Serangan panik atau panic attack bisa terjadi kapan saja dan tanpa penyebab tertentu. Orang-orang yang pernah mengalaminya pasti mengerti bahwa kondisi psikologis ini bisa menjadi sangat menakutkan. Mulai dari detak jantung yang cepat, napas tersengal-sengal, hingga keringat dingin. Gejala-gejala tersebut bisa sangat menyiksa penderitanya.

 

Serangan panik juga bisa dipicu oleh beberapa faktor yang dialami penderita. Tapi apa yang sebenarnya terjadi di dalam tubuh kita hingga bisa mengalami gejala-gejala tersebut? Berikut penjelasan lengkapnya.

Baca juga: OCD, Gangguan Psikologis Berawal Dari Kecemasan

 

Detak Jantung Meningkat dan Tubuh Gemetar

Kamu memang tidak bisa meninggal karena serangan panik, karena dampak terparah yang bisa dialami hanyalah pingsan. Namun, gejala-gejalanya bisa membuatmu merasa seperti sedang terkena serangan jantung. Hal itu disebabkan oleh adrenalin yang membanjiri tubuh, meski Kamu sedang tidak melakukan hal yang berbahaya. Misalnya, adrenalin Kamu meningkat seolah-olah sedang berada di ujung tebing, padahal hanya sedang duduk di kursi rumah. Lalu dari mana datangnya adrenalin tersebut?

 

Menurut ahli, serangan panik bisa disebabkan oleh upaya keras otak untuk melindungi Kamu dari hal-hal yang tidak disukai atau akui. Jadi, serangan panik bekerja sebagai teknik distraksi. Misalnya, serangan panik datang untuk menghentikan kerja keras otak Kamu ketika sedang mengerjakan tugas kantor yang harus diselesaikan dalam 1 jam, namun masih banyak menumpuk.

 

Ketika adrenalin diproduksi, tubuh memasuki kondisi mekanisme fight or flight atau kondisi ketika tubuh menilai ancaman yang sedang dialaminya. Dalam contoh skenario di atas, tentunya Kamu tidak bisa lari dari tugas kantor (flight), sehingga tubuh Kamu akan mempersiapkan diri untuk melawan (fight).

 

Ketika tubuh memasuki kondisi mekanisme fight, gejala yang timbul adalah detak jantung yang meningkat untuk menyediakan energi tambahan dalam bentuk darah kepada otot dan anggota tubuh lainnya.

 

Akhirnya, Kamu akan mengalami jantung berdegup begitu kencang. Aliran darah yang keras dan secara tiba-tiba tersebut juga menstimulasi sistem saraf untuk meningkatkan reaksi tubuh. Reaksi yang dimaksud adalah gemetarnya seluruh tubuh.

Baca juga: 5 Tanda Anda Mengalami Depresi

 

Keringat Dingin

Respons lawan atau fight yang meningkatkan detak jantung Kamu juga berperan dalam memproduksi keringat dingin ketika serangan panik terjadi. Keringat dingin adalah efek samping dari meningkatnya adrenalin di dalam aliran darah.

 

Adrenalin tidak hanya meningkatkan energi pada otot, tapi juga menyebabkan Kamu berkeringat. Sampai saat ini, belum ada penjelasan tetap tentang mengapa adrenalin bisa mendorong keluarnya keringat. Namun, sebuah penelitian pada tahun 2011 menunjukkan bahwa kemungkinan besar hal tersebut adalah metode survival tubuh untuk memberikan sinyal kalau Kamu sedang dalam bahaya.

 

Napas Pendek dan Tersengal-Sengal, serta Disorientasi

Respons lawan atau fight juga menyebabkan napas Kamu menjadi pendek dan tersengal-sengal, seperti tidak bisa bernapas. Meningkatnya detak jantung dan derasnya aliran darah ke seluruh tubuh tersebut membutuhkan oksigen yang lebih.

 

Bagaimanapun juga, seluruh aliran darah membutuhkan asupan oksigen. Ketika tubuh berupaya untuk menyerap lebih banyak oksigen ke darah, Kamu mulai bernapas pendek-pendek dan tersengal-sengal. Kondisi ini bisa membuat Kamu pusing dan pingsan.

 

Penyebab lainnya adalah karena Kamu menghirup banyak karbondioksida yang keluar dari tubuh Kamu sendiri. Terkadang, hal tersebut memengaruhi cara otak mempersepsikan sesuatu, sehingga konsentrasi menjadi buyar.

Baca juga: Kok Bisa Takut Sama Badut?

 

Cara Menenangkan Diri Ketika Mengalami Serangan Panik

Meskipun serangan panik sebenarnya hanyalah cara tubuh untuk menolong, gejalanya bisa berdampak buruk bagi Kamu. Namun, tidak perlu khawatir karena gejala-gejala tersebut bisa dikendalikan jika Kamu tahu caranya. Para ahli mengatakan, cara untuk menenangkan diri ketika mengalami serangan panik adalah dengan fokus pada lingkungan sekitar.

 

Orang yang mengalami serangan panik harus menyadari bahwa dirinya sedang tidak dalam bahaya. Saat memfokuskan pikiran pada lingkungan sekitar, tarik napas yang dalam. Teknik yang bisa dilakukan adalah dengan menarik napas dalam-dalam, lalu menahannya selama 3 detik. Kemudian, embuskan napas secara perlahan. Teknik ini juga akan menenangkan amigdala, yang merupakan pusat pengontrol rasa takut di otak.

 

Namun, ahli juga mengatakan bahwa cara terbaik untuk menangani serangan panik adalah dengan menghindari rasa ketakutan yang menyebabkan kondisi panik. Kalau Kamu sering mengalami serangan panik di tempat tertentu, maka hindari mengunjungi tempat tertentu.

 

Kalau tidak bisa dihindari, maka cobalah mengalihkan perhatian Kamu dari hal tersebut. Untuk bisa mengalihkan perhatian, Kamu bisa coba melakukan hal-hal simpel seperti mendengarkan lagu yang menenangkan atau bermain game di handphone, supaya kepanikan yang dirasakan tidak menjadi semakin membesar.

Baca juga: 5 Fobia Unik yang Belom Kamu Tahu

 

Kalau Kamu sering mengalami serangan panik, tidak perlu khawatir, karena kondisi psikologis ini bisa disembuhkan. Meski bukan masalah yang terlalu membahayakan, sering mengalami serangan panik juga bisa berdampak buruk pada kesehatan fisik maupun psikis. Maka dari itu, segera lakukan pengobatan atau konsultasikan kepada psikolog jika serangan panik sudah sangat mengganggu aktivitas Kamu sehari-hari.