Diabetes adalah penyakit kronis yang bisa menyebabkan sejumlah komplikasi berbahaya jika tidak terkontrol. Salah satu kondisi yang paling sering dialami penderita diabetes adalah luka pada kaki. Dalam pemikiran banyak orang, jika sudah luka, biasanya penderita diabetes harus diamputasi.

 

Padahal, semakin majunya teknologi dalam dunia medis memungkinkan tindakan minimal invasif, salah satunya terapi endovaskular. Hal ini dijelaskan oleh dr. Yudistira Panji Sentosa, ApPD-KKV., dari Rumah Sakit Awal Bros, Tangerang, langsung kepada GueSehat. Yuk, simak penjelasan lengkap dari dr. Yudistira tentang terapi endovaskular dan hubungannya dengan diabetes!

 

Baca juga: Siapa Saja yang Berisiko Terkena Diabetes?

 

Sekilas Tentang Arteri Periferal, Penyebab Luka Diabetes

Penderita diabetes memiliki risiko tinggi terkena aterosklerosis, jenis penyakit arteri perifer yang paling umum. Orang yang terkena penyakit arteri perifer otomatis akan memiliki risiko serangan jantung atau stroke. "Penyakit ini bisa disebabkan oleh banyak hal, misalnya merokok atau kolesterol. Namun, yang paling sering adalah diabetes," jelas dr. Yudistira. Penyakit ini menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah.

 

Jadi, penyakit arteri perifer menyerupai penyakit arteri koroner (penyumbatan pada arteri yang menyuplai darah ke otot jantung) dan arteri karotid (penyumbatan pada arteri ke otak). Namun pada penyakit arteri perifer, penyumbatannya terjadi di area luar otak dan jantung, misalnya di leher, tangan, perut, dan yang paling sering adalah di kaki.

 

"Kalau penyumbatan di otak itu akan jadi stroke, kalau di jantung jadi serangan jantung, kalau di kaki jadi arteri perifer yang menyebabkan luka. Ini yang sering dialami penderita diabetes," jelas dr. Yudistira.

 

Karena peredaran darah di kaki tidak lancar, inilah yang menyebabkan pasien diabetes merasa kebas. Pasien tidak akan merasakan jika ada paku atau barang tajam lain yang menggores atau menusuk kaki. Pasien juga tidak dapat merasakan luka di kakinya.

 

Baca juga: Inilah Penyebab Penderita Diabetes Mudah Lelah

 

Terapi Endovaskular Memungkinkan Pengobatan Tanpa Amputasi

Ketika penderita diabetes mengalami luka, dokter akan memeriksa apakah peredaran darah di kakinya tidak lancar akibat penyumbatan. Jika terbukti ada, dokter akan merekomendasikan prosedur terapi endovaskular pemasangan cincin, untuk mengobati penyumbatan atau penyempitannya. Prosedur ini adalah solusi pengobatan luka diabetes tanpa operasi ataupun amputasi.

 

Bagaimana Prosedurnya?

Untuk prosedur penanganannya sendiri, pasien hanya akan dibius lokal. Kemudian, dokter akan membuat luka kecil di area paha. Lalu, akan dimasukkan slang tipis atau yang disebut kateter. Luka kecil ini ukurannya tidak lebih dari 1 cm.

 

Untuk mengarahkan slang, dokter memerlukan kawat tipis. Setelah itu, barulah dimulai pemasangan balon untuk membuka arteri yang tersumbat tersebut. Setelahnya, dilakukan pemasangan cincin untuk menjaga agar arteri tetap terbuka.

 

"Luka dari prosedur terapi endovaskular ini benar-benar kecil, tetapi tetap ampuh untuk memperlancar aliran darah. Jadi, risiko diamputasi atau dioperasi sudah hilang," jelas dr. Yudistira. Prosedur terapi endovaskular ini juga berlangsung sebentar, yaitu berkisar ½-2 jam. Keberhasilan prosedur ini juga melebihi 80%. Selain itu, pemulihannya juga cukup cepat. Pasien biasanya hanya direkomendasikan untuk dirawat di rumah sakit selama 1 malam.

 

 

 

Kesadaran Masyarakat Akan Terapi Endovaskular Masih Rendah

Meskipun prosedur minimal invasif terapi endovaskular sudah hadir di Indonesia, kesadaran masyarakat akan terapi ini masih sangat kurang. Kebanyakan orang masih berpikir bahwa luka diabetes itu sudah pasti harus diamputasi. Dahulu, memang benar bahwa luka diabetes sekecil apapun harus dipotong atau diamputasi. Namun, sekarang dengan adanya terapi endovaskular tidak harus selalu dilakukan prosedur amputasi.

 

Karena masih rendahnya kesadaran masyarakat, kebanyakan penderita diabetes masih takut memeriksakan kondisinya. Lukanya pun dibiarkan saja, karena takut diamputasi. Padahal, menurut dr. Yudistira, penanganan luka diabetes semakin dini akan semakin baik. Bahkan, kalau bisa penyumbatan arteri segera diobati sebelum terjadi luka.

 

"Orang Indonesia itu ciri khasnya datang telat. Jadi kalo ada luka, baru datang. Padahal, sebenarnya sebelum ada luka sudah ada indikasi atau gejala," papar dr. Yudistira. Gejala penyakit arteri perifer yang dimaksud adalah kaki kebal, kesemutan, mati rasa, atau sakit saat berjalan.

 

Jika pasien diabetes sudah mengalami gejala tersebut, sebaiknya segera periksa meskipun belum ada luka. Sayangnya, kebanyakan orang sering kali menyalahartikan gejala tersebut sebagai gejala rematik. "Pasti tidak ada orang yang mau diamputasi. Jadi, kalau ada luka yang tidak sembuh sebaiknya diperiksakan saja. Kita bisa langsung periksa untuk mendeteksi di mana penyumbatannya dan di bagian mana yang perlu dipasangkan cincin," jelas dr. Yudistira.

 

Baca juga: Diet untuk Penderita Diabetes

 

Amputasi memang menjadi komplikasi yang paling ditakuti oleh pasien diabetes. Pasalnya, amputasi menurunkan kualitas hidup dan psikologis pasien. Oleh sebab itu, peningkatkan kesadaran masyarakat tentang prosedur terapi endovaskular perlu ditingkatkan lagi. (UH/AS)

 

Aturan Olahraga untuk Penderita Diabetes