosial yang dapat disalahgunakan. Jadilah contoh bagi anak-anak dengan menunjukkan bagaimana mengunggah, bereaksi, dan berinteraksi dengan cara yang positif di media sosial. (AD/AS)