Self-hatred atau self-loathing adalah perasaan benci pada diri sendiri. Self-hatred ialah perasaan yang mendasari bahwa kita tidak cukup baik dalam banyak hal. Perasaan ini bisa cukup halus, seperti terbiasa membandingkan diri kita dengan orang lain, yang tanpa sadar membuat kita jadi fokus mencari kekurangan dan merendahkan diri sendiri. Atau, kita mungkin mendengarkan dengan saksama suara kritik batin kita dan menolak untuk menantangnya meskipun kita menderita karenanya.



Self-hatred berkembang dari waktu ke waktu. Pemicunya bisa bermacam-macam, dan individu dengan masalah self-hatred mungkin bisa memiliki lebih dari satu faktor pemicu.

 

 

Baca juga: Yuk, Cek Kesehatan Sesuai Kepribadian!

 

Penyebab Self-Hatred

Apa saja penyebab self-hatred? Berikut ini beberapa di antaranya:



1. Memiliki pengalaman traumatis


Banyak orang dengan masalah self-hatred pernah melalui pengalaman traumatis dan menantang secara emosional di masa lalu. Menurut Lancet Psychiatry, pengalaman ini sering kali mencakup pelecehan dan penelantaran seksual, fisik, atau emosional.

Jika pengalaman traumatis ini didapat saat seseorang masih anak-anak, mereka akan mulai memandang dunia sebagai tempat yang tidak aman dan orang-orang di sekitar mereka berbahaya.

 

Sebagai upaya memahami dunia mereka, mereka mungkin mengembangkan narasi yang membuat mereka merasa seolah-olah mereka tidak pantas untuk dicintai dan tidak berharga. Seiring waktu, hal ini segera menjadi bagian yang sangat familiar dari kritik batin mereka.



Jika trauma ada di balik self-hatred yang kamu alami, pertimbangkan untuk mencari bantuan profesional. Dukungan profesional dapat memungkinkan kamu memahami akar dari kebencian terhadap diri sendiri dan mengambil langkah untuk menyayangi diri sendiri.

 

Baca juga: 4 Cara Menghilangkan Trauma Masa Lalu

 

2. Memiliki harapan yang tidak masuk akal

Wajar jika kamu ingin menjadi bagian, diterima, atau melakukan tugas dengan baik. Namun, terkadang kita bersikap terlalu keras dan menetapkan ekspektasi yang terlalu tinggi sehingga tidak bisa dicapai. Harapan luar biasa ini sering membuat kita gagal atau merasa seolah-olah kita telah gagal.

Pada saat merasakan kegagalan tersebut, ini mungkin memunculkan kritik batin yang mempermalukan diri sendiri dan mengingatkan kita betapa mengecewakannya kita selama ini. Bahkan, meskipun kita sebenarnya menyadari bahwa kita memiliki ekspektasi yang tidak masuk akal, kritik batin kita terus mendorong pernyataan kebencian pada diri sendiri.

 

3. Obsesi untuk menyenangkan orang lain

Dalam upaya untuk bisa terhubung dengan orang lain, kita mungkin telah belajar dari waktu ke waktu bahwa salah satu cara agar diterima oleh orang lain adalah dengan memenuhi harapan orang lain. Pengalaman sosial mungkin mengajarkan kita bahwa saat kita bisa membuat orang lain bahagia, kita bisa merasa bangga dan bahagia dengan diri kita sendiri.

 

Sayangnya, ini bukanlah cara berpikir yang sehat tentang hubungan dan bahkan dapat mengarah pada pola perilaku ketergantungan yang signifikan, menurut Cleveland Clinic.

Kendati begitu, sejumlah orang bisa merasa hancur apabila tidak dapat memenuhi harapan orang lain atau merasa telah membuat orang lain kecewa. Pernyataan kebencian pada diri sendiri menunjukkan bahwa ketika kita tidak memenuhi harapan orang lain, ada sesuatu yang salah dengan diri kita, yaitu kita telah gagal atau tidak layak untuk dicintai atau dihargai oleh orang lain.

Baca juga: Terobsesi Upload Selfie, Benarkah Gangguan Mental?

 

4. Memiliki sifat perfeksionis

Individu dengan sifat perfeksionis dikenal sebagai orang yang tidak akan membiarkan diri mereka sendiri melakukan kesalahan, tidak ada toleransi untuk kesalahan atau batasan manusia. Individu ini terobsesi dengan kesempurnaan diri mereka sendiri dan mungkin orang lain setiap saat dan dalam semua situasi.



Dikutip dari American Academy of Pediatrics, manusia sering mengembangkan pola pikir perfeksionis dalam upaya melindungi diri kita sendiri dari rasa sakit dan perasaan terputus. Mereka meyakini bahwa ketika diri sendiri tampil dengan sempurna, ini akan mencegah diri dari rasa sakit. Rasa sakit yang dimaksud bisa berupa rasa malu, kesepian, ditinggalkan, diejek, menghakimi, dan banyak lagi.

 

Baca juga: Kenali Perbedaan Perfeksionis dengan OCD



5. Perbandingan sosial

Adalah hal yang normal untuk mengamati dan memperhatikan apa yang orang lain lakukan. Namun, ini bisa menjadi sumber sakit hati bagi diri sendiri ketika kamu memberi nilai pada pengamatan tersebut.


Jika kamu mengalami self-hatred, ada yang disebut perbandingan ke atas. Artinya, kamu memiliki kecenderungan untuk hanya memperhatikan dan memberi nilai kepada orang-orang yang tampaknya lebih baik dari dirimu dan, pada gilirannya ini hanya akan merendahkan dirimu sendiri dengan pernyataan kebencian pada diri sendiri.

Kebencian pada diri sendiri pasti akan memengaruhi banyak aspek kehidupan sehari-hari. Ini akan menghalangi kamu dari membuat keputusan penting, mengambil risiko, berhubungan dengan orang lain, dan mencapai tujuan. Karenanya, kamu perlu berusaha keras untuk mengatasi self-hatred dan jadi lebih mencintai diri sendiri.

Ingatlah bahwa menghentikan self-hatred mungkin membutuhkan waktu dan kesabaran. Namun, ketika kamu bisa membiarkan diri sendiri melepaskan kritik negatif, artinya kamu telah memberi ruang untuk lebih banyak kegembiraan, kedamaian, dan koneksi dalam hidup.

Baca juga: Jangan Dipendam, Ini 5 Cara Memaafkan Diri Sendiri

 

 

Referensi:

Clevelandclinic.org. Personality disorder
Healthychildren.org. What fuels prefectionism
Verywellmind.com. Ways to stop self hatred
Psychalive.org. Self loathing.